Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Wednesday, May 11, 2016

Saat Sang Kancil Makan Sang Singa - Dongeng Indonesia

credit: aaronshep.com
dongenganakdunia - Tersebutlah pada zaman dahulu kala tentang seekor kancil yang sangat periang sedang jalan-jalan dipadang rumput yang begitu luas, sepanjang mata memandang hanya hamparan hijau nan menyejukkan mata.

Tidak seperti biasanya sang kancil ini ada di kawasan padang rumput, "Aku sudah jenuh berada terus didalam hutan, ingin rasanya mengganti suasana serta bertemu dengan teman-teman baru," bisiknya ketika itu.

Tentu saja suasana yang lain dari biasanya membuat pikiran penat sang kancil, menjadi lebih segar dan hatinya bergairah dengan pengantian suasa seperti sekarang ini.

Banyak sudah teman-teman baru yang dia kenal di padang rumput. Untuk menambah pergaulan hidup, sang kacil bertemu dengan mereka serta menyapanya. Pengalaman yang sungguh beda dengan suasana hutan tempat tinggalnya.

Rusa, jerapah, kuda nil, kerbau liar juga sapi liar hidup dipadang rumput dan masih banyak pula binatang yang lainnya berada disana.

Siang pun akan berganti malam, pergantian waktu yang dirasakan sangat singkat bagi sang kancil, menjadi tidak terasa karena saking asyiknya berada ditempat baru di padang rumput terbuka.

Karena hari sudah menunjukkan sore maka dia pun bergegas pulang ke hutan tempat tinggalnya, dalam perjalanan mulutnya tidak henti-hentinya bersenandung kecil untuk menghilangkan suntuk di perjalanan.

Perjalanan cukuplah jauh dan memang sangat sepi, di waktu seperti itu kebanyakkan dari bangsa hewan pemakan rumput telah berada dirumahnya masing-masing.

Hari ini banyak sudah yang kancil pelajari di dunia luar yang memang begitu luas, selain mendapatkan teman-teman baru juga tentang pengalaman dunia baru yang sangat indah membuat hatinya semakin bahagia saja.

Namun lamunan indahnya dikagetkan dengan kehadiran sang singa yang berada tepat dipinggir hutan tak kala dia mau masuk kedalam hutan tempat tinggal.

Dengan gerakkan seperti kilat, sang kancil cepat berlari dari tempat itu menuju hutan untuk menyelamatkan diri dari gangguan sang pemangsa si raja hutan singa.

Makanan lezat di depan matanya tiba-tiba lari, tentu saja sang singa tidak tinggal diam. Dengan gerakan yang tidak kalah gesitnya dia pun mengejarnya ke dalam hutan.

Namun hutan bukanlah tempat yang biasa dijadikan tempat berburu baginya, lambat-laun dia pun menjadi sangat kewalahan mengejar sang kancil yang sudah tahu seluk-beluknya hutan lebat tersebut.

Tetapi lain halnya dengan sang kancil dia sudah hapal benar dengan jalanan hutan yang memang tempat dia bermain dari dulu dan juga sebagai rumah tempat tinggalnya.

Dengan bebas dia memutari setiap rintangan yang ada dijalanan hutan tersebut membuat sang singa menjadi sangat kerepotan sekali dalam usaha mengejarnya.

Maka sampailah dia disebuah kolam yang airnya begitu jernih sehingga bayangan dirinya dapat terlihat atau tercermin diatas air kolam nan jernih.

Rasa haus setelah berlari cepat dan cukup lumayan jauh akhirnya membuat dia minum air kolam tersebut sambil istirahat, pikirnya sang singa sudah tidak mengejarnya lagi dan sudah jauih tertinggal dibelakangnya.

"Aku mau beristirahat dulu sebentar, sebab menurutku singa sudah tidak mengejarku lagi dia sudah balik ke padang rumput, sebab hutan bukanlah tempatnya mencari makan," sang kancil berguman dengan napasnya yang masih terengah-rengah.

Namun dugaan sang kancil sangatlah meleset kali ini sebab sang singa kini telah berada dekat dengannya sambil menyerigai memperlihatkan gigi-gigi tajamnya.

