Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Friday, August 7, 2015

Kutukan Seekor Kucing - Dongeng Afrika Selatan

blog-ansyari.blogspot.com
Pada zaman dahulu di sebuah desa yang berada di dekat kota di bagian Afrika Selatan, hiduplah seorang anak perempuan yang bernama Ameena tinggal bersama ibunya. Dan pada suatu hari . . .

Ameena : “Ibu, ibu,, buuuu! Dimana sisirku?”

Ibu : “Sebentar ya nak.. Ada disini sayang…”

Ameena : (sambil menggerutu) “Kerjanya lama amat sih tuh orang”

Ibu : “ini nak, sisirnya…”

Ameena : “Lama banget sih lo kalau kerja. Yaudah mending sekarang lo siapkan makanan deh sana!”

Ibu : “Baik nak. Tapi uang kita habis, jadi untuk hari ini kita makan dengan lauk ikan goreng dan nasi..”

Ameena : “yaelahh bu, nggak bosen apa tiap hari makannya itu terus! Kan kita dekat dengan laut, kenapa sih nggak cari udang atau apa gitu yang bisa dimakan selain ikan. Seberapa jauhnya sih laut dari rumah kita? Apa susah buat jalan sampai kesana, hah??""

Ibu : “iya… tapiii kan nak…”

Ameena : “udah udah udah ahhh sana, lebih baik lo siapin aja makanannya! Capek gua dengar ocehan lo terus!”

Ibu : (hmpft…)

Kemudian Ameena dan ibunya makan bersama, tetapi ta ada satu pun yang berbicara. Keadaan saat mereka makan sangatlah hening.

Ameena : “Ini apa-apaan sih kucing ada disini! bu, ibuuu usir dong kucingnya!” (sambil pergi keluar rumah)

Kucing : “Meong meong meong ~ ~”

Ibu : “hussh hussh pergi sana…”

Kucing : “myaa nggak mau pergi myaaaaa”

Ibu : “terus apa yang kamu mau? ikan?”

Kucing : “Aku ingin tinggal disini bersama mu myaaaa”

Ibu : “baiklah, tapi aku bisa mengizinkan kamu untuk tinggal disini di gudang belakang rumah kami”

Kucing : “myaa myaa myaa!!”

Tak lama kemudian, Ameena pun pulang ke rumah

Ameena : “Pasti kamar gue belum lo rapikan deh? Cepat sana rapikan dulu kamar gua, sekalian ambilin minum buat gua!”

Ibu : “baik nak!” (mengambilkan minum)

Kucing : “lebih baik ibu ambil air minum saja dan langsung istirahat. Untuk kamar, biar aku saja yang merapikannya”

Ibu : “terimakah ya kucing”

Kucing : “sama-sama dengan senang hati aku bisa membantu ibu”

Ibu : “(dengan tersenyum si ibu berjalan menuju kamarnya), baiklah ibu masuk kamar dulu ya”

Dengan tinggal dirumah Ameena, kucing tidak lupa untuk selalu membantu si ibu setiap harinya. . .

Ameena : “aarrgggghhh ada kucing ini lagi! Ibuuuuuuu, ibuuuuuuuu, ibuuuuuuu!

Kucing : “myaaa myaa myaaa!”

Ameena : hushh hushh sana PERGI!!!

Kucing : “myaa myaa tidak mau pergi, aku mau tetap disini myaa”

Ameena : “heiiii! Lo pikit ini kamar siapa, berani-beraninya lo mau tinggal disini? sekarang lo pergi dari sini,, PERGI! (sambil menendang kucing itu)

Kucing : “MYA! Blee! (mati),, kucing itu pun akhirnya mati setelah ditendang oleh Ameena

Ameena : “rasain lo sekarang mati,, makanya jangan belagu ganggu-ganggu gua!”

Saat melihat kucing yang tergeletak tak berdaya, si ibu sangat kaget melihat kucing kesayangannya sudah mati. Dengan perasaan bersedih si ibu langsung menguburkan kucing tersebut di halaman belakang rumahnya. Ketika malam hari tiba. . .

