Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Monday, April 18, 2016

Sang Batu Nong - Dongeng Indonesia

Courtesy of sejarahtipsrangkuti.blogspot.com
dongeng anak dunia - Batu Nong adalah Fenomena alam yang terdapat di daerah Kabupaten Sumbawa, Kecamatan Alas, di sebuah tebing bukit Utara Desa yang bernama Desa Lekong.

Sebuah batu besar yang tergantung pada sebuah tebing bukit yang cukup tinggi dekat aliran sungai Lekong daerah Desa Lekong.

Andaikan guncangan sedikit saja, orang memperkirakan batu tersebut akan jatuh tergelincir dari tebing tersebut kebawah.

Namun kenyataannya, batu Nong walaupun telah berpuluh-puluh tahun silam masih saja tetap tidak goyah oleh waktu, selalu setia menempel atau menggantung pada tebing bukit.

Menurut legenda cerita rakyat setempat yang telah turun temurun bercerita, mengapa batu Nong sampai berada ditempat tersebut inilah kisahnya.

Tersebutlah sebuah negeri yang subur makmur dengan rakyatnya yang hidup rukun dengan kesejahteraan yang mereka miliki, kini mereka hidup saling menghormati satu sama yang lainnya tiada berbeda.

Dalam taraf kedudukan masyarakat yang mereka anut hak antara laki-laki dan wanitanya adalah sama, namun ada satu hal yang menurut mereka tabu adalah tatkala mencuci pantat (cebok) anak mereka bila sudah buang air besar.

Pantangan ini sangat diyakini oleh semua masyarakat atau penduduk negeri tersebut, sebab azab akan datang kepada siapa saja yang melanggar hal tersebut, mereka pun sangat yakin sekali.

Terdengar kabar gembira dari negeri tetangga yang akan menyelenggarakan sebuah pesta yang sangat ramai dan meriah, kabar ini pun tentu saja mendapatkan sambutan yang sangat baik dari seluruh lapisan masyarakat waktu itu yang kurang akan adanya hiburan.

Waktu itu, yang namanya hiburan sangatlah jarang diadakan, walaupun mungkin ada yang mengadakan adalah pihak-pihak tertentu atau orang-orang yang berpengaruh dalam pemerintahan negeri.
 
Maka terdengar kabar berita gembira ini oleh seorang istri yang telah mempunyai anak kecil namun selalu dimanja sang suami tercinta karena rasa sayangnya yang setulus hati.

Tentu saja sang istri langsung merengek manja meminta izin pergi menyaksikan pesta keramaian yang meriah di negeri tetangga tersebut.

"Suamiku, kita sudah menikah lama dan selama ini saya tidak pernah mendapat kesempatan untuk nonton pesta kemeriahan, sementara anak kita sudah besar dan saya sudah tidak menyusuinya lagi," katanya.

"Jadi engkau ingin pergi menonton pesta keramaian, namun engkau pergi dengan siapa istriku, negeri tetangga tersebut letaknya cukup jauh!" sang suami mengkhawatirkan sang istri tercinta.

"Jangan takut suamiku, banyak juga istri-istri tetangga kita yang telah diberi izin suaminya untuk pergi dan saya akan ikut rombongan mereka bersama-sama," menjawab sang istri.

"Tapi bagaimana kalau anak kita ingin buang air besar? Anak kita masih belum bisa cebok sendiri," bertanya lagi sang suami.

"Saya hanya pergi sehari saja, tunggulah nanti saya pulang," sang istri tercinta menjawab kembali.

Setelah berpikir lama, tidak salahnya dia memberikan izin terhadap sang istri tersayang yang mungkin ingin sekali hiburan setelah sekian lama hanya mengurus anak dan dirinya selama bertahun-tahun.

"Baiklah, namun berhati-hatilah dalam perjalanan dan saat di tempat keramaian nanti," sang suami berkata memberi izin sang istri untuk pergi dengan memberikan nasehat supaya sang istri bertindak hati-hati.

Maka berangkatlah sang istri menuju negeri tetangga yang sedang mengadakan pesta keramaian, namun ternyata
perjalanan sangatlah jauh tidak cukup satu hari sang istri dan teman-temannya sampai di tempat tujuan.

