Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Wednesday, March 23, 2016

Sang Jagoan Dari Betawi - Dongeng Indonesia


Courtesy of www.appszoom.com
dongeng anak dunia - Jakarta adalah sebutan sekarang, dulu dikenal dengan nama betawi dan di daerah betawi barat ini terdapat kampung yang namanya rawa belong. Mengapa kampung rawa belong sangat terkenal?, waktu itu karena di kampung tersebut terdapat seorang pendekar yang sudah pasti tidak asing lagi namanya di telinga kita semua, dialah Pitung.

Bang Pitung pendekar yang selalu membela kebenaran dan ketidak adilan, penguasa penjajah zaman itu yang selalu membuat kekejaman yang semena-mena terhadap rakyat gelata yang hidup serba kekurangan di tanahnya air sendiri yang subur dan makmur
.
Masjid lama dan rumah tua yang terdapat di daerah Marunda adalah saksi bisu perjuangan sang pedekar betawi si Pitung yang gagah berani membela tanah air dari tindak kekejaman penguasa Hindia Belanda sang penjajah.

Di daerah rawa belong inilah tinggal sepasang suami istri yang telah di karunia seorang anak lelaki yang tampan dan mempunyai sifat kesatria jantan dan mereka memberi nama anak tersebut dengan nama Pitung.

Sang ayah dan ibu mereka sangat sayang terhadap sang anak semata wayangnya dan mereka mendidik anak tersebut dengan menyekolahkan sang anak di pesantren yang di pimpin guru ngaji terkenal bernama Bapak Haji Naipin.

Pitung tidak saja belajar membaca serta menulis saja, melainkan belajar mengaji juga dan yang paling menjadi hobi sang Pitung adalah tatkala sang guru memberikan pelajaran bela diri silat, dan sang Pitung sangat berbakat sekali dalam belajar Ilmu ini. Namun pelajaran yang lainnya pun Pitung sangat pandai dan pintar serta rajin sekali.

Dan ketika Pitung sedang ada di rumah anak yang rajin dan pandai senang sekali membantu keluarga dalam pekerjaan rumahnya. Setiap pagi hari dia akan pergi ke daerah yang di tumbuhi rumput-rumput hijau untuk mengembala kambing-kambing milik ayahnya tercinta.

Dan ketika sore hari tiba setelah seluruh kambing makan dan perutnya buncit barulah dia pulang membawa kambing-kambing tersebut pulang kembali ke rumahnya.

Keluarga yang sederhana dari kehidupan yang dijalani keluarga si Pitung, sang Babe adalah seorang pemborong ladang yang sengaja datang ke ladang-ladang bapak petani untuk memberi buah-buahan yang belum matang dengan harga yang tidak terlalu tinggi.

Dan buah-buahan yang sudah di petik dan belum matang tersebut lalu di peram dan akan di jual kemudian setelah matang akan dijual dengan harga yang cukup lumayan tinggi.

Itulah pekerjaan yang kerap kali Babe kerjakan tatkala musim buah-buahan.

Hari itu sang pemuda yang baru beranjak besar itu menjual dua ekor kambing peliharaannya ke pasar tanah abang yang cukup jauh jaraknya dari tempat tinggalnya.

"Anakku Pitung, Babe mau nyuruh lo," walaupun merasa tidak enak juga.

"Bantuin Babe lo, jualan kambing yang kite pelihara ke pasar?" sang ayah Pitung menyuruh anak semata wayang menjual kambing-kambing ternaknya.

"Pastilah Babe, Pitung akan bantu," sang anak yang rajin ini siap membantu sang ayah tercinta dengan senang hati.

"Elo pastiin harganye yang bagus ye, jangan mau lo tertipu orang di pasar sana," Sang ayah menasihati sang anak agar berhati-hati dengan harga kambingnya jangan terlalu murah ketika akan di jualnya.

Setelah dapat nasihat dari sang Babe, Pitung pun beranjak pergi dengan dua ekor kambing yang akan di jualnya. Dua kambing yang gemuk dan sehat ini pun dengan cepat sudah laku terjual dengan harga yang cukup lumayan tinggi.