Hantu kucing : “hihihihihihihihihihihihihiii”

Ameena : “aaaaaarrrrrgggghhhh!!!!!!! Ada setaaan!”

Hantu kucing : “hihihihihihihihihihihiiii”

Ameena : (memberanikan diri bangun dari tempat tidur) si..si..siapa kamu?”

Hantu kucing : “aku adalah kucing yang kamu tendang hingga akhirnya aku mati”

Ameena : “aaalah dia sudah mati!! tidak mungkin dia bisa hidup lagi!”

Hantu kucing : “bisa saja, dan mungkin sekarang dia sudah berubah menjadi hantu yang sedang berbicara kepadamu!”

Ameena : “aaaarrgghh! tidak mungkin.. Pergiii!! (langsung melempar sendal)

Hantu kucing : “TIdak akan kena kau melempari aku dengan sendal!”

Amena : “aaaaaaarrrgggghhhh”

Setiap hari hantu itu terus menakuti dan mengganggu Ameena hingga ia menemukan cara untuk menyingkirkan hantu itu.

Ameena : “ok sekarang aku menyerah sama kamu. Mau kamu apa sekarang?”

Hantu kucing : “Pokoknya mulai sekarang kamu harus bersikap baik sama ibumu. Perlakukanlah seperti anak dan ibu, jangan kamu jadikan ibumu seperti babu. Apa kamu mengerti dengan ucapanku?”

Ameena : “oohh. Cuma seperti itu? Gampanglah! Sebelum kamu omong juga aku emang ada niat baik seperti itu!”

Hantu kucing : “baguslah kalau kamu mengerti dan memang punya niat seperti itu. DAn sekarang aku mau kembali ke alam sana. Ingat pesanku!!”

Ameena : “Ok. Baiklah, lebih baik kau kembali kesana dengan tenang”

Setelah kucing itu pergi, tetapi Ameena mengingakari janjinya kepada kucing tersebut. Ameena tetap memperlakukan ibunya seperti seorang babu yang seenaknya ia suruh dan marahi. 2 bulan kemudian kucing itu kembali dengan keadaan yang sangat marah.

Hantu kucing : “heiii Ameena, kenapa kamu tidak menepati janjimu kepadaku?”

Ameena : “hah janji? Emang lo pikir, gua pernah janji apa sama lo hah?”

Hantu kucing : (sudah benar-benar marah hingga akhirnya ia mengutuk Ameena)

Ameena : (tak menghiraukan kemarahan sang kucing, dengan memasang wajah sombong)

Hantu kucing : “akan ku kutuk kau menjadi BATU!”

Dan akhirnya Ameena berubah menjadi sebuah batu besar berwarna hitam yang sampai sekarang masih ada di benua afrika.

Sumber : Afrika Selatan
Share:

Tuesday, August 4, 2015

Kimamanauze dan Putri Matahari - Dongeng Afrika

rachma-desires.tumblr.com
Pada zaman dahulu kala ada sebuah desa yang bernama Tumbandala di Nigeria, hiduplah seorang pemuda tampan yang bernama Kimamanauze. Kimamanauze tinggal bersama kedua orang tuanya yang memiliki kehidupan yang sederhana. Kimamanauze itu sendiri ialah seorang pemuda yang gagah berani dan pantang menyerah, setiap keinginannya harus dia dapatkan.

Di saat usianya yang sudah matang untuk berumah tangga, desakan-desakan dari orang tuanya yang menginginkan dirinya untuk segera menikah.

Suatu ketika sang ayah memanggil dirinya dan berkata, “Heii anakku, sudah saatnya kamu menikah. Carilah pendamping yang cocok denganmu, Nak."

“Baiklah ayah, sebelumnya aku memang sekali ingin menikah tetapi aku tidak ingin mengecawakan ayah dan ibu untuk mencari seorang pendamping yang sembarangan. Dan saat ini aku hanya ingin menikahi seorang Putri Matahari dari langit,” Kimamanauze menjawab dengan penuh semangat dan keyakinan akan keinginannya itu.

