Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Thursday, May 26, 2016

Sang Bunga Dan Sang Kupu-Kupu - Dongeng Yunani

Courtesy of id.aliexpress.com
dongeng anak dunia - Tersebutlah pada zaman dahalu kala tentang sebuah hutan belantara yang banyak ditumbuhi pepohonan buah-buahan hutan yang segar-segar serta manis-manis pada musimnya.

Pada musim buah, dibulan tersebut pohon-pohon telah berbunga, cikal bakal buah yang akan menjadi pusat rebutan semua hewan-hewan yang menyukai buah-buahan dihutan belantara tempat tersebut.

Hutan tersebut menjadi tempat kesukaan dari berbagai binatang seperti rusa, panda, beruang, burung-burung serta serangga-serangga lainnya yang membuat sarang dipohon-pohon tersebut.

Oh betapa banyak hewan-hewan yang selalu ingin tinggal serta lama-lama dihutan tersebut karena makanan yang tersedia begitu melimpah-ruah tidak akan ada habis-habisnya, Tuhan sungguh maha penyayang kepada makhluk hidup ciptaannya.

Hari itu hutan yang asri dan ramah tersebut kedatangan seorang tamu yang sangat terkenal dengan kerakusannya, dialah sang Lili ulat sipemakan daun pepohonan yang sangat rakus.

Selera makan sang Lili ulat yang begitu besar tidak pernah mengenal kenyang membuat daun-daun pohon yang ditinggalinya menjadi habis dilalap masuk kedalam perutnya.

Sehingga banyak sekali pohon-pohon yang tidak mau ditinggali olehnya yang bersifat sangat rakus dan juga tamak dalam urusan selera makannya.

Untuk itu dia selalu berpindah-pindah tempat dari satu pohon yang mengusirnya ke pohon lain untuk mencari tempat tinggal selama hidupnya di hutan tersebut.

"Tuan pohon apel hutan yang sangat baik hati!!! bisakah saya tinggal didahanmu barang beberapa hari saja?" bertanya sang Lili ulat kepada pohon Apel hutan yang kala itu sedang berbunga.

"Maaf sekali, engkau kali ini tidak bisa tinggal didahanku karena aku sedang berbunga,  nanti aku tidak bisa berbuah dengan baik musim ini, kalau daun-daunku engkau makan habis," jawab pohon apel hutan.

"Mungkin engkau bisa mencari pohon lain yang bisa engkau tempati saat ini, pikiranku sedang fokus untuk menjaga dan membesarkan buah-buahku," jawab pohon apel hutan kemudian.

"Jangan takut Tuan pohon Apel, suatu hari nanti aku akan membalas semua budi baik yang engkau berikan hari ini untukku, aku sudah tidak lagi memiliki tempat tinggal sekarang," kata sang Lili ulat memohon dengan sangat memelas sekali.

"Sekali lagi aku katakan tidak boleh, mengapa engkau memaksaku!!! kamu pun tahu semua binatang yang tinggal dipohonku, mereka pasti akan marah jika engkau ikut tinggal didahanku." bentak sang Pohon Apel hutan tetap tidak setuju Lili ulat untuk tinggal didahan pohonnya.

"Selain makan banyak, engkau makhluk jelek yang sangat tidak berguna untukku yang kerjanya hanya makan serta makan dan tidak ada pekerjaan lain yang bermanfaat untukku, pergi saja sana cari pohon lain yang mau engkau tinggali," pohon Apel hutan sudah hilang kesabarannya, dia pun membentak dengan suara sangat keras dan nyaring.

Dengan perasaan yang begitu sedih, dia pun berangkat meninggalkan tempat tinggal Apel hutan yang tidak mau berbagi tempat dengannya saat ini.

Namun apa boleh buat setiap pohon yang berada ditempat tersebut menolak untuk berbagi tempat dengan Lili ulat, dengan alasan yang sama seperti yang dikemukakan sang pohon Apel hutan, dia terus berjalan dengan langkah kaki gontai keluar menuju pinggiran hutan.

