Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Friday, July 29, 2016

Sang Kancil Dan Sang Gajah - Dongeng Yunani

Courtesy of budaya-jatidiri.blogspot.com
dongeng anak dunia - Pada zaman dahulu kala disebuah hutan yang seluruh penghuninya selalu berteman baik dan mereka hidup damai jauh dari segala bentuk keributan.

Namun dari sekian banyak binatang yang tinggal di hutan tersebut, ada satu binatang yang kadangkala selalu usil dengan segala akal cerdiknya, dialah sang kancil yang sudah terkenal dengan kecerdikkannya.

Seperti biasa setiap harinya sang kancil selalu ceria dengan mencari makan rumput-rumput hijau kesukaannya sampai merasa perutnya kenyang, lalu dia pun akan kembali ke kandangnya ketika hari menjelang sore untuk istirahat ditempat tinggalnya.

Dari hari ke hari dia selalu melakukan kegiatan atau rutinitas yang tidak pernah terlewatkan dan selalu saja hatinya ceria tidak pernah sehari pun terlihat murung, seperti hari itu saat dia sedang merumput dia berjumpa dengan sahabat lama sang kelinci yang juga selalu ceria.

"Hai! sahabatku kelinci, kamu mau mencari makan didaerah mana? Kalau tidak keberatan sebaiknya kita bersama-sama saja mencari didaerah selatan yang udaranya tidak terlalu dingin?" sang kancil bertanya sambil mengajak sang kelinci teman lamanya untuk mencari makan bersama-sama.

"Baiklah sahabatku sang kancil, aku ikut saja denganmu kali ini," Sang kelinci menjawabnya.

Maka kedua sahabat lama ini pun pergi mencari makan bersama-sama kedaerah selatan yang udaranya sedikit hangat, namun dalam perjalanan mereka bertemu dengan sahabat yang lain, dialah sang keledai yang sedang mencari makan juga.

"Wah!wah! kebetulan kita bisa bertiga mencari makan didaerah selatan yang udaranya lumayan hangat," ajak sang kancil kepada sang keledai kala itu.

Dan mereka bertiga akhirnya bersama-sama pergi keselatan hutan tempat tinggalnya yang tidak terlalu lebat ditumbuhi pohon-pohon kayu besar, yang tentu saja matahari akan tembus menghangatkan tanah dibawahnya sehingga udara cukup lumayan hangat.

Hari itu mereka bertiga sang kancil, sang kelinci dan sang keledai dapat makanan enak-enak yang tumbuh didaerah selatan.

Namun hari pun tidak terasa telah menjelang sore, untuk itu mereka semua harus segera pulang ketempat tinggalnya masing-masing jangan sampai kemalaman dijalan, bisa berabe urusan nantinya.

Akhirnya mereka bertiga berpencar pulang dan sebelumnya mereka berjanji akan pergi lagi bersama ke hutan daerah selatan besok pagi atau lusa nanti bila waktu mengizinkan katanya.

"Baiklah teman hati-hati dijalan, aku tidak bisa mengantar pulang sampai rumahmu," kata sang kancil kepada sang keledai, mereka berpisah dipersimpangan jalan yang ada didalam hutan.

"Terima kasih temanku sang kancil dan sang kelinci," sahut keledai lalu berbelok menuju arah kandang rumahnya.

Tinggallah kini berdua sang kancil dan keledai mereka berdua jalan dengan santai saja menuju rumahnya masing-masing kebetulan satu arah jalan.

Tetap saja ketika sang kelinci akan berbelok kearah rumahnya yang tidak terlalu jauh dari persimpangan jalan kerumah sang keledai, sang kancil kini tingggal berjalan sendirian.

"Hati-hatilah engkau dijalan, Hai sang kancil!" berkata sang kelinci ketika dia berbelok menuju rumahnya.

"Sama-sama temanku, jangan lupa besok pagi atau lusa pagi kita bermain lagi dihutan sebelah selatan," katanya dan langsung saja sang kancil berlari kecil mempercepat jalannya.

Seperti hari itu, sang kancil sedang berjalan-jalan didalam hutan tempatnya bermain dan mencari makan, namun secara tiba-tiba langit kala itu menjadi sangatlah teduh dengan mendung awan tebal menyelimuti langit biru diatas hutan tersebut.