"Dasar makhluk kecil, mau lari kemana pun akan aku kejar. Sebenarnya engkau ini jenis makanan lezat apakah? di bilang anak banteng bukan, engkau sendiri tiada bertanduk, rusa pun sama saja ada tanduknya, namun aku sudah tanggung mengejarmu sampai disini maka tak apalah untuk sekedar mengganjal perutku yang memang sudah sedikit lapar, ggrrrrr," sang singa berkata sambil menggeram menakutkan hati sang kacil kala itu.

Sang kancil sangat terkejut sekali dengan kejadian ini dia belum siap saat ini untuk menghadapi sang singa yang sedang kelaparan, namun sekilas sebuah ide pintarnya yang gila telah muncul didalam benaknya ketika teringat akan bayangan di air yang jernih itu.

Kancil adalah binatang dengan segala kecerdikkannya telah terkenal diseluruh hutan tempat tinggalnya, namun hatinya sangatlah baik terhadap siapa pun, sehingga banyak teman dan sahabat yang menyayanginya.

"Baguslah akhirnya dengan mudahnya engkau pun tertipu juga seperti korban-korban yang lainnya," bentak sang kancil.

Tentu saja singa sangat kaget dibentak hewan buruannya yang akan menjadi santapannya dan baru kali ini mungkin, dia dibentak binatang kecil seperti sang kancil.

"Apa katamu sehingga berani membentakku dengan kasar seperti itu? Ketahuilah aku adalah raja hutan yang berkuasa dipadang rumput yang seluas mata memandang dan siapakah engkau?" kata si raja hutan singa dengan sangat marah.

"Badanmu memang besar, tampangmu memang seram namun otakmu sangatlah bodoh sekali." Kata kancil.

"Aku sengaja memancingmu untuk mengikutiku ketempat makan kesukaanku ini, ha ha ha," kata sang kancil dengan bola matanya menatap seperti tidak tersirat rasa takut sama sekali terhadap singa.

"Wajah seram, badan besar, bodoh serta tempat makan kesukaan, apakah itu semua?" bertanya sang raja hutan dia kini telah masuk perangkap permainan kata-kata dari banyak akalnya sang kancil.

"Oh engkau belum mengerti maksudku, sudah banyak singa yang menjadi makananku, mereka semua tertipu oleh badanku yang memang terlihat kecil namun aku sangat suka sekali memakan daging singa yang padat namun empuk kala aku kunyah," sang kancil menggertakkan ancaman kata-katanya.

"Jangan pernah engkau berbohong padaku! hai binatang kecil aku tidak akan pernah tertipu oleh gertakkanmu," sang singa terlihat marah sekali.

"Buat apa aku berbohong, namun aku hanya merasa kasihan kepadamu, setiap kali aku makan singa aku selalu menyimpan kepalanya didalam lubang untuk mengenang mereka," kata sang kancil sambil menunjuk kolam jernih yang dia katakan sebuah lubang kepada sang singa.

"Baiklah aku beri satu kesempatan kepadamu untuk melihat lubang tersebut sebagai kebaikkan hatiku hari ini, namun janganlah engkau berbuat konyol yang membuatku hilang kesabaran," berkata lagi sang kancil.

Rasa penasaranlah menuntun langkah sang singa menuju pinggiran kolam yang dibilangnya lubang oleh sang kancil, seketika terlihat bayangan kepalanya dari pantulan beningnya air kolam.

Sang singa merasa kaget sekali melihat ini semua, hatinya kini mulai percaya bahwa apa yang dikatakan sang kancil benar adanya, dia lalu membalikkan badan dan dengan gerakkan kilat meloncat kabur meninggalkan tempat tersebut tanpa basa-basi lagi, dia telah tertipu oleh kecerdikkan akal sang kancil.

Kancil tersenyum lalu dia pun tertawa dengan penuh kemenangan, "Badan boleh besar namun otakmu tetaplah bodoh," katanya.

Kekuatan adalah sumber dari kemenangan atau keberhasilan namun kekuatan pun bisa dikalahkan dengan dengan akal yang cerdik, maka belajarlah cara menggunakan kecerdasan dan akal cerdikmu untuk berbuat kebaikan.

Sekian.

oleh: mamang
edit: n3m0

Advertising - Baca Juga : Dreamcatcher Symbol
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...