Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Monday, December 21, 2015

Jhi Ge Phu dan Putri Naga - Dongeng Cina

Courtesy of pinterest.com - Putri Naga
Dongeng Anak Dunia - Zaman kerajaan China dahulu kala, di daerah Tiongkok, hiduplah seorang bapak tua renta bersama seorang anak lelakinya yang bernama Jhi Ge Phu.

Keluarga ini menjalankan usaha niaga dagang dari kerajinan tangan tembikar yang sudah turun temurun dalam keahlian ini. Atau sudah menjadi usaha keluarga yang diwariskan dari kakek-nenek mereka terdahulu.

Setelah semua hasil kerajinan tangan tembikar terkumpul banyak maka si anak dan kakek itu mengepak barang dagangan itu untuk dibawa kekota pada hari esok paginya.

Hari pun telah berganti pagi, ayah dan anak itu telah bersiap-siap untuk pergi ke kota menuntun keledai yang penuh dengan tembikar hasil kerajinan tangan mereka.
Dengan kondisi jalanan saat ini yang tertutup salju, sang ayah JhiGe Phu pun sangat hati-hati ketika menuntun sang Keledainya, jangan sampai terjatuh dari jalanan serta memecahkan barang bawaannya.

Sampailah perjalanan mereka di daerah Yuin Nan yang terdapat sebuah sungai yang airnya sudah membeku menjadi salju yang keras. Keledai yang membawa tembikar di punggungnya sudah berjalan sampai tengah-tengah sungai yang beku itu. "Sepertinya mengalami kecapaian yang sangat luar biasa maklum keledai tua." Pikir orang tua itu dalam hatinya.

Baru saja orang tua itu berpikir demikian sang keledai sudah jatuh terpeleset, dan semua barang dagangan di punggung keledai itu pecah berantakkan. Bapak tua itupun cepat-cepat menolong sang keledai itu. Tetapi apa yang terjadi bapak tua ini malah terpental dan kepalanya berbenturan dengan salju es yang keras, seketika itu pula sang bapak tua langsung meninggal di tempat.

Dengan berlinang air mata menahan haru dan sedih yang mendalam, begitu menguncang jiwanya, Jhi Ge Phu menguburkan Ayahnya berserta keledai tua yang telah lama setia membatu keluaraganya itu di tepi sungai yang tak jauh dari tempat kejadian musibah tadi berlangsung. Kemudian Jhi Ge Phu pergi mengembara, tidak ada tujuan yang pasti, menuruti kehendak hati dalam melangkahkan kakinya.

Hari ke hari berlalu, sampailah pemuda itu di sebuah pantai yang indah. Jhi Ge Phu duduk-duduk sambil melamuni nasib malang yang menimpa hidupnya. Tetapi lamunannya itu buyar dengan suara geritan-geritan dan suara tangisan dari seorang anak gadis perempuan. Sekelompok pemuda berkuda sedang berlari ke tempat Jhi Ge Phu duduk-duduk dan yang paling mengejutkan lagi di atas punggung kuda itu nampak seorang anak gadis sedang menjerit-jerit meminta tolong. Menurut gelagatnya segerombolan pemuda itu telah menculik gadis tersebut dan membawanya ke tempat ini dengan niat yang kurang baik atau jahat.

Jhi Ge Phu berpikir dalam batinnya dan terus menghadang pemuda berkuda yang membawa gadis tersebut. Tentu saja pemuda yang dihadangnya itu marah dan mengeluarkan senjata cambuk yang menjadi senjata andalannya. Tetapi Jhi Ge Phu telah lama belajar ilmu bela diri dari mendiang ayahnya yang telah tiada dan sudah biasa berkelahi. Tidak selang beberapa lama gerombolan pemuda itu telah dapat di usirnya dengan cepat. Tinggal Jhi Ge Phu dan sang gadis tadi yang telah di tolong dari penindasan dan pemaksaan gerombolan pemuda yang tak bertanggung jawab itu.