Mendengar jawaban Kimamanauze, si ayah sangat kaget. Sebuah harapan dan keinginan yang sangat mustahil bagi sang ayah. Namun Kimamanauze sangatlah yakin kalau dirinya suatu hari nanti bisa mendapat menikahi Putri Matahari.

Hari terus berjalan, Kimamanauze terus memikirkan dan mencari bagaimana agar dirinya dapat bertemu dengan Putri Matahari. Sayangnya tidak ada satu cara yang ada dibenak pikiran kepalanya.

Suatu ketika Kimamanauze menulis sebuah surat yang ada diberikan kepada Dewi Matahari. Kemudian Kimamanauze berjalan menuju ke sebuah hutan dan tidak lupa membawa surat tersebut.

Sampainya di pertengahan jalan, Kimamanauze bertemu dengan seekor kijang gunung dan dia menyapanya :
“Wahaii kijang gunung yang baik hati, maukah dirimu membantuku? Maukah kau membawakan surat ku ini untuk Dewi Matahari di langit sana?” tanya Kimamanauze.

“Oh.. langit itu kan tinggi dan aku tidak bisa kalau harus kesana meskipun aku bisa naik ke puncak gunung yang sangat tinggi.” jawab kijang gunung.

Dengan rasa kecewa Kimamanauze langsung meninggalkan kijang gunung.

Waktu terus berjalan, sore pun telah datang. Kemudian, Kimamanauze bertemu dengan seekor burung elang yang sedang hinggap di atas pohon.
“Wahai burung yang baik hati, maukah dirimu membantuku untuk membawakan suratku untuk Dewi Matahari yang berada di langit sana?” tanya Kimamanauze.

“Heii anak muda, maafkan aku!! Aku tidak bisa membantumu untuk membawakan surat itu sampai ke langit. Walaupun aku bisa terbang sampai ke awan tetap saja aku tidak bisa terbang mencapai langit!” kata si burung elang.

Lagi-lagi Kimamanauze sangat kecewa, kemudian ia memutuska untuk kembali kerumahnya. Dan ia berjanji untuk tetap melanjutkan usahanya lagi besok.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari dalam rumah. Kemudian Kimamanauze berjalan menuju pintu dan membukakan pintu, seketika ada seekor katak yang melompat dari balik pintu untuk masuk ke dalam rumah Kimamanauze.

“Hei anak muda, ku dengar kalau kamu sedang berusaha mencari cara bagaimana caranya untuk memberikan surat untuk dewi matahari. Bagaimana kalau sekarang aku yang mengantarkan suratmu?” tanya katak tersebut.

Terdiam Kimamanauze mendengar perkataan katak itu dan dirinya merasa sedang diolok oleh katak itu. Akhirnya Kimamanauze menyuruh sang katak untuk pergi dari rumahnya, tetapi sang katak tetap tidak ingin beranjak pergi.

“Mustahil, mana mungkin seekor katak dapat pergi ke langit? Bahkan yang seekor kijang dan burung elang saja tidak mampu, padahalkan mereka bisa pergi sampai ketempat yang tinggi,” kata Kimamanauze.

“Aku tidak pernah berbohong, anak muda! Kalau aku sudah mengatakan sanggup dan mampu mengantarkan suratmu kepada dewi matahari, pasti aku bisa! Sekarang berikan saja suratmu kepada ku dan kamu tunggu sajalah hasilnya!” kata katak sungguh-sungguh.

Meski masih ragu dengan sang katak, Kimamanauze akhirnya menyerahkan surat tersebut.

Kemudian katak membawa surat itu dan pergi ke pinggir telaga dimana tempat tersebut para dayang-dayang dari langit mengambil air. Di saat pancaran sinar matahari muncul di atas telaga, disitulah para dayang turun dari langit sambil membawa guci-guci. Pada saat mereka mencelupkan guci tersebut ke telaga, dengan cepat sang katak melompat masuk ke dalamnya. Setelah semua guci penuh dengan air, para dayang langsung kembali pergi ke langit dan sang katak pun ikut pergi bersama mereka.