Setelah sampai dipinggiran hutan, dia menangis sejadi-jadi meratapi nasib badan yang sedang menimpahnya, namun tanpa dia sadari pohon bunga matahari sedari tadi memperhatikan tingkah laku sang Lili ulat yang sedang manangis memilukan hati.

Setelah sekian lama suara tangisan dari sang Lili ulat pun berhenti lalu pohon bunga matahari memanggilnya, "Hai Lili ulat mengapa engkau menangis terus?, Kesinilah aku ingin tahu apa penyebab engkau menangis sedemikian rupa!" seru panggilan pohon matahari mengagetkannya.

"Apakah ada yang memanggilku? siapakah yang tadi bicara?" Lili Ulat bertanya melihat sekeliling tempat tersebut.

"Aku bunga matahari, maka tengoklah engkau keatas, siapa yang tidak kenal denganku ratu dari segala bunga yang terdapat dihutan ini," jawabannya yang sangat tegas dari sang pohon bunga matahari.

Lili ulat menghampiri pohon bunga matahari, lalu dia pun bercerita tentang nasib yang kini sedang dia alaminya, pohon bunga matahari sungguh sangat iba mendengar cerita yang mengharukan tersebut.

"Aku mengerti sekarang mengapa engkau tadi menangis mulai sekarang engkau tidak usah menangis lagi, Lili ulat engkau boleh tinggal disini dimana pun engkau suka," kata sang pohon bunga matahari.

"Benarkah itu? apa yang engkau katakan barusan?" tanya sang Lili ulat sambil matanya menatap sang bunga matahari menyelidiki kebenaran ucapannya dari sorat matanya.

"Untuk apa aku berbohong terhadapmu, dan lagi tidak ada satu hewan pun yang sudi tinggal karena aku tidak bisa berbuah besar hanya biji-biji kecil tidak seperti pohon-pohon yang lain" kata sang pohon bunga matahari.

"Jika engkau memang suka dan mau tinggal disini bersamaku atau ditempat lain sekitar sini silahkan saja aku jamin mereka pun mau engkau tempati, semuanya pohon dan pohon-pohon bunga matahari yang ada disekitar sini adalah rakyatku dan aku sangatlah senang bila engkau mau tinggal disini sebab aku akan mempunyai teman," jawab sang pohon bunga matahari menerangkan panjang lebar.

"Namun kawan jangan salah, aku adalah hewan yang makannya banyak sekali, kata mereka daun-daun akan habis aku makan bila aku tinggal dipohonnya," jawab Lili ulat pun menerangkan kebiasaannya.

"Daunku akan habis bila engkau tinggal dipohonku, tidak apa-apa aku rela daunku habis tetapi aku tidak rela bila tidak punya kawan dan hidup sendiri rasanya dunia akan sepi bila hidup tanpa ada seorang kawan apalah artinya sehelai daun dari pada kehilangan kawan," sang pohon bunga matahari berkata lagi menerangkan kembali.

Lili ulat pun sangat senang sekali hatinya betapa jawaban yang keluar dari kata-kata pohon bunga matahari begitu bijak dan sangat menghargai seorang kawan dari pada sehelai daun pohonnya.

Dan semenjak saat itu Lili ulat serta bunga matahari menjadi sahabat yang tidak pernah saling berselisih, mereka berdua akan bercerita sambil tertawa-tawa setiap harinya penuh dengan rasa bahagia, itulah awal terindah yang dialami dua sahabat yang setia tersebut setiap harinya.

Dan pada suatu saat ketika itu............"Sahabatku pohon bunga matahari yang baik hati,......mungkin ini hari dimana kita bisa bercanda dan bersenda gurau untuk yang terakhir kalinya dengan engkau yang telah berbaik hati padaku," kata Lili ulat dengan nada bicaranya yang begitu sedih tidak rela hatinya harus berpisah dengan sahabat terbaiknya.

Tentu saja sang pohon bunga matahari sangat terkejut, "Kenapa kawan apakah engkau sudah tidak betah tinggal disini, mengapa engkau tega meninggalkanku sebagai teman terbaikmu?" bertanya sang pohon bunga matahari.