Akhirnya perkenalan pun tidak bisa dielakan antara kedua anak manusia itu. Si gadis yang telah ditolongnya itu mengucapkan beribu-ribu terimakasih kepada Jhi Ge Phu sang pemuda pahlawannya.
"Kalau tidak keberatan aku ingin tahu dimana tempat tinggalmu? Dan ceritakan pula bagaimana, nona bisa di culik oleh pemuda-pemuda yang tidak bertanggung jawab tersebut." Bertanya Jhi Ge Phu kepada Nona yang telah di tolongnya itu.

"Istanaku tidak jauh dari tempat ini, letaknya ada di dasar laut. Saat pagi-pagi hari aku sering merasakan hangatnya sang mentari, secara tidak sengaja datang segerombolan pemuda dan memaksaku ikut sampai disini," berkata sang nona tadi.

"Dan aku seorang putri Naga dari Istana dasar laut."

"Maka ikutlah denganku menemui kedua orang tuaku, keluargaku pasti akan berterima kasih kepadamu yang telah menolongku," berkata lagi sang putri Naga itu.

Jhi Ge phu pun mempertimbangkan ajakan sang putri Naga tersebut sebelum menyetujuinya. Dan pada akhirnya anak muda itu setuju dengan ajakkan tersebut, disuruhnya pemuda itu untuk memejamkan matanya, dan apa yang terjadi kemudian setelah sang putri itu menyuruh membukakan mata, sang pemuda terkesima dengan apa yang ada di depan matanya sekarang ini.

Begitu megah dan alangkah indahnya istana bawah laut ini pikir Jhi Ge Phu dalam hatinya. Disambut dua orang makhluk yang berwujud setengah manusia dan setengah Naga, serta dikelilingi para abdi pelayan yang berbentuk setengah manusia setengah ikan. Dan kedua makhluk tadi yang menyambut itu adalah orang tua sang putri Naga. Beribu-ribu kata terima kasih terus terucap dari kedua orang tua sang putri Naga kepada Jhi Ge Phu, dan setelah itu pemuda tersebut di suguhi bermacam-macam makanan yang lezat-lezat. Untuk selanjutnya pemuda itu di bawa berkeliling-keliling istana megah tersebut dan sampai pada sebuah tempat yang dipenuhi oleh banyak perhiasan intan permata yang berkilauan.

Sang Raja Naga laut pun memperbolehkan sang pemuda untuk mengambil apa yang di sukai sebagai tanda terima kasih.
"Hai anak muda ambillah kalau kamu mau dan tertarik oleh emas permata ini, dan kamu boleh mengambilnya sesuka kamu," berkata sang raja Naga Laut itu.
Tetapi sang pemuda itu menolak dengan halus tampa menyingung perasaan sang raja Naga Laut, tetapi sang Raja terus memaksanya.
Akhirnya Jhi Ge Phu memilih patung emas seekor anak ayam dan sebuah tongkat emas yang merupakan lambang kerajaan Naga Laut.
"Sang Raja bertanya dari kamu tahu lambang pusaka kerajaan yang kamu minta tersebut?" Katanya.
"Ini semua saya tahu dari sang putri." Jhi Ge Phu memberi jawaban atas semua pertanyaan dari sang paduka Raja Laut.
Namun akhirnya lambang kebesaran itu pun di relakan di bawa Jhi Ge Phu kepermukaan laut. Sebab sang Raja laut pun yakin bahwa sang putri Naga telah jatuh cinta terhadap pemuda tersebut. Pusaka itu sebagai pengikat kuat ikatan batin putrinya terhadap orang yang telah menyelamatan hidunya dan menjadi pilihan hatinya.
 
Berjalanlah dan terus berjalan, tiada arah tujuan, berhari-hari, berminggu-minggu. Namun sampai beberapa hari ini, Jhi Ge Phu berjalan tanpa menemukan minuman apa lagi makanan. Semua tempat yang lalui begitu gersang. Akhirnya sang pemuda itu Jhi Ge Phu pingsan kelaparan di tengah gurun yang sangat gersang.

Dan saat dia bangun dari pingsannya, terkejutlah sang pemuda karena telah berada di suatu tempat yang sangat asing.
Beralaskan tempat tidur yang indah bersih dan sangat besar serta bau wangi dari wewangian yang menyergarkan.
Serta di ruangan lain rumah besar tersebut telah terhidang makanan yang sangat lezat tersedia disana, tidak panjang pikir lagi segera Jhi Ge Phu melahap makanan tersaji itu serta sampai habis.