Di dalam ruangan tempat penyimpanan guci-guci yang berisi air, sang katak memperhatikan setiap sudut-sudut sekitar. Terlihatlah sebuah meja yang berada di tengah ruangan. Kemudian sang katak meletakan surat dari Kimamanauze di atas meja tersebut lalu dia kembali sembunyi.

Tak lama kemudian, pintu kamar itu terbuka dengan di terangi sinar yang terang dan hangat. Setelah dilihat oleh sang katak, ternyata yang datang dengan membawa sinar yang terang dan hangat ialah dewi matahari yang ingin memeriksa guci-guci air itu. Terdapatlah sepucuk surat yang berada di atas meja, dengan rasa penasaran kemudian dewi matahari membuka dan membacanya :

Dewi Matahari yang terhormat,
Perkenalkan saya Kimamanauze dari desa Tumbandala di bumi.
Bersama datangnya surat ini, saya ingin mengajukan lamaran kepada puteri anda.
Saya mohon dengan sangat anda bisa menerima lamaran ini.
Terima kasih.

Setelah membaca surat tersebut, dewi matahari memanggil semua para dayang pengambil air dan bertanya siapa yang membawa surat tersebut. Tetapi tak ada satu dayang pun yang mengetahuinya. Kemudian dewi matahari memutuskan untuk membalas surat itu dan setelah selesai menulisnya, dewi matahari kembali meletakanya di atas meja.

Tuan Kimamanauze di bumi,
Kami sudah menerima surat lamaran anda. Namun kami belum mengenal anda,
jadi bagaimana untuk kami bisa mengambil keputusan.
Alangkah baiknya jika anda bisa datang ke langit dan membawakan mas kawinnya.
Salam
Dewi Matahari.

Setelah dewi Matahari pergi, sang katak mengambil surat itu dan langsung kembali bersembunyi di dalam guci kosong yang akan dibawa turun ke bumi oleh para dayang.

Dengan gembira sang katak membawa surat dari dewi matahari kepada Kimamanauze. Kemudian Kimamanauze langsung membungkus uang tabungannya dan memberikan kepada katak dengan sepucuk surat lagi untuk diberikan kepada dewi matahari.

Sang katak pun kembali ke langit dan meletakan uang dan surat Kimamanauze di atas meja yang sama.

Dewi Matahari yang membaca surat tersebut, langsung memanggil suaminya dewa Bulan dan menceritakan masalah tersebut. Dengan berundinng, akhirnya mereka berdua sepakat untuk menerima lamaran Kimamanauze dan meminta untuk datang ke langit menjemput puteri matahari.

Kimamanauze yang menerima kabar tersebut dari katak masih merasa bingung. Bagaimana caranya agar dirinya bisa menjemput calon isterinya yang berada di langit? Namun dengan percaya dirinya sang katak yang cerdik berjanji akan membuat puteri Matahari sendiri yang turun ke bumi.

Keesokan harinya, sang katak kembali pergi ke langit. Tapi kini dia bersembunyi di dalam kamar puteri Matahari. Saat malam tiba dan puteri Matahari pun sudah tertidur. Dengan hati-hati katak mendekati sang puteri, lalu mengambil hati sang puteri kemudian dengan cepat katak kembali bersembunyi di pojok kamar.

Pada pagi harinya seluruh isi istana gempar dengan keadaan puteri matahari tiba-tiba mendadak sakit keras. Dan tak ada satupun yang tahu penyebab sakitnya sang puteri. Dan seorang peramal yang di panggil oleh dewi matahari menyimpulkan bahwa hati sang puteri telah dicuri oleh pemuda yang mencintainya, hanya ada satu obat yang dapat menyembuhkan sang puteri ialah segera mempertemukan sang puteri kepada pemuda itu atau sang puteri akan meninggal dunia.