Dengan cepat uang hasil penjualan dua ekor kambing tersebut di masukkan kedalam kantong celana, dan sang Pitung berlalu dari tempat itu untuk pulang ke rumahnya. Tetapi tingkah laku sang Pitung sudah diawasi oleh preman-preman pasar sejak dari tadi ketika masuk kepasar yang sudah siap untuk mengambil uang hasil penjualan kambingnya, dan ketika keluar dari pasar orang-orang tersebut menghampirinya.

"Maaf, lo mau pergi kemana buru-buru sekali?" Bertanya-tanya salah satu dari orang-orang tersebut.

"Ane mau balik pulang kerumah, bang" Pitung menjawab dengan tenang saja.

"Emang lo anak mana?" Bertanya orang yang lainnya sambil mendekat dan tangan dengan cepat merogoh uang yang berada di kantong celana si Pitung, dalam sekejap uang tersebut telah berpindah tangan.

"Ane anak rawa belong, bang! Menjawab kembali dengan sikap tenang sekali.

"Oh, ya sudah pulang sana," Sang preman sudah berhasil mendapatkan uang yang cukup banyak.

Singkat cerita sampailah sang pemunda betawi ini di depan halaman rumah, tatkala tangannya mau mengambil uang yang disimpan dikantong celana untuk di serahkan kepada sang Babe, "Celaka orang-orang di pasar tadi telah mengambil uang dari kantong celanaku," bisiknya.

"Oh ternyata preman-preman itu tadi ngakalin gue," bisiknya kemudian.

"Untung gue belum sampai rumah kalau udeh, malu deh gue," bisiknya terus bicara setengah menggerutu.

Tanpa pikir panjang Pitung balik lagi ketempat dimana tadi dia bertemu para preman itu. "Kebetulan lo, masih pade di sini, cepat kembalikan uang gue!" serunya dengan nada bicara yang sedikit keras Pitung minta uangnya dikembalikan.

Tentu saja preman-preman itu pun pada tertawa terbahak-bahak, mereka tidak tahu berhadapan dengan siapa saat ini
"Punya nyali juge lo, berani dateng lagi kemari?" kata salah satu dari preman-preman itu.

Dalam hati Pitung orang-orang seperti ini tidak bisa di ajak kompromi, lebih baik tinjuku yang bicara dulu baru mereka mau di ajak bicara.

Ilmu yang selama ini dia pelajari pun akhirnya di gunakan juga untuk menghajar preman-preman pasar yang telah mengambil uangnya. Akhirnya mereka semua pada menyerah sama si Pitung dan uang pun kembali lagi di tangan sang pemuda yang ahli bela diri itu.

Dan kemudian mereka pada mengambil langkah seribu, berlari dari tempat itu, si Pitung hanya diam saja melihat tingkah laku preman yang berwajah seram dan menakutkan.

Namun di antara preman itu ada yang penasaran dengan kehebatan si Pitung dalam ilmu bela dirinya, dia pun akhirnya mencari tahu keberadaan sang anak muda yang gagah tersebut.

Dan akhirnya dia pun bertemu juga dengan sang jagoan muda yang gagah dan tidak kenal takut di rumahnya. Setelah sampai di rumah si Pitung, orang itu yang ternyata bernama Rais mengutarakan maksud kedatangannya ke rumah anak muda tersebut.

Rais adalah pimpinan dari para preman yang ada di pasar tanah abang, mengajak bergabung dengan si Pitung untuk menjadi copet juga.

Sang pemuda pemberani ini sangat terkejut juga dengan kedatangan bang Rais, dan setelah mendapat ajakkan untuk menjadi copet, Pitung lebih terkejut lagi.

"Maaf bang, ilmu yang ane pelajari bukan untuk di pakai berbuat kejahatan," singkat saja Pitung menjawab. Dan malah Pitung memberi nasihat kapada sang gembong copet itu untuk tidak berbuat jahat lagi, serta mengajak untuk insyaf saja dari dunia kejahatan yang selama ini menjadi mata pencahariannya.