"Bukan-bukan itu maksudku, aku tidak mungkin meninggalkan sahabat terbaikku yang telah berjasa banyak terhadap hidupku, aku hanya akan pamit untuk berpuasa serta mengurung diri dengan tidur panjang, sudah saatnya bagi diriku untuk membalas budi baik yang selama ini telah engkau berikan terhadapku," Jawab Lili ulat.

"Mengurung diri, berpuasa serta tidur panjang aku sama sekali tidak mengerti akan ucapan yang barusan engkau katakan padaku...." pohon bunga matahari pun menjadi sangat kebingungan dengan kata-kata yang di ucapkan sahabatnya.

"Jangan takut pada suatu saat nanti engkau akan mengerti semua yang aku ucapkan tadi kawanku, aku mau pinjam dahan pohonmu untuk membangun sebuah rumah tempat aku berpuasa selama tidur panjangku, aku berharap engkau memberikan izin kepadaku," kata Lili ulat.

"Silahkan saja kawanku, asalkan menurutmu itu jalan yang memang sangat baik untuk kehidupanmu aku sebagai sahabatmu hanya bisa berdoa untuk keselamatanmu," jawab sang pohon matahari memberikan semangat.

Esok harinya sang Lili ulat mencari dahan yang cocok untuk membangun rumah serta puasa yang akan dijalaninya, lalu dirinya dibungkus benang-benang halus maka terbentuklah sebuah kantong kepompong yang didalamnya terdapat dirinya.

Hari-hari pun berlalu sang pohon matahari menunggu serta merawat sahabat baiknya dari tidur panjangnya, dia melindunginya dari panasnya sinar matahari dan dari air hujan yang mengguyurnya, maka tibalah saat yang ditunggu-tunggu lili ulat pun bangun dari tidurnya.

Namun apa yang didapat bukanlah sahabat yang ditunggu-tunggu dengan setiap harinya yang keluar dari dalam rumah kepompong tersebut, melainkan seekor makhluk asing yang tidak dia kenal sebelumnya tentu saja sang pohon bunga matahari sangat kecewa sekali hatinya.

Makhluk asing tersebut sangatlah cantik bersayap indah sekali, "Siapakah engkau? mengapa engkau yang keluar dari rumah itu bukan sahabatku si Lili ulat?" Tanya bunga matahari.

"Sebentar kawan mungkin engkau tidak mengerti masalah ini, aku adalah Lili ulat sahabatmu yang dulu karena aku telah masuk rumah kepompong aku akan keluar menjadi seekor kupu-kupu, makanya ketika aku menjadi ulat aku selalu makan banyak untuk bekal selama aku puasa untuk menjadi seekor kupu-kupu, sekarang saatnya aku membalas budi baikmu," kata lili ulat sang kupu-kupu cantik.

Mendengar keterangan yang diucapkan Lili ulat sang kupu-kupu cantik barulah sang pohon bunga matahari menjadi sangat gembira hatinya kini dia dapat bertemu lagi sahabat karibnya yang sangat setia.

Kupu-kupu itupun membantu penyerbukan putik bunga matahari menjadi biji untuk dapat berkembang biak menjadi biji yang kalau jatuh ketanah menjadi bakal tanaman kecil yang tumbuh baru, seluruh rakyat pohon bunga matahari pun sangat berterima kasih terhadap kupu-kupu yang telah berjasa dalam penyerbukan.

Semenjak saat itu pohon bunga matahari dan kupu-kupu selalu hidup bersama bagaikan dua sahabat yang tidak akan terpisahkan dengan waktu, mereka semakin saling sayang dan menghargai semua kebersamaan mereka sahabat sejati yang terus berlanjut sampai keturunan mereka melanjutkannya. Sampai sekarang anak cucu dari kupu-kupu dan pohon bunga matahari terus bersahabat dan selalu menjadi sahabat, teman sejati yang sangat setia.

Hargailah semua yang ada pada sahabatmu, nanti pun sahabatmu akan membalas semua penghargaan yang telah kita berikan atau dikorbankan untuknya. Suatu saat balas budi dari semua jasa yang telah engkau korbankan akan mendapat imbalannya. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...