Sehabis makan dan minum pemuda itu pun pergi berkeliling rumah tersebut tidak ada satu orangpun yang dijumpainya disitu.
Yang lebih anehnya lagi setelah berkeliling itu dan meneliti setiap sudut tempat, pas di pintu utama rumah itu terdapat namaku. "Betapa baiknya orang ini telah menolongku, juga meminjamkan aku rumah ini." Setelah kejadian tersebut sang pemuda akhirnya berkerja keras menjadi petani di daerah tersebut. Membuka hutan di jadikan lahan pertanian yang subur dan membuat ladang untuk menanam padi yang subur pula. Tidak lupa Jhi Ge Phu pun menanam berbagai macam sayuran serta buah-buahan.

Setelah pagi menjelang dia bangun dan mendapati meja makannya telah siap dengan sajian sarapan dan begitupun ketika pulang dari ladang, meja makan itu pun telah penuh dengan berbagai makanan yang lezat-lezat pula. Dan yang paling menakjubkan dari semua kejadian di rumah yang dia tempati sekarang ini, jika dia meninggalkan dalam keadaan berantakkan pulangnya pasti sudah rapih kembali itu rumah. Siapakah yang selalu membereskan dan memasakan makanan untukku setiap harinya?

Patut diselidikki kejadian ini pikirnya dalam hati. "Aku akan pura-pura pergi ke ladang hari ini, tetapi aku akan balik lagi secara diam-diam, akan di lihat siapa dibali semua ini." Membatin Pikir Jhi Ge Phu.

Namun yang paling menyejutkan dari kejadiaan yang dialaminya selama ini, ketika lagi mengintip dari bali pintu rumah tersebut, patung emas anak ayam  yang di bawa oleh dia selama ini mengeluarkan asap yang tebal dan terus menghilang. Serta menjelma menjadi seorang putri nan cantik jelita. Dialah yang selama ini menemaninya, putri Naga.

Kemudiaan Jhi Ge Phu pun menikahinya putri Naga Ini dan hidup bahagia bersama.

Suatu saat ada seorang raja dan abdi setia kerajaan lewat depan rumah sang Jhi Ge Phu, raja yang hendak pergi berburu itu sangat kagum akan keindahan rumah tersebut. Berhenti sang raja dan pengawalnya untuk bertamu di rumah yang indah itu.

Sebagai tuan rumah Jhi Ge Phu pun menyambut kedatangan rombongan tersebut dengan gembira. Setelah setiap pojok ruangan rumah itu dilihatnya raja sangat terpesona dengan detail rumah yang begitu indah tersebut, tetapi tidak sampai disitu raj ini pun memiliki hati yang jahat ketika melihat kecantikan istri Jhi Ge Phu yang memang sangat cantik itu, timbullah niat jahat untuk menjadikan dia sebagai istri yang akan di bawa ke istana di kerajaannya.

Dicarinya akal bulus untuk mengelabui Jhi Ge Phu, Raja pun mengajak bertanding membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian selama tiga hari. Dan taruhannya jika tidak sanggup atau berhasil Jhi Ge Phu harus rela melepas istri, tetapi jika sanggup dan menang dalam taruhan itu raja akan memberikan hadiah untuknya.

Namun sang istri tidak tinggal diam untuk menolong suami tercinta ini, segeralah sang Putri Naga pulang ke istana bawah laut untuk meminjam kapak rembulan dari Ayahanda Raja Laut.

Dengan kapak rembulan di tangannya, Jhi Ge Phu dengan berani berdiri menentang raja. Dia memilih hutan di sebelah timur, sementara raja hutan di sebelah barat. Dengan sekuat tenaga Jhi Ge Phu melemparkan kapak rembulannya ke atas dan BLARR! Seberkas cahaya memancar dan dengan sekejap mata hutan di sebelah timur telah habis terbabat.

Berbekal kapak rembulan, kapak sakti dari raja laut, hutan di sebelah timur dalam sekejap mata habis terbakar.

Sedangkan hutan sebelah barat masih jauh dari habis, pohon-pohon masih banyak yang tegak berdiri.

