Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Tuesday, January 12, 2016

Patriot Cilik - Dongeng Perancis

Courtesy of Alamy
dongeng anak dunia - Pada suatu waktu, ketika baru saja berakhir perang Solverino yang di menangkan pasukan Perancis yang bersekutu dengan Italia dan mengalahkan Austria. Pagi yang sangat indah dengan matahari yang bersinar cerah sekali, bulan Juni 1859 adalah bulan yang sangat di kenang untuk kemenangan perang Solverino. Seorang Kapten Kavaleri dengan pasukannya berbaris berjalan dijalan yang sepi. Dan tidak jauh dari tempatnya Pasukan Kavaleri itu berlenggang ada seorang anak kecil yang sedang sibuk membuat tongkat komando dari kayu kecil yang di temukan. Bocah lelaki yang baru berumur 12 tahun itu membuka topi yang dipakainya untuk memberikan hormat tak kala pasukan kavaleri itu lewat dihadapannya.

"Hai, apa yang sedang engkau lakukan ditempat sepi ini?" Bertanya sang Kapten kepada anak muda itu. Bukankah seharusnya anak seumurmu itu ikut mengungsi bersama keluarganya?  

"Keluargaku, terutama ayahku masih dimedan perang ikut berperang dan belum pulang," bocah itu menjawab. "Dan Ibu bersama adikku keluargaku yang lain mengungsi bersama sang paman ke San Severino. Saya masih kecil dan tidak boleh ikut berperang, jadi tugas saya adalah menjaga rumah dan seandainya bisa saya mau memberikan bantuan kepada prajurit yang sedang berperang."

"Untuk itu saya sampai hari ini masih tinggal disini. Seandainya bapak Kapten tidak keberatan dan ingin makanan? Tetapi hanya jagung saja yang bisa saya sediakan. Sebab kalau hanya jagung saja ayahku punya banyak. Saya sudah belajar membuat makanan yang banyak, buat para prajurit." Panjang lebar anak itu memberikan keterangan kepada Kapten Kavaleri itu.

Sang Kapten itupun sangat bangga dengan mengebu-gebu dan semangatnya cerita yang diturturkan sang pemuda kecil itu. Beliau hanya berkata, "Simpanlah, nanti keluargamu akan sangat memerlukan semua makanan tersebut ketika berkumpul kembali! Apakah kamu melihat pasukan musuh kita lewat kesini?"

"Sudah lebih dari dua hari ini pasukan musuh tidak pernah lewat kesini lagi." menjawab sang pemuda kecil itupun dengan gaya yang menyakinkan sekali.

Jalan satu-satunya untuk melarikan diri dari kejaran adalah desa yang sekarang menjadi target pembersihan musuh. Maka tidak mungkin kalau bala tentara itu tidak melewati jalan tersebut. Dan sang Kapten pun memerintahkan team yang ahli mengintai untuk menyelidiki desa itu. Sang Kapten naik keatas loteng rumah anak muda itu untuk melihat keadaan sekeliling, tetapi rumah itu kurang begitu tinggi lotengnya. Akhirnya sang Kapten menyuruh sang pemuda pemberani itu untuk menaiki sebuah pohon yang sangat tinggi untuk mengintai keadaan sekeliling yang lebih jauh lagi jangkauannya.

"Apakah kamu berani naik pohon didepan rumahmu yang tinggi itu untuk melihat keadaan sekeliling desa ini? karena kamu seorang anak kecil tidak mungkin ditembak serdadu Austria," sang Kapten memberikan perintah kepada pemuda kecil itu.

Dan dengan sigap sang bocah itu menjawab, "baiklah Kapten, saya bersedia!"

"Sekarang saya akan naik pohon yang tinggi ini dan akan mengintai keadaan seluruh desa! Serta akan melaporkan apa yang saya lihat dari atas puncak pohon tersebut."

"Lalu tanda jasa apa atau hadiah apa yang akan kamu minta atas tindakkan keberanianmu ini?" Bertanya sang Kapten.

"Saya ikhlas berbuat yang terbaik untuk negara saya tercinta ini!" serunya dengan sangat tegas. "Dengan bangga dan hati sangat terharu sekali sang Kapten, mendengar kata-kata yang terucap dari seorang anak muda harapan bangsa ini."

"Baiklah kuserahkan tugas negara ini kepadamu, hai anak muda! Selau waspadalah!" Sang Kapten berkata.

"Tugas saya laksanakan, Kapten!" Dengan semangat sekali sang anak muda itu berkata.

Dengan lincah dan hati-hati sekali dahan demi dahan pohon besar itu dilaluinya, tak lama berselang sang pemuda cilik itu telah berada diatas puncak pohon besar itu. Namun puncak pohon itu tidak cukup rimbun diatasnya sehingga hanya bagian kaki saja yang tertutup dedaunan sementara dari pinggang sampai kepala terlihat jelas.

"Sekarang perhatikan dan lihat kedepanmu sejauh yang bisa terjangkau pandanganmu, anak muda!" Kapten memberikan perintah. "Dan apa yang kamu dapatkan?"

"Saya melihat dua penunggang kuda yang sedang menuju kearah tempat kita berada!" Teriaknya. "Tidak jauh berjarak sekitar setengah mil di depan, Kapten."    

Kaptenpun bertanya kembali, tentang situasi disebelah kanannya anak muda itu.

"Saya hanya melihat sesuatu sinar yang mengkilat mungkin cahaya itu berasal dari benda tajam sejenis sangkur senjata, tetapi saya tidak bisa melihat orangnya dengan jelas." Pemuda cilik itu menerangkan apa yang bisa dilihatnya dari ketinggian puncak pohon tersebut.               

Tidak lama setelah pemuda cilik itu menerangkan situasi yang ada disebelah kanan tempat itu. Door! Door! Dua letusan dan desingan peluru hampir mengenai badan anak muda tersebut. "Ternyata senapan yang hanya terlihat ujung sangkurnya itu menbidik kearah saya, Kapten!" Sang pemuda cilik itu berteriak kepada sang Kapten.

"Pengintaianmu telah diketahui musuh turanlah, anak muda!" Kapten memberi perintah supaya anak muda cilik itu turun dari atas pohon.

"Baiklah Kapten saya akan turun, tetapi Kapten harus tahu dulu keadaan sebelah kiri saya!"

"Ada apa anak muda cepatlah? Posisimu saat ini sangat berbahaya sekali" Sang Kapten dalam hatinya sangat khawatir sekali.

"Disebelah kiri tempat kita ada sebuah gereja yang sudah penuh dengan pasukaaaan...!"

Door! Sebutir peluru mendesing dan tepat mengenai dada anak muda hingga menembus paru-parunya. Tubuh sang pemberani itu jatuh dari atas puncak pohon tepat di depan sang Kapten. Sang Kapten hanya dapat memeluk tubuh sang pemberani itu dengan penuh rasa sesal yang tiada taranya.

"Maafkan aku nak yang telah memberikan perintah ini!" Sang Kapten berkata.

"Tidak ada yang perlu dimaafkan Kapten, saya telah melaksanakan tugas negara."

Anak muda itupun menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang dalam pelukan komandan kavaleri, sang Kapten.

Kapten dan seluruh serdadu pasukan Kavaleri itupun hanya bisa menyaksikan kejadian yang sangat mengharukan tersebut.

Seorang pembela bangsa yang sungguh berani, walaupun masih sangat muda sekali. Inilah pahlawan muda dengan jiwa patriotnya, dia rela berkoban nyawa demi negara yang dicintainya.

Salam,
oleh: mamang
edit: n3m0


Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...