Melihat perubahan alam yang secara mendadak tersebut dengan cepat sang kancil berlari pulang menuju kerumahnya, dia sangat takut kehujanan, gerakkan larinya begitu bersemangat sekali.

Namun kali ini sang kancil sangatlah tidak berhati-hati, dia tidak melihat ada lubang besar menganga didepannya, dengan sendirinya dia langsung jatuh kedalam lubang tersebut.

"Plunngg,,,,,,!! sang kancil terperosok masuk kedalam lubang yang cukup dalam dan besar, dia tidak bisa naik walaupun sudah mencari selah untuk segera naik.

"Sial,  mengapa aku tidak berhati-hati," gumannya marah-marah sendiri.

Tidak selang beberapa lama dia mendengar suara langkah kaki yang sangat dia kenal, "tidak salah lagi langkah berat seperti itu kalau bukan temanku sang gajah siapa lagi," pikirnya dalam hati.

"Kebetulan sekali aku punya ide untuk masalah ini," katanya dalam hatinya kembali berbicara.

"Jah,,,,.Gajah temanku yang baik hati, mau kemana kamu?" sang kancil berteriak memanggil sang gajah temannya dari dalam lubang.

Sang gajah yang sedang berjalan santai mendadak kaget ketika ada suara yang memanggil namanya, kepalanya melirik kiri dan kanan jalanan yang sedang dilaluinya namun tidak ada siapa pun ditempat tersebut.

"Gajah temanku, aku ada didepan dalam sebuah lubang, tengoklah kesini." Kata sang kancil dari dalam lubang.

"Ya, aku tahu ada lubang didepanku," kata sang gajah dan langsung saja dia melihat kedalam lubang yang cukup dalam tersebut.

"Siapakah engkau didalam sana?" tanya sang gajah.

"Aku kancil, sengaja aku berada disini karena langit akan runtuh, aku takut tertiban oleh pecahannya yang tentu saja akan membuatku mati bila tertiban reruntuhannya," berkata sang kancil.

"Kamu lihat saja sendiri langit sudah begitu dekat dengan kita apakah engkau tidak melihatnya?" berkata lagi sang kancil kepada sang gajah.

Gajah pun dengan cepat mendongakkan mukanya melihat kelangit yang memang sudah dekat dengan pandangan matanya, yang dimaksud sang kancil adalah awan mendung yang sangat tebal yang akan segera turun hujan kebumi.

"Kalau engkau pun mau ikut bersembunyi denganku, silahkan saja engkau turun kesini biar kita berdua saja yang ada ditempat ini," berkata kembali sang kancil.

"Baiklah aku ikut bersembunyi denganmu," berkata sang gajah sambil kaki sudah siap-siap akan meloncat.

Namun sang kancil dengan cepat berteriak, "Nanti, nanti jangan turun dulu, aku bisa hancur badanku terinjak kaki dan badanmu yang berat seperti itu," teriak sang kancil dengan suara keras sekali.

"Biarlah aku naik dulu baru kemudian engkau loncat, lalu kemudian akau menyusul kembali loncat kelubang, mengerti kaga engkau!" teriak sang kancil seperti marah melihat sang gajah buru-buru mau meloncat kedalam lubang.

Sang gajah mangut-mangut tanda mengerti. "Sekarang cepat ulurkan belalaimu aku segera naik." Berkata sang kancil memerintah sang gajah.,

Setelah belalai terpegang, akhirnya sang kancil dapat keluar juga dari lubang besar tersebut dan kemudian sang gajah loncat ke dalam lubang besar tersebut.

"Blluuugg,,,,!" suara badan dan kaki gajah ketika mengahantam tanah dibawah lubang besar.

"Kancil! cil,,,,cil,,,,aku sudah didalam sekarang giliranmu," berkata sang gajah kepada sang kancil.

"Sebentar temanku gajah, aku mau mencari dulu air minum takut nanti kita kehausan didalam lubang kalau menunggu terlalu lama," kancil pun berlalu dari tempat tersebut, pulang menuju rumahnya dengan berlari cepat karena takut hujanan.

Dan waktu pun berlalu terus, sudah hampir tiga jam lebih semenjak sang kancil mau mencari air minum, namun sekarang tidak kembali.

Sadarlah kini sang gajah, dia telah menjadi korban kecerdikkan dari sang kancil yang menipu dirinya, "teman macam apa berani-beraninya berbuat jahat kepadaku. Baiklah kancil, nanti kita bertemu kembali dan rasakan pembalasanku," sang gajah mengancam sang kancil karena telah mengerjainnya.