Dewi Matahari segera memanggil ribuan laba-laba surga dan menyuruhnya memintal benangnya untuk dijadikan tangga ke bumi. Langsung dibuat sebuah tangga yang lembut bagai sutera terjalin dengan indah dan bagusnya, menggantung dari langit menuju bumi. Kemudian para dayang menghamparkan permadani dari beludru sebagai alasnya. Dan dengan dipapah oleh para dayang, sang puteri Matahari mulai menuruni satu persatu tangga yang diiringi lambaian tangan dewi Matahari dan dewa Bulan.

Sementara itu katak terlebih dahulu sampai di bumi. Dia langsung berlari menemui Kimamanauze dan menyuruhnya agar bersiap-siap untuk menyambut calon pengantinnya di tepi telaga.

Dengan mengenakan pakaiannya yang paling bagus yang ia miliki, Kimamanauze berlari ke pinggir telaga. Dan di sana sudah berkumpul para penduduk desa yang kagum dengan barisan para dayang yang turun dari langit. Ketika sang puteri Matahari bertemu pandang dengan Kimamanauze, seketika sembuhlah sakitnya.

Akhirnya, pernikahan pun dirayakan dengan meriah. Kimamanauze senang karena usahanya untuk menikahi puteri matahari tercapai, dengan bantuan katak yang cerdik. Kimamanauze dan Puteri Matahari pun hidup bahagia selamanya.

Sumber : Afrika
Share:

Sunday, August 2, 2015

Kisah Monyet dan Buaya - Dongeng India

courtesy of kisahanak.wordpress.com
Pada zaman dahulu kala hiduplah seekor monyet yang tinggal di pohon jamblang yang berada di tepi sungai. Walau dirinya tinggal seorang diri, ia sangat berbahagia. Dan pohon tersebut juga menghasilkan banyak buah yang memiliki rasa yang begitu manis, serta dijadikannya pohon tersebut sebagai tempat berlindung dirinya agar terhindar dari cuaca yang panas dan hujan.

Pada suatu hari, ada seekor buaya yang menepi di pinngir sungai yang hanya ingin beristirahat sejenak di bawah pohon jamblang tersebut. Melihat ada seekor buaya yang sedang beristirahat, sang monyet dengan ramah menegurnya "hallo."

Kemudian buaya tersebut menjawab teguran dari sang monyet “Halo,”. Setelah itu si buaya bertanya kepada monyet, “Apakah kamu tahu ditempat mana untuk aku bisa menemukan makanan? Sepertinya sungai ini sudah tidak ada ikan lagi.”

“Haduuh maaf pak buaya, aku tidak tahu lagi dimana ada sungai disekitar sini untuk kamu mendapatkan ikan. Tapi aku memiliki banyak buah jamblang yang sudah matang dari pohon ini. Cobalah ini kau makan!” kata monyet sambil memetik beberapa buah jamblang yang sudah matang dan diberikannya kepada buaya.

Kemudian buaya memakan satu persatu buah yang diberikan monyet sampai habis. Dengan rasa manis yang dimiliki buah jamblang tersebut, buaya sangat mennyukainya. Dengan santai buaya meminta kepada monyet untuk dipetikan lagi buah jamblang untuk dirinya.

Sejak saat itu mereka menjadi sahabat dan buaya setiap hari mendatanginya. Dengan santai mereka berbincang sambil menikmati buah-buah jamblang yang sudah matang.

Pada suatu ketika buaya menceritakan tentang isteri dan keluarganya. Monyet berkata, ”Heii buaya kenapa tidak dari dulu kau bilang kalau kau sudah meimiliki isteri? Dan sekarang kau pulang, bawakanlah jamblang ini buat isterimu.

Sesampainya dirumah, sang buaya memberikan buah jamblang kepada isterinya. Dimakanlah buah jamblang itu oleh isterinya, ternyata isteri buaya sangat menyukainya. Dirinya sama sekali belum pernah memakan sesautu yang begitu sangat manis. Dan ketika itu isteri buaya memikirkan daging dari seekor monyet yang sepanjang hidupnya memakan buah yang sangat manis, sambil menetesnya air luar dari bibirnya.