Keramaian pesta yang meriah dan sangat menyenangkan hati siapa saja yang melihatnya membuat sang istri terlena dan lupa janji untuk pulang secepatnya, hampir tiga hari sudah dia bergembira dalam pesta tersebut.

Sementara sang suami yang tinggal di rumah sangat kerepotan untuk mengurus anaknya yang belum begitu besar dan satu hal lagi sang anak setiap hari selalu buang air besar dan sudah hampir tiga hari dia tidak membersihkan pantat sang anak atau mencebokinya, bau busuk telah memenuhi seisi rumah.

Tabu sebenarnya untuk dilakukan sang suami namun bau pantat anaknya yang menyengat hidung membuat dia tidak tahan lagi untuk segera membersihan pantat sang anak, akhirnya apa boleh buat dia pun menceboki sang anak sampai bersih.

Siang pun menjelang malam dan kutukkan segera berlaku kala itu, timbullah sisik-sisik ular yang memenuhi seluruh kulit tubuhnya secara tiba-tiba diiringi mengkerutnya kedua kaki serta kedua tangannya.

Berubahlah kini dia menjadi seekor naga yang berkepalakan manusia dengan sisik-sisik besarnya meliputi seluruh kulit, penampilannya kini sangat seram sekali.

Kutukan telah berbicara bagi siapa saja pelanggar pantangan atau larangan yang telah berlaku atau yang ada di daerah negeri tersebut sampai sekarang.

Sang istri pun kini dalam perjalanan pulang dari pesta keramaian, rasanya hati sang istri telah puas dengan suguhan hiburan pesta meriah yang dia tonton selama tiga malam.

Masih tersenyum-senyum kecil ketika dia pulang bersama-sama teman-teman tetangga yang ikut menjadi satu rombongan dalam penjalanan pulang dan pergi.

Jerit ketakutan segera keluar dari mulutnya ketika mendapatkan sang suami kini telah menjadi naga yang berkepala manusia.

Tangis sedih pun sudah tidak dapat terbendung lagi, dia merintih menyesali apa yang telah terjadi dan yang menimpah suami tercinta yang telah dikutuk menjadi seekor naga berkepala manusia.

Bagaimana nasib keluarga ini kedepannya dengan keadaan seperti ini, "oh, mengapa aku tidak ingat akan tanggung jawab yang harus aku lakukan," bisikkan penyesalan terus mengalir keluar dari mulutnya.

"Baiklah istriku, engkau tidak boleh larut dalam kesedihan yang terus menerus ini, semua telah terjadi jadi sesal pun tidak akan ada artinya saat ini," katanya.

"Lebih baik engkau membeli sebuah tempayan besar yang bisa memuat seluruh tubuhku dan engkau boleh memasukkan aku kedalamnya dan simpanlah aku disebuah sungai yang tidak terlalu jauh dari sini," katanya kembali.

"Cepatlah engkau bertindak sebelum semua orang tahu, biar engkau tidak malu atas kejadian seperti ini," katanya lagi.

"Aku sangat sayang kepadamu sehingga Aku memberikan izin kepadamu untuk menonton pesta keramaian namun semua telah terjadi, waktu tidak akan bisa mundur kembali kebelakang tabahlah dalam menghadapi cobaan ini," itulah kata-kata terakhir yang keluar dari mulut sang suami tercinta.

Semua ucapan yang keluar dari mulut sang suami tercinta semakin membuat hatinya dirundung nestapa yang sangat dalam sekali, namun itu semua telah terjadi seperti yang dikatakan sang suami, kehidupan ini harus dijalani dengan hati yang tabah.

Maka hari-hari berikutnya sang istri pun dengan setia selalu mengantar makanan juga minuman dan melihat sang suami dengan hati yang sangat pedih, air mata pun keluar tanpa terasa.

Hari demi hari sang istri yang setia selalu mengurus sang suami, naga berkepala manusia selama bertahun-tahun berlalu.

Namun dalam satu kesempatan yang tidak terduga negeri pun dalam keadaan bergejolak, peperangan telah terjadi antara negeri saling ingin menguasai satu sama yang lainnya.

Desa telah digembur habis, banyak sudah yang menjadi korban kekerasan yang diakibatkan oleh perang, rakyat jelatalah yang menjadi korban dari penguasa-penguasa yang ingin merebut negeri tercinta ini.