Pergunakan akal cerdikmu untuk perbuatan yang baik-baik saja, janganlah sekali-kali dipergunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan orang lain, apalagi merugikan khalayak ramai.

Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Thursday, July 28, 2016

Sang Kancil Dan Gigi Harimau - Dongeng Yunani

Courtesy of catatan-si-kancil.blogspot.com
dongeng anak dunia - Zaman dahulu kala saat pagi yang begitu cerah dan kebetulan hari itu adalah hari  libur sekolah dengan sendiri sang kancil yang selalu ceria sedang menikmatinya sambil berlari-lari kecil.

Langit cerah terlihat dari padang rumput terbuka, suatu pemandangan alam yang begitu menakjubkan dan jarang sekali sang kancil menikmatinya ditempat tinggalnya di hutan lebat yang terhalang tembusnya sinar matahari oleh lebatnya daun-daun pepohonan.

Waktu libur yang begitu menyenangkan hati sengaja dimanfaatkan sang kancil dengan berkunjung kepinggir hutan yang terdapat padang rumput yang begitu hijau menggoda selera makannya.

Sebenarnya sang kancil akan pergi kepadang rumput bersama para sahabatnya sang keledai, namun mereka berdua masih tidur tatkala dia berangkat tadi pagi, dengan terpaksa diapun berangkat sendiri memanfaatkan waktu singkat ini.

Sebab kesiangan sedikit saja, dipadang rumput terbuka udaranya sangatlah panas tidak akan tahan bagi mereka yang biasa hidup didalam hutan yang rimbun.

Waktu begitu cepat berlalu dan sekarang sudah tengah hari, udara yang sangat panas membuat keringat mengucur dari seluruh badan sang kancil, saatnya untuk pulang masuk lagi ke hutan yang sangat lebat.

"Huuh! mengapa waktu cepat sekali berlalu? Mungkin karena aku terlalu asyik dengan makanan lezat yang disajikan padang rumput ini," bisiknya lirih.

"Baiklah minggu depan aku akan datang lagi berlibur, mungkin bersama dua sahabatku," bisiknya kembali.

Sang kancil pun berlalu dari tempat tersebut untuk pulang ke Alas Purwa tempat tinggalnya yang jauh didalam hutan, perjalanan pulang pun segera dimulainya.

Sebelum sampai di Alas Purwa, sang kancil harus melewati dulu hutan lain yang dikuasai sang Raja hutan Harimau, untuk itu dia pun harus berjalan dengan hati-hati dalam hutan yang terkenal dengan pemangsanya yang ganas tersebut.

Sambil berlari kecil, mata dan telinga sang kancil dipasang untuk dapat memastikan daerah yang dilewatinya aman dari segala macam bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya.

Namun karena pikiran dan penglihatannya selalu terpusat diarahkan kekiri serta kanan jalan namun didepan jalannya malah jadi kurang perhatiannya.

Dengan kesalahan tersebut kini dia telah dekat dan berhadapan dengan sang Raja hutan Sibelang Harimau yang begitu menakutkan hatinya, "celaka!,,,," bisiknya. "Matilah aku sekarang."

Namun satu ide cerdik telah dapat dia pikirkan walaupun penuh dengan resiko dan sebagai taruhannya adalah nyawanya sendiri juga.

Dengan berpura-pura satu belah kaki belakang seolah-olah pincang tatkala dia berjalan terus mendekati sang Raja Belang Harimau.

"Hai! makluk kecil berani sekali...! Apakah engkau tidak mengenalku?" Teriak sang Raja Belang Harimau.

"Tentu saja hamba sangat mengenal siapa gerangan paduka dengan ciri khas loreng dengan tubuh yang gagah, kuku dan taring-taring yang tajam dari seorang Raja penguasa hutan rimba belantara ini," berkata sang kancil dengan terus berjalan mendekati sang Harimau dengan kaki pura-pura dibuat seolah-olah terpincang-pincang.

"Tepat sekali apa yang engkau katakan makhluk kecil! dan tentunya engkau telah siap untuk menjadi santapanku, tetapi mengapa engakau tidak lari menghindar dariku?" Bertanya sang Harimau.

