Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Monday, June 20, 2016

Sang Kancil Dan Sang Kecoa - Dongeng Indonesia

Courtesy of ceritadongeng-indonesia.blogspot.com
dongeng anak dunia - Tersebutlah seekor kecoa yang sedang gundah gulana dengan nasibnya yang sedang dihadapinya, dia selalu dianggap hewan pengganggu dirumah-rumah para Bapak petani.

Dalam kesempatan itu sang kecoa mengemban tugas dari seluruh saudara-saudaranya untuk mencari sang kancil binatang yang dianggap paling cerdik serta bijaksana pada zaman itu.

Dia berjalan-jalan tanpa arah tujuan sebab baru pertama kalinya dia berpergian jauh meninggalkan rumah Bapak petani, mencari ke hutan yang sekiranya terdapat hewan yang bernama kancil.

Setelah menempuh perjalan yang begitu jauh maka sampailah sang kecoa tersebut dipinggiran hutan yang kebetulan waktu itu sang kancil juga baru menginjakkan kakinya ditempat yang sama.

Sengaja sang kancil datang langsung dari rumahnya didalam hutan untuk mencari makan yang selalu terdapat banyak di padang rumput yang terhampar di pinggir hutan tersebut.

Tentu saja pertemuan yang tidak disengaja ini membuat hati sang kecoa merasa senang lalu dia pun menegur sang kancil, "hai kawan!" serunya. "Bukankah engkau sang kancil yang terkenal cerdik dan bijak itu?" sang kecoa bertanya.

Sang kancil lalu menoleh kebawah dan melihat satu jenis binatang kecil yang tadi bertanya kepadanya, " Oh! engkau rupanya yang bertanya kepadaku, siapakah kamu?" sang kancil balik bertanya setelah melihat hewan yang bertanya kepadanya.

"Aku kecoa, aku dan kelompokku sedang dalam masalah besar tinggal dirumah Bapak petani, mereka selalu saja membunuh dan memburuku," kata sang kecoa.

Sambil menangis sang kecoa menerangkan nasib seluruh kelompoknya yang dalam masalah besar akibat pemburuan besar-besaran yang dilakukan keluarga Bapak petani dirumahnya kepada sang kancil.

"Sengaja aku datang jauh-jauh mencarimu untuk memohon petunjuk," lanjut sang kecoa menyambung perkataannya.

Sang kancil mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti masalah yang sedang dihadapi sang kawan barunya kecoa,

"Baiklah engkau boleh datang kerumahku lalu carilah buku biologi bangsa kecoa dan buku yang berkaitan dengan rumah sehat, aku akan membantumu setelah engkau tamat membaca kedua buku tersebut," kata sang kancil.

Lalu mereka pun berdua berjalan kearah hutan menuju rumah sang kancil yang cukup jauh juga jaraknya dan setelah sampai, sang kecoa dia beri dua buku yang harus dibaca serta dipelajarinya.

Sejak saat itu sang kecoa resmi menjadi tamu kehormatan sang kancil untuk mempelajari buku biologi tentang kehidupan kecoa serta tidak lupa mengingat point-point yang sangat berguna bagi kehidupannya.

Setelah selesai membaca tentang kehidupan biologi kecoa lalu berlanjut membaca buku tentang rumah sehat barulah disini sang kecoa mengerti tentang bagaimana manusia yang selalu ingin hidup sehat.

Dengan selalu menjaga kebersihan rumahnya sang manusia hidup sehat, sementara dirinya bangsa kecoa dianggap manusia sebagai pembawa kuman penyakit yang menempel dalam badannya, tentu saja manusia memburunya dan mengusir dari rumahnya.

Tidak terasa sang kecoa telah seminggu menginap di rumah sang kancil yang baik hati, dia selalu datang mencari makanan dengan oleh-oleh untuknya yaitu sisa-sisa makanan yang dibuang manusia ditengah jalanan hutan.

Sungguh seorang tuan rumah yang sangat baik hati dan perhatian terhadap tamu yang menginap di rumahnya, betapa sang kecoa sangat berterima kasih sekali diperlakukan sangat istimewa.

Sore itu saat sang kancil pulang dari mencari makan, "Bagaimana engkau telah mengerti tentang isi buku yang telah kamu baca?" tanya sang kancil.

"Aku hanya bisa mengerti sedikit tentang kehidupan manusia yang selalu ingin hidup bersih di rumahnya, namun tentang biologi kecoa bangsaku sendiri aku malah tidak mengerti sama sekali," kata sang kecoa menjawab.