"Dunia yang mereka geluti selama ini sudah menjadi ke ahliannya bagi mereka, bagaimana mereka mau berhenti. Sedangkan untuk mencari pekerjaan lain kala itu tidak mudah apalagi mereka semua tidak ada yang punya keahlian yang lain. Sedangkan mereka semua sudah punya anak dan istri, dari mana mereka bisa mendapatkan uang untuk makan anak istrinya kalau sekarang berhenti menjadi copet," Panjang lebar Bang Rais menerangkan kepada si Pitung.

Pitung sejenak berpikir untuk mencari solusi yang sedang di hadapi bang Rais yang menjadi gembong pencopet tanah abang yang datang ke rumahnya untuk bergabung menjadi copet.

"Bagaimana kalau begini bang! Abang bersama anak buah komplotannya merampok orang-orang kaya-raya yang congkak dan tidak pernah membantu rakyat kite yang kebanyakkan hidupnya dalam kemiskinan."

Dari pertemuan itu akhirnya Pitung bergabung pula dengan komplotan bang Rais dan dia sendiri yang mengatur mangsa yang akan menjadi sasaran untuk di rampok. Yang menjadi sasaran adalah orang kaya yang menjadi lintah darat dan juragan kaya-raya yang hidupnya kikir dan tidak pernah membantu rakyat yang pada waktu itu hidup dalam keadaan miskin, zaman penjajahan Belanda.

Banyak sudah rakyat miskin yang telah di bantu perekonomian dari hasil penjarahan komplotan Pitung dan kawan-kawannya.
Akhirnya sepak terjang Pitung yang meresahkan orang-orang kaya kikir pun tercium oleh Kompeni yang berkuasa kala itu, Pitung pun menjadi sasaran penangkapan.

Namun sepandai-pandai tupai meloncat pasti jatuh juga, dalam aksi yang kesekian kalinya Pitung tertangkap pula.
Akhirnya Pitung di masukkan ke penjara kota. Namun setelah di sel penjara, Pitung dapat meloloskan diri dengan menjebol atap penjara.

Beberapa peluru penjaga penjara berhamburan menghujani badan si Pitung, namun Pitung kebal dan terus saja berlari kabur dari penjara kota tersebut. Jimat yang berada di dalam tubuhnya menjadikan dia tidak mempan di tembus peluru senjata api.

Kini Pitung menjadi buronan nomor satu dari penguasa belanda di Betawi, polisi kala itu terus menyelidiki keberadaan sang Pitung.

Semua keluarga si Pitung menjadi sasaran polisi dalam menyelidik kasus tersebut dan pada akhirnya polisi kembali kepada seorang guru sang pendekar betawi untuk di tanyai kelemahan sang anak muda yang menjadi muridnya.

Karena didesak setiap hari dan dengan terus menerus ditanya juga dengan ancaman, akhirnya sang guru Pitung Bapak Haji Naipin memberitahukan kelemahan Pitung adalah dilempar telur busuk.
   
Akhirnya dalam pelarian sang Pitung ditemukan Polisi di rumah seorang perempuan yang menjadi pacarnya, Pitung pun dengan gagah melawan semua polisi yang mengepungnya.

Namun karena sudah tahu kelemahan sang Pitung akhirnya dilempari telur busuk, tubuh Pitung pun menjadi lemas beberapa peluru menembus badannya.

Sang pemuda yang selalu menjadi penolong kaum miskin dan lemah dan selalu menjadi momok yang menakutkan bagi orang-orang kaya yang pelit dan kikir, kini telah wafat sebagai pahlawan kaum miskin dari rakyat jelata betawi zaman itu dan menjadi penjahat bagi golongan kaya raya dan para penguasa Belanda.

Kini tinggal kenangan yang tidak akan pernah dilupakan oleh siapapun apalagi bagi orang betawi.

Keahlian atau Ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang harus dipergunakan untuk kepentingan orang banyak, bukan saja untuk diri sendiri.

Janganlah bosan untuk berbuat baik terhadap siapapun di dunia ini dengan Ilmu keahlianmu. Sekian.

oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Gaya Ke Kantor Untuk Yang Berhijab
ISIS Klaim Serangan Di Brussels, Polisi Mulai Berburu
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...