"Sehebat apapun hamba berlari, tentu saja hamba tidak akan bisa menghindar dari kejaran sang Tuan Raja yang sudah terkenal dengan kegesitannya. Untuk itu buat apa hamba lari dari kejaran paduka, apa lagi sekarang hamba dalam keadaan sakit kaki belakang karena tertusuk duri," kata sang kancil.

"Tepat,,,,,! tepat sekali engkau tidak akan bisa mengalahkan aku dalam berlari." "Hahahahaha, namun rasanya aku tidak enak menyantap makananku tanpa mengejar makananku, seperti makan gratis saja," berkata Raja hutan Harimau.

"Baiklah paduka Raja hamba tidak akan menolak keinginan paduka yang berkuasa di hutan belantara ini sebagai rasa hormat hamba," kata sang kancil.

"Tetapi paduka pun tahu dengan kondisi hamba sekarang ini jangankan untuk berlari, jalan pun hamba terpincang-pincang karena duri yang bersarang dikaki hamba, sudikah kiranya paduka mencabut duri tersebut dan kalau memang nanti ketika paduka memakanku, duri tersebut tidak  termakan oleh paduka.”

"Tentu saja aku akan mengabulkan permintaanmu yang hanya cuma sekedar mencabut duri tersebut," sang Raja hutan telah bersedia mencabut duri yang tertancap di kaki belakang sang Kancil.

Kemudian sang Harimau pun menundukkan kepalanya dibelakang badan sang kancil untuk mencari duri yang tertancap dikaki belakangnya dan pada saat bersamaan ketika kepala Harimau telah menunduk kesempatan itu tidak disia-siakan lagi satu tendangan dengan tenaga sepenuhnya sangat telak sekali telah melayang dan bersarang dimuka dan mulut Harimau.

Satu gigi Harimau patah dan ketika sang Harimau mengaduh kesakitan dalam posisi terejebag sang Kancil dengan cepat berlari masuk hutan dan menghilang.

Tentu saja sang Harimau sangat marah namun dia tidak bisa berbuat apa-apa kala itu, hanya bibirnya berkata dengan sumpah serapahnya.

"Mulai saat itu, aku sang Harimau telah menyatakan sakit hatinya dan dendam kesumatnya terhadap sang kancil dan akan langsung membunuhnya ketika aku berjumpa denganmu lagi Hai! sang Kancil!" teriaknya penuh kemarahan dalam hatinya.

Sementara sang Kancil dengan penuh ceria dia sudah mau sampai diambang hutan Alas Purwa tempat tinggalnya dengan senyum penuh kemenangan, satu lagi akal cerdiknya telah menyelamatkan nyawanya dari ancaman sang Raja Hutan yang terkenal dengan keganasannya.

lemari asam .adv - Pergunakanlah segala akal cerdikmu untuk membela hidupmu dan kebaikkan hidupmu, bukan untuk menipu orang lain atau dipergunakan untuk membodohi orang lain.

Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih

Share:

Wednesday, July 27, 2016

Sang Bujang Katak - Dongeng Indonesia

Courtesy of dongeng1001cerita.blogspot.com
dongeng anak dunia - Bangka Belitung zaman dahulu kala didaerah pedusunan pinggiran hutan, hiduplah seorang nenek-nenek tua tanpa sanak saudara atau sebatang kara.

service office jakarta .adv - Namun si nenek masih mempunyai harta warisan peninggalan orang tuanya berupa ladang, namun tidaklah terlalu luas untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Tenaganya yang tersisa untuk menggarap ladang tidaklah kuat dalam kondisi umurnya yang membuatnya hanya sekedar saja dia bekerja di ladang, sementara waktu luangnya dia pergunakan untuk istirahat dirumah.

Dalam istirahatnya, si nenek sering berkhayal tentang seorang anak yang terlahir dari rahimnya sambil berdoa siang dan malam kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Seorang anak yang akan membantunya dalam mengerjakan atau menggarap ladangnya serta tidak akan selelah sekarang badannya jika ada anak yang membantunya.

Siang hari yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, dia hanya duduk melepas lelah didepan gubuknya dengan khayalan melayang kemana-mana tentang kehadiran seorang anak.

Dia tidak lepas-lepasnya berdoa kepada Tuhan supaya cita-citanya terkabul, sungguh permintaan yang tidak mungkin terkabul menurut ukuran pikiran manusia dalam usia yang sudah ujur juga dia tidak bersuami.