Sang kancil tertawa kecil mendengar jawaban sang tamunya lalu bertanya lagi, "Engkau sendiri pasti tahu apa yang suka dimakan bangsamu.?" tanya sang kancil.

"Tentu saja aku tahu, namun selama ini aku hanyalah memakan makanan sisa yang terdapat diruang makan, didapur juga ditempat mencuci piring," jawab sang kecoa.

"Selain ditempat itu apakah manusia juga menyimpan atau membuang sisa makanannya?" sang kancil bertanya kembali.

Mendengar pertanyaan ini sang kecoa sedikit bingung, dia mengingat-ingat kembali lalu menjawabnya, "Menurut buku yang aku baca mengenai rumah sehat dan bersih, manusia membuang sisa makanannya ditempat-tempat sampah lalu membakarnya," menjawab sang kecoa.

"Pintar-pintar! kamu sekarang sudah mengerti artinya bersih dan sehat dan tempat makanan yang aman untuk engkau makan bersama kelompokmu," kata sang kancil sambil tersenyum.

"Benar sekali tuan kancil yang baik hati aku mengerti sekali tentang kehidupan manusia yang selalu ingin bersih rumahnya namun aku kurang mengerti maksudmu yang tadi berkata makanan aman bagi bangsaku?" tanya sang kecoa bingung.

"Sekarang saatnya engkau pulang dan beritahu kelompokmu tentang apa yang telah engkau pelajari selama ini," sang kancil menyuruh sang kecoa untuk segera pulang dari rumahnya.

Sang kancil yakin sang kecoa tamunya telah menemukan jawaban yang bagus untuk masalah yang sedang dihadapinya sebab dia percaya benar kecoa adalah sebangsa hewan yang pintar juga.

Setelah berterima kasih sang kecoa pamit kepada sang kancil untuk pulang sore itu juga, dia sengaja pulang pada waktu sore hari biar nanti tengah malam telah sampai dirumah Bapak petani.

Dalam perjalanan pulang otaknya terus berpikir tentang kata-kata sang kancil yang berbicara tentang makanan aman untuk bangsaku.

Apa maksud tujuan dari kata-kata yang diucapkan sang Tuan cerdik itu, semua penjelasan-penjelasan dalam buku yang dibacanya terus diingat-ingatnya.

Juga kata-kata dari sang kancil dia sambungkan-sambungkan dan dihubung-hubungkan, yang pada akhirnya dia menemukan jawaban terbaik untuk masalahnya selama ini.

"Ahaay! makanan aman untuk bangsaku adalah dikebun dalam tong sampah, semua orang jarang berlama-lama ditempat sampah karena baunya sungguh menyengat hidung.

Kelompokku akan aman makan dan diam serta tinggal disana," gumam sang kecoa dengan senyuman lebar terukir dari bibirnya, dia sangat gembira sekali telah menemukan jawaban yang tepat atas masalah besarnya selama ini.

Setelah sampai dirumah Bapak petani, sang kecoa lalu mengajak seluruh kelompoknya untuk segera pindah ketempat sampah yang berada cukup jauh dari rumah Bapak tani didalam kebun.

Sengaja tempat sampah tersebut dibuat sang Bapak petani tanpa atap dan dinding biar dapat dengan mudah untuk melempar sampah lalu dibakar dan bekas bakarannya akan dijadikan pupuk kompos, sementara sang kecoa sangat suka tempat hangat jadi tempat sampah adalah rumah yang cocok untuk tempat tinggal kecoa.

Semenjak saat itu sampai sekarang kecoa akan senang tinggal ditempat sampah walaupun masih ada saja yang nakal tinggal dirumah-rumah Bapak tani yang berisiko kematian kalau ketahuan sang empunya rumah.

Orang bijak tidak akan langsung berkata jelek kepada orang tersebut, melainkan dia akan memberikan ilmu pengetahuannya untuk menyadari semua kejelekkan orang itu.

Seperti yang dilakukkan sang kancil, dia tidak langsung memberitahukan sang kecoa tentang dirinya yang selalu penuh dengan kuman, penyakit, dan bakteri yang akan membuat semua orang sakit atau keluarga Bapak petani sakit.

Tetapi sang kancil memberi ilmu pengetahuannya dulu, mengenai siapa si kecoa itu sendiri, sungguh suatu langkah yang sangat bijak. Sekian.

Wasalam,

oleh : mamang
edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...