Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sunday, December 6, 2015

Ciung Wanara - Dongeng Indonesia

Courtesy of geolocation.ws
Dongeng Anak Dunia - Raden Barma Wijaya Kusumah Seorang yang arif bijaksana, dialah sang raja dari kerajaan Galuh. Kerajaan yang terletak di daerah tataran Pasundan Jawa Barat. Berpermaisuri dua putri cantik, Nyimas Dewi Naganingrum dan Nyimas Dewi Pangrenyep.
Raja sangat menyayangi kedua istri permaisurinya itu, namun dari kedua istri tersebut raja belum mempunyai anak, putra maupun putri yang akan menggantikan sebagai penerus kerajaan kelak atau pewaris tahta kerajaannya. 

Dan hari yang di tunggu-tunggu raja pun tiba ketika terdengar kabar gembira. Bukan saja dari satu istrinya melainkan, kedua permaisurinya mengandung anaknya secara bertepatan waktu atau hampir bersama-sama.

Hariangbanga terlahir dari ibunda permaisuri Nyimas Dewi Pangrenyep. Sementara berselang beberapa hari kemudian Nyimas Dewi Naganingrum melahirkan putra lelaki pula yang tampan, menyaingi abangnya lain ibu Hariangbanga.
Mendengar kabar Dewi Naganingrum akan melahirkan, Dewi Pangrenyep segera membantu persalinan madunya itu.

Namun pertolongan persalinan yang dilakukan Dewi Pangrenyep, terkandung niat jahat. Demi ambisinya untuk menguasai kerajaan Galuh, dia mengingikan anaknya yang kelak menjadi raja. Diaturlah rencana jahat itu dengan begitu rapih dan tak dan tak dapat dicurigai oleh siapa pun.

Dimasukkan bayi tampan dan mungil tersebut beresta sebutir telur ayam kedalam keranjang, kemudian Dewi Pangrenyep menghayutkan keranjang tersebut ke sebuah sungai. Sementara untuk mengantikan anak Dewi Naganingrum dia mengambil seekor anak anjing. Begitu jahatnya perbuatan yang dilakukan Dewi Pangrenyep ini demi untuk mencapai cita-citanya itu.

Dibuat gemparlah kerajaan Galuh pada waktu zaman itu. Seisi istana dan seluruh rakyat mengetahui peristiwa yang tersebar dengan cepat ini. Sementara sang raja Galuh, Raden Barma Wijaya Kusumah merasa sangat hancur hatinya, bagaimana mungkin istrinya yang sangat baginda cintai melahirkan seekor anak anjing. Sang raja sangat terpukul dengan kenyataan yang dia hadapi ini, harga dirinya seperti sudah tidak ada, baginda pun sangat marah.

Di panggillah seorang penasehat kepercayaan sang raja yang bernama ki Lengser. Sang raja dengan amarahnya memerintahkan penasehat kepercayaan itu untuk membunuh Nyimas Dewi Naganingrum. Dalam titahnya itu raja menyuruh untuk membuang mayat Dewi Naganingrum ke alas belantara yang sangat jauh. Serta tugas ini harus dilaksanakan oleh ki lengsre tampa di bantu oleh siapapun.

Berangkat utusan raja tersebut membawa Nyimas Dewi Naganingrum memasuki hutan yang belantara yang lebat dan sangat jauh dan hutan tersebut belum pernah di injak manusia sebelumnya. Ketika dalam perjalanan membawa Dewi tersebut Ki Lengser hatinya terus berpikir, apakah benar kenyataan yang sedang dihadapi ini. Sepertinya penuh fitnah dan kecurangan serta kebohongan persoalan yang menimpa Permmaisuri ini. "Akan aku selamatkan Dewi Naganingrum  ini secara rahasia, jangan sampai ada seorangpun yang tahu tentang hal ini !!" Utusan ini berencana dalam hatinya.

Sampailah Ki Lengser di sebuah tempat yang di anggapnya aman dari gangguan binatang buas di tengah hutan belantara tersebut. Dibuatkanlah tempat tinggal atau tepatnya sebuah gubug untuk tinggal sang Dewi Naganingrum. Sebelum pergi meninggalan sang Dewi Ki Lengser pun memberi nasehat agar sang Dewi selalu sabar menghadapi cobaan hidup ini. Serta Ki Lengser akan datang menengok sang Dewi sewaktu-waktu.

Setelah rencananya untuk menyelamatakan Dewi Naganingrum dilaksanakan, Ki Lengser segera pulang kembali keistana menghadap baginda raja Galuh.

Sepeninggalnya Ki Lengser, alam benak Nyi Mas Dewi Naganingrum berkeinginan suatu saat kelak dia akan bertemu dengan anak kandungnya, serta dapat berkumpul kembali kelak di istana.
Sementara Ki Lengser, memberikan laporan mengenai tugasnya ke sang raja Galuh. Dalam laporannya tersebut, Ki Lengser memberikan bukti saksi sebilah senjata yang telah di olesi darah binatang untuk membuat sang raja percaya atas tugas yang telah di titahkan kepadanya itu. Raja pun mempercayai laporan dari abdi kepercayaan itu, dan memberikan beberapa hadiah atas tugas yang telah berhasil dilaksanakan KI Lengser.