Tapi tidak menurut ukuran sang pencipta alam semesta, yang tidak mungkin terjadi menurut manusia tidak mustahil bagi tangan Tuhan yang menguasi alam ini.

Tiga hari si nenek berturut-turut berdoa dan kelainan terjadi dalam perutnya seperti merasakan ada sesuatu yang bergerak-gerak saja, Tuhan telah memberikan jawaban atas doa sang nenek selama ini, kini dia sedang hamil mengandung seorang bayi dalam rahim kandungannya.

Maka, seisi kampung pun telah digegerkan dengan berita yang menurut semua warga sangatlah mustahil terjadi tentang seorang nenek-nenek yang sudah tua namun bisa hamil serta tidak bersuami pula.

"Apakah mungkin si nenek telah melalukan hal yang tidak benar atau tak senonoh dengan seorang lelaki penduduk kampung desa, si nenek menjadi topik pembicaraan hangat seluruh penduduk."

Banyak sudah orang-orang sekitar rumahnya yang mencemoohkan keadaannya sekarang, namun sang nenek tetap bersabar dengan semua ejekkan tersebut malah hatinya semakin yakin saja akan kebesaran Tuhan yang telah mengatura jalan terbaik bagi kehidupannya dan bayiyang ada didalam kandungannya kini.

Dan pada suatu malam, terdengarlah teriakan dari dalam rumah gubuk reot milik sang nenek, telah waktunya sang bayi yang dikandungnya lahir kedunia Fana ini.

Tentu saja semua tetangga yang berdekatan pada mendatangi rumah reot tersebut hendak membantu persalinan sang nenek tua.

Namun belum juga orang-orang yang mau membantu masuk kerumah sang nenek, suara sang jabang bayi telah terdengar dengan  tangisannya tanda sang anak bayi telah lahir kedunia tanpa dibantu seseorang pun dari tetangganya.

Namun alangkah sangat memprihatinkan kondisi badan sijabang bayi dengan bentuk tubuhnya yang mirip sekali dengan seekor katak, dengan sendiri semua penduduk menjadi bertanya-tanya.

Bahan ejekkan untuk mencemoohkan pun terjadi lagi, "Mungkin si nenek yang kesepian tersebut telah bersenonoh dengan katak sehingga bayinya mirip seekor katak."

Dan akhirnya sang nenek bercerita kepada seluruh warga yang kebetulan ada dirumahnya tentang semua yang telah terjadi, perihal riwayat putranya sampai mengandung janin serta sekarang lahir kedunia ini dengan selamat.

Semua tetangga atau warga yang hadir ada dirumah si nenek mendengarkannya dan percaya, namun ada pula sebagian yang tidak percaya mengenai penuturan semua kejadian yang dialami sang nenek tua tersebut itu, tergantung pribadi masing-masing dari mana mereka semua dalam cara menanggapinya.

Para tetangga pun akhirnya pada pulang kerumahnya masing-masing, tinggal sang nenek sambil melihat sang bayi lelakinya yang memang terlahir mirip seekor katak, namun hatinya sangat sayang sekali terhadap sang anak bayi tersebut.

"Hatinya berjanji akan merawatnya dengan kasih sayang dan cinta tulus seorang Ibunda terhadap anak lelaki yang terlahir dari dalam rahimnya."

Waktu begitu cepat berlalu tidak terasa dua puluh tahun sudah sang nenek tua bersama anak lelaki satu-satunya hidup besama, orang-orang kampung desa memanggil sang anak dengan sebutan Bujang Katak karena badannya yang mirip katak dengan begitu sang pemuda telah mempunyai nama dari sebutan orang-orang kampung.

Bujang katak sangatlah rajin dalam mengurus ladang bersama ibunda tercinta, tidak pernah dia keluar rumah untuk hal-hal yang tidak ada manfaatnya, hidupnya setiap hari dia gunakan untuk mengurus ladang rumah serta ibunda tercinta.

Betapa bahagianya dia kini bersama sang anak yang sangat rajin dan sayang terhadap dirinya yang memang sudah sangatlah tua renta, sang ibu pun tidak pernah bercerita mengenai siapa dirinya sang bujang katak.

Tetapi pada suatu hari sang anak Bujang Katak ketika istirahat dari pekerjaan ladangnya bertanya tentang negerinya yang hanya tahu dari kabar angin saja kepada sang ibu, nenek-nenek tua.