Desa telah hancur berkeping-keping, untuk itu bagi yang bisa lari menyelamatkan diri mereka berlari dan bersembunyi di hutan-hutan.

Yang berkelompok mengungsi dengan mengunakan sebuah perahu yang cukup besar layar pun berkembang, mereka kini berangkat pergi dengan arah dan tujuan yang tidak pasti, asalkan bisa selamat dari kejaran musuh yang sangat kejam memburunya.

Kemana angin membawa mereka maka itulah tujuannya yang mereka cari, tidak disangka sang istri dari sang naga berkepala manusia pun ikut di dalam perahu layar rombongan tersebut, dia dan sang anaknya masih hidup kini.

Kapal perahu layar telah berhari-hari berlayar di lautan bebas sementara dibelakang tempayan ikut serta kemana pun perahu itu melaju, sebagian pengungsi telah melihat kejadian aneh tersebut.

Dan sampailah perahu itu di muara sungai Lekong di daerah Sumbawa Barat, demikian pula tempayan itu ikut berlabuh tidak jauh keberadaannya dari tempat perahu merapat, kejadian yang begitu aneh.

Setelah semua sepakat maka para pengungsi itu pun mendirikan rumah-rumah sederhana untuk tinggal sementara secara serentak, namun ternyata daerah tersebut merupakan tempat yang subur dan dapat dijadikan daerah untuk ditempati sebagai pemukiman selamanya.

Kejadian aneh pun terulang kembali tatkala sang juragan perahu sedang pergi ke sungai malam hari untuk buang hajat, sebuah batu besar tiba-tiba sudah berada di tengah sungai dan menghalangi air sungai yang mengalir.

Setelah dilihat dengan seksama batu besar tersebut adalah sebuah tempayan yang di dalamnya terdapat seekor Naga berkepala manusia.

"Tolonglah Tuan, pindahkanlah saya ke tebing di atas bukit yang berada di atas sana, saya sudah tidak merasa cocok lagi tinggal di sungai ini" terdengar ada suara yang keluar dari dalam tempayan.

Setelah kata-kata itu selesai secara ajaib tempayan terbang secara perlahan naik ke atas tebing dan menempel di tepi tebing bukit, selanjutnya sang batu pun membesar secara ajaib dan sangat aneh sekali.

Keesokkan paginya tentu saja sang juragan perahu menceritakan kejadian yang dialaminya kepada semua orang yang ikut dalam perjalanan mengungsi.

Tak urung semua orang pun ikut naik ke atas bukit untuk melihat batu  besar yang menempel di bibir tebing dekat rumah para pengungsi yang baru saja dibangun.

Ternyata batu besar tersebut dapat diinjak oleh beberapa orang, berdirilah mereka di atas batu tersebut sambil melihat ka bawah luas sejauh mata memandang.

Ketika mata melihat dari atas batu, terpampang gambaran pemandangan alam yang sangat indah di bawah sana, maka batu tersebut diberi nama "Batu Nong" (batu untuk melihat kebawah)

Pemukiman Desa yang baru ditempati para pengungsi diberi nama Desa Lekong, karena daerah tersebut terdapat banyak sekali pohon kemiri. Lekong adalah buah kemiri yang digoreng tanpa minyak atau sangan bumbu masak khas Sumbawa.

Kepercayaan yang mereka yakini sampai sekarang pun tidak ada yang mau atau berani mencuci pantat anaknya yang baru buang hajat.

Dan mereka pun khususnya orang yang asli atau sudah lama menetap di Desa Lekong, "Batu Nong" mereka anggap batu keramat, sampai sekarang batu besar tersebut masih tetap bertengger di tebing bukit Utara Desa Lekong tidak usang tertelan waktu dan zaman.

Seharusnya cinta kasih yang tulus itu berujung bahagia, namun adakalanya harus menjadi contoh dan suri tauladan bagi kita dan orang lain.

Maka berhati-hatilah dalam semua tindakkan serta jangan ragu untuk katakan tidak atau jangan sekali pun itu kepada orang yang kita cintai, bila memang untuk kebaikkan kita semua nantinya. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Batu Berlian, 7 Hal Yang Harus Diketahui
Foto Hantu di Tangga Tulip Rumah Ratu
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...