Di daerah lain masih di wilayah kerajan Galuh. Tersebutlah sepasang suami istri yang sudah lama menikah tetapi belum di karuniai momongan atau anak. Kebiasa mereka untuk pergi menangkap ikan di sugai itu dikejutkan hanyutan sebuah keranjang besar di tengah sungai. Mereka berdua menghampiri keranjang tersebut, kagetlah pasangan suami istri ini, didalam terdapatnya anak lelaki yang sangat tampan serta sebutir telur ayam. "Inilah harapan yang kita impikan selama ini, telah di kabulkan sang pencipta !!" Dalam pikiran mereka berdua, suami istri tersebut"

Sementara sebutir telor ayam kampung tersebut di serahkan kepada seekor Naga di Gunung Padang untuk di eraminya. Seekor Naga titisan seorang Dewa yang tugasnya menolong manusia, bernama Nagawiru. Kelak ayam hasil tetasan tersebut akan menjadi hewan peliharaan, kesayanggan anak bayi tersebut.

Hari demi hari seiring waktu terus berlalu, menjelmalah sang bayi menjadi seorang perjaka yang gagah perkasa. Tampannya tiada tara dialah anak lelaki yang di temukan di sungai oleh pasangan suami istri itu. Ciung Wanara mereka namakan anak tersebut, Ciung berarti burung Ciung dan Wanara berarti Seekor Kera atau Monyet. Dengan di ilhami kedua binatang tersebut anak bayi mereka mendapatkan nama itu. Hidup bahagia mewarnai sepasang suami istri, semenjak datang kehadiran Ciung Wanara ini.

Suatu hari pemuda tampan ini mengemukakan keinginannya untuk pergi berkelana ke pusat kota kerajaan Galuh untuk mencari pengalaman hidup. Namun pasangan suami istri ini sangat berat memberi izin Ciung Wanara, namun kerena mendesak terus akhirnya mereka meluluskan juga. Menjelang keberangkatnya ke kerajaan, Ciung wanara bertanya mengenai ayah dan ibu kandung dia yang sebenarnya. Walaupun dengan berat hati di ceritakan pula siapa orang tua sebenarnya dari Ciung warana. Bahwa dia seorang anak dari raja Galuh dari seorang ibu yang saat sedang di buang atau diasingkan disuatu tempat jauh di dalam hutan.
Tidak lupa sebelum keberangkatnya Ciung Wanara beri wejangan atau pepatah-pepatah dari kedua orang tua yang selama ini mengurus dia sampai besar demikian. Pergilah sang perjaka yang tampan ini di temani ayam jantan peliharaannya yang selalu setia menemaninya selama ini.

Sampailah sang pemuda desa yang tampan dan gagah berani ini di pusat kota kerajaan Galuh saat itu. Ketika sedang berjalan menikmati kemegahan dan keramai kota raja itu, dia di hampiri dua orang patih kerajaan yang merasa aneh dengan anak muda tersebut. Kedua patih tersebut menegur dan mengajak Ciung wanara untuk sambung ayam, karena di tantang Ciung Wanara pun menyetujuinya. Sambung ayam pun di gelar di pusat kota atau alun-alun kota kerajaan Galuh. Ayam peliharaan Ciung Wanara pun memenangkan pertandingan tersebut dengan mudah. Demikianlah ayam jantan tersebut memperlihatkan kebatannya, Walaupun ayam tersebut berhadapan dengan ayam pilihan kepunyaan seorang patih kerajaan.

Maka kabar kemenangan tersebut cepat beredar seantero kerajaan Galuh sampai terdengar kuping sang baginda raja Galuh.
Seorang perjaka tampan memiliki seekor ayam pejantan tangguh, inilah cara yang maha kuasa mempertemukan anak dan ayahnya.
Setelah belasan tahun silam, takdir berbicara, inilah hasil perbuatan orang yang telah menyebar fitnah. Nyimas Dewi Pangrenyep yang telah memisahkan anak dan ayah kandungnya.

Ciung Wanara yang sejati telah mengetahui siapa dirinya itu. Di buatlah kerusuhan-kerusuhan dan kekacauan-kekacauan di depan istana kerajaan. Yang pada akhirnya datanglah pengawal kerajaan membawa titah raja kepada perjaka tampan ini untuk menghadap sang raja Galuh.

"Apa maumu, dan untuk apa kamu membuat onar di depan istana kerajaan ! serta siapa namamu dan dari mana tempat tinggalmu?"
Ciung Wanara pun memberi hormat panutnya seorang rakyat jelat ketika menjumpai atau bertemu rajanya.

"Hamba putra aki-nini Balangantrang tempat tinggal hamba Geger Sunten dan nama hamba adalah Ciung Wanara paduka," Jawab sang perjaka tampan itu dengan tenang.