Maka kalahlah sang raja dalam pertandingan ini, tetapi raja tidak mau mengakui kekalahannya. Malah menantang lagi Jhi Ge Phu untuk bertanding menuai padi.

Untuk yang kedua kalinya istrinya meminta tolong lagi Ayahanda Raja Laut dan beliau meminjamkan kotak emas berkepala merak kepada Jhi Ge Phu mantunya.

Raja yang picik dan curang itu mengerahkan ratusan orang untuk menuai pagi di ladang yang terletak di sebelah selatan, ladang yang tidak begitu luas dibandingkan dengan ladang kepunyaan Jhi Ge Phu di sebelah utara.

Namun berkat kotak emas tersebut dalam sekejap padi-padi itu habis di panennya.

Semua kekalahan demi kekalahan terus ada di pihak kerajaan itu, akhirnya raja pun memerintahkan untuk membawa paksa istri Jhi Ge Phu.
Semua prajurit diperintahkan untuk menangkap putri Naga Yang cantik tersebut.

Walaupun melawan sekuat tenaga pun akhirnya Jhi Ge Phu kewalahan dan tidak bisa melawan lagi, terdengar istrinya meminta tolong kepadanya.

"Jhi Ge Phu, Mantel Bulu Merak ! Syair nyanyian keberuntungan kita!" teriakan sang putri Naga di tengah-tengah perlawanannya ingin lepas dari prajurit yang membawanya.

Berhari-hari lelaki itu mengumpulkan sebanyak-banyaknya bulu merak, dan membersihkan serta menyusunnya dengan rapih dan merangkainya menjadi syair-syair lagu keberuntungan dengan cucuran air mata cinta, membayangkan orang yang di cintanya dibawa kabur paksa orang. Jadilah mantel tersebut pada hari ke 49 dari peristiwa kejadian istri di bawa paksa sang raja durjana itu.

Malam baru luar biasa di rayakan di seluruh pelosok negeri kerajaan saat itu. Seluruh pojok kota telah di hias oleh lampion-lampion dan lentera warna-warni begitu semarak kota saat itu. Seluruh rakyat sedang berpesta pora malam itu menyambut tahun baru lunar. Ternyata Jhi Ge Phu telah hadir diantara ribuan rakyat yang sedang berpesta, tetapi dengan pakaian yang lain dari pada yang lain tentu saja menjadi pusat perhatian saat itu.

Akhirnya sang raja berkehendak memanggil orang yang menjadi pusat perhatian tersebut ke istananya. Dengan di kawal prajurit kerajaan Jhi Ge Phu pun masuk istana kerajaan tersebut, sambil bersenandung syair keberuntungan dan putri pun sudah punya firasat suaminya telah  datang ke istana maka putri pun bergegas ke pendopo kerajaan untuk menyambut sang suami tercinta. Senyum ceria menebar dari bibir sang putri Naga yang cantik jelita saat berhadapan orang yang bermantel bulu merak itu.

Raja saat itu sedang memperhatikan kejadian tersebut, wah betapa ceria sang putri ketika melihat orang dengan pakaian seperti itu, maka tanpa berpikir panjang di ambil paksalah mantel tersebut dan serta merta memakainya waktu itu juga.

Tetapi putri Naga malah berteriak kepada seluruh pengawal yang ada disitu. "Betapa memalukannya seorang raja dengan pakaian dan kelakuan seperti itu di depan khalayak ramai saat ini. Tangkap dan jebloskan saja di penjara." Ini perintah teriak sang ratu kepada seluruh pengawal yang ada di tempat itu.

Banyak dari pengawal yang terpengaruh oleh perintah sang putri Naga tersebut yang pada akhirnya menimbulkan keributan- keributan di istana saat itu.
Dan ketika terjadi keributan itu Jhi Ge Khu membawa lari sang putri Naga keluar dari istana menuju pantai.

Dan disana telah siap bala tentera dari prajurit pasukan kerajaan Naga menjemput kedatangan mereka berdua untuk kembali ke istana Naga di dalam dasar laut.
Di istana naga inilah mereka berdua akhirnya mendulang kebahagiaan yang abadi.
Wasalam.

oleh: mamang
edit by: n3m0
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...