Menghampiri suaminya dan berkata kepadanya, “Suamiku, undanglah makan malam monyet itu bersama kita. Kemudian kita akan makan monyet itu.”
Mendengar apa yang dikatakan isterinya, buaya itu langsung loncat. Bagaimana untuk dapat memakan daging sahabatnya? Ia menerangkan kepada isterinya,“Monyet adalah satu-satunya temanku saat ini,“ katanya. Dengan tegas sang buaya tetap meolak untuk membawa monyet kepada isterinya. Namun si isteri tidak menyerah terus merayunya.

Hari terus berjalan sang buaya masih tegas dengan pendiriannya, kemudian sang isteri terus mencari akal agar bs merayu suaminya untuk membawa sahabatnya untuk dirinya. Suatu ketika, isteri buaya berpura-pura mengalami sakit yang keras sehingga dirinya harus memakan jantung monyet agar bisa sembuh dari penyakitnya tersebut. Dipanggillah sang buaya oleh isterinya dan berkata, "Suamiku, apakah kau mencintaiku? Kalau dirimu benar-benar mencintaiku, ku mohon bawalah sahabatmu datang kesini. Hanya sebuah jantung monyet yang dapat menyembuhkanku, percayalah setelah aku memakan jantungnya tersebut kau akan melihatku kembali sehat."

Dengan hati yang berat sang buaya pun mengikuti keinginan isterinya. Lalu dirinya pergi menghampiri sahabatnya itu. “Hai teman,” kata buaya kepada monyet.  “Dapat salam dari isteriku, ia sangat berterimakasih kepadamu karna kamu selalu mengirimkan setiap hari buah jamblang untuknya. Karna ia ingin membalas budi kepadamu, kami mengundangmu untuk makan malam bersama.” Dengan hati yang senang monyet mendapat undangan makan malam tersebut, tetapi aku tak mungkin bisa ikut bersamamu. Kamu tahu sendiri kalau aku tidak dapat berenang. “Tenang saja, kau akan ku gendong di atas punggungku,” kata buaya.

Tanpa ragu, monyet pun langsung melompat ke punggungnya buaya. Tak lama kemudian mereka berjalan.

Ketika perjalanan mereka sudah cukup jauh dari pohon jamblang, dengan pelan buaya berkata,”Aku sangat sedih melihat isteriku yang sedang sakit parah, dan hanya sebuah jantung monyetlah yang dapat menyembuhkan dirinya.”

Setelah mendengar ucapan si buaya, monyet langsung merasa takut. Dirinya langsung mencari akal agar dia bisa menyelamatkan dirinya dari sang buaya. “Kasihan isterimu. Tenang kawan, kau tidak perlu khawatir. Aku sangat senang sekali kalau bisa membantu isterimu dengan jantung yang aku punya. Tapi masalahnya sekarang tuh, jantungku tertinggal di atas dahan pohon jamblang. Bagaimana kalau sekarang kita kembali lagi untuk mengambilnya.”

Akhirnya buaya percaya monyet. Ia langsung putar balik dan berenang kembali menuju pohon jamblang. Dengan cepat monyet langsung melompat turun dari punggungnya dan segera naik ke dahan pohon.

“Dasar kau teman penghianat yang bodoh. Harusnya kau cerdas dan tahu kalau jantung kita selalu dibawa. Aku sudah tidak dapat mempercayaimu lagi. Dan sekarang lebih baik kau pergi dan jangan pernah kau datang lagi.” Monyet pun memutarkan badannya dan tak ingin melihatnya kembali.

Memang penyesalan selalu datang terakhir, sang buaya pun sangat menyesali perbuatannya. Ia pun kehilangan satu-satunya sahabat yang selalu baik kepadanya, dan ia pun tidak akan lagi memakan buah jamblang yang memiliki rasa manis.

Dengan cepat berfikir dan cerdiknya seekor monyet yang akhirnya membuat dirinya lolos dari mara bahaya. Dirinya pun menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin dapat menjadi teman. Karena seekor buaya sangat menyukai daging monyet dari pada harus berteman dengan dirinya.

Sumber: India

Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...