"Dan tujuan hamba datang kemari hanya bertanya mengenai seekor ayam yang asing, Induk semangnya mengandung setahun lamanya, kandaga menjadi sarang atau tempatnya, dan yang lebih asing lagi sang paduka, telur ayam kampung ini akan menetes apa bila telah di hanyutkan ke sebuah sungai?" Itulah beberapa pertanyaan yang di lontarkan Ciung Wanara kepada raja Galuh.

Nyimas Dewi Pangrenyep pun dibuat terkejut dengan pertanyaan sang pemuda tampan tersebut, sang Dewi Pangrenyep pun mengira pemuda tersebut pastilah anak dari Dewi Naganingrum yang telah dia fitnah belasan tahun lalu.
Sedangkan sang rajapun teringat akan Nyimas Dewi Naganingrum permaisurinya yang telah bunuh mati Ki loreng atas titahnya.

"Aku menantangmu hai anak muda untuk mengadu ayammu dengan ayamku? Dan kamu anak muda bertaruh apa?" Tanya raja Galuh.
"Nyawa hamba paduka, kalau dalam pertandingan nanti hamba yang kalah, paduka raja boleh mengambil nyawa hamba. Namun bila ayam yang kalah ayam paduka raja, hamba meminta sebagian kerajaan Galuh Pakuan menjadi milik hamba," kata pemuda tampan tersebut.
Sebab merasa salama ini ayam sang raja tidak ada yang bisa mengalahkannya, raja pun merasa yakin akan menang dalam pertandingan sambung ayam tersebut. Sang rajapun setuju dengan apa yang ditaruhkan pemuda itu. Sang baginda raja Galuh beranjak mengambil ayam jagonya dan membawa ke halaman istana.

Di mulailah pertandingan sambung ayam tersebut di halaman depan istana kerajaan Galuh Pakuan. Memang benar ayam jantan milik sang paduka begitu gencar mendesak ayam jagonya Ciung Wanara. Babak pertama ayam jantan pemuda itu terdesak hebat hampir menemui kekalahan, tetapi ayam Ciung Wanara kembali kuat. Seterusnya malah ayam jago sang rajalah yang mulai kelihatan akan kekalahannya. Untuk kesekian kalinya ayam jago Ciung Wanara menunjukan kehebatannya, pertandingan pun dimenangkan oleh ayam jago Ciung Wanara.

Menepati janjinya untuk menyerahkan separuh kerajaan pun dilaksanakan, kerajaan Galuh Pakuan sebelah barat menjadi milik raja Ciung Wanara dengan bergelar Raden Prabu.

Sementara sebelah timur menjadi milik Hariangbanga, juga bergelar sama yaitu Raden Prabu.

Terungkaplah segala kejadian belasan tahun yang mengenai, siapa Ciung Wanara serta kejahatan apa yang pernah dilakukan oleh Dewi Pangrenyep. Ki Lengser bercerita tentang ibunda Ciung Wanara yang  masih hidup tinggal di sebuah gubuk buatan Ki Lengser di sebuah hutan. Tak lupa KI Lengser menuturkan bahwa setiap ada waktu dia selalu menjengguk ibundanya Ciung Wanara Nyimas Dewi Naganingrum tersebut. Setelah mendenger penuturan dari Ki lengser Ciung wanara segera menjemput ibunda tercinta yang semenjak lahir belum bertemu itu, Tak lupa sang Raden prabu Ciung Wanara ini menjemput kedua orang tua angkatnya yang telah mengurus membesarkan dia seperti anak kandung, sampai dewasa seperti sekarang ini.

Betapa bahagianya pertemuan yang selama ini diimpikan sang Dewi Naganingrum, terharu sedih dan bahagia bercampur aduk ketika pertemuan itu. Ki Lengserlah yang sangat berjasa besar dalam pertemuan ini, berkat jasa beliau salama ini yang salalu datang membawa kebutuhan sang Dewi setiap ada kesempatan.

Setelah semua peristiwa itu sang Prabu Raden Ciung Wanara, menyusun rencana untuk menjebloskan Dewi Pangrenyep ke penjara sesuai dengan perbuatannya. Setelah semua saksi terkumpul akhirnya Dewi Pangrenyep di tangkap dan di bui di penjara istana kerajaan galuh saat itu.

Namun di lain pihak prabu Hariangbanga sangat murka mendengar ibundanya di tangkap oleh prabu Ciung Wanara tersebut.
Tak terelakkan lagi terjadilah tarung tanding kedua kakak beradik yang berlainan ibu itu. Kedua-duanya mempunyai ilmu yang sangat sakti mandra guna. Pertarungan terus berlangsung, namun raden Hariangbanga harus berlaku jantan mengaku kekalahannya atas adiknya Ciung Wanara.

Dilemparkan tubuh kakaknya melewati sungai Cipamali, Cikal bakal terbelahnya kerajaan Galuh menjadi dua kerajaan.

Lengkaplah sudah kebahagian Ciung Wanara beserta ibunda tercinta dan kedua orang tua angkatnya. Pakuan Pajajaran itu namanya, kerajaan yang sang prabu pimpin, di istana pakuan itulah sang Prabu Ciung Wanara memerintah. Wasalam.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...