Maka sang ibu pun bercerita tentang negeri Kerajaan yang dipimpin seorang Raja yang mempunyai tujuh orang putri yang semuanya sangatlah cantik-cantik dan semuanya belum bersuami.

Mendengar cerita tersebut maka Bujang Katak pun berkhayal dengan cerita sang ibunda tentang dirinya untuk menjadi suami dari salah satu putri Raja yang akan menjadi pendamping hidupnya sampai akhir hayatnya.
 
Pada akhirnya semua khayalan tentang keinginan hatinya dia ungkapkan juga kepada sang ibunda tercinta, alangkah terkejutnya sinenek tua akan keinginan sang anak Bujang Katak yang kedengarannya mustahil jadi kenyataan dengan kondisi tubuhnya seperti seekor katak.

Namun hampir setiap hari dengan tidak ada bosan-bosannya sang anak memohon ibunya untuk datang ke istana menyampaikan lamaran kepada Baginda Raja yang berkuasa saat itu.

Sang nenek tua pun akhirnya pergi juga ke Kerajaan untuk menyampaikan keinginan anaknya melamar salah satu putri Raja yang cantik-cantik untuk anaknya sekedar dari rasa penasarannya.

Pagi-pagi sekali dia pun telah berangkat ke Kota Raja untuk menemui Raja di istana Kerajaan yang cukuplah jauh jarak perjalanan dari rumahnya.

Namun setelah sampai di Kerajaan sang nenek tidak ada keberanian langsung untuk bicara dengan sang Raja, maka dia pun bersenandungkan sebuah pantun bahasa daerah.

"Te,,,,sekate menajdi gelang. Pe,,,,setempe nek madeh urang,,,"

Pantun itu pun di mengerti sang Raja, Baginda pun memanggil ke tujuh putrinya kehadapan sang nenek tua untuk berkenalan.

Tetapi betapa malang nian nasib sang nenek tua ini bukannya disambut dengan sikap ramah dan sopan santun dari keeanm putri Raja kecuali satu putri bungsu.

Keenam putri Raja meludahi badan nenek dengan pandangan mata yang begitu rendah melihat sang nenek tua dengan baju kumalnya mereka begitu menghinanya.

Namun putri bungsu bersikap lain dia berlaku sangat sopan terhadap sang nenek tua serta dia sendiri tidak tahan melihat semua perlakuan kakaknya yang berlaku tidak sopan terhadap orang tua.

Maka sang nenek tua pun pulang kerumahnya dan bercerita kepada sang anak Bujang Katak tentang semua kejadian yang menimpa dirinya ketika dia ada di Istana Kerajaan.

Mendengar sang Ibunda berkata demikian tentu saja sang Bujang Katak menjadi sedih hatinya sang Ibu diperlakukan tidak sopan oleh keenam putri Raja, namun hatinya sangat yakin tentang satu harapan kepada putri bungsu yang tidak betindak seperti kakak-kakaknya, dia yakin akan menerima lamarannya menjadi istrinya nanti.

Maka besok paginya sang nenek datang kembali langsung ke Istana bersama Bujang Katak yang punya niat untuk melamar putri bungsu langsung.

Raja dan seluruh pengawal tertawa melihat sang pemuda yang berbadan mirip katak ingin menjadi suami dari salah satu putrinya, Raja sangat yakin semua putrinya akan menolok lamaran pemuda tersebut.

Dan ketika ketujuh putri Raja telah berada didepan sang pemuda Bujang Katak hal serupa yang dialami seperti ibunya terjadi kepada pemuda berbadan mirip katak tersebut lagi-lagi sang putri bungsu yang tidak melakukan tindakkan meludahi kepada sang pemuda.

Putri bungsu ingin rasanya menerima lamaran pemuda tersebut, namun dia tidak berani berkata kapada Ayahanda sang Raja dia merasa malu untuk berkata-kata.

Melihat hal tersebut Raja pun mengerti tentang maksud anaknya, serta tingkah laku putri bungsu yang tidak ikut meludahi sang pemuda.

Sang Raja akhirnya memberikan kesempatan kepada sang Bujang Katak untuk mendapatkan putri dengan satu syarat yang sangat berat dan tidak mungkin terjadi.

"Baiklah aku menerima lamaran yang engkau ajukkan anak muda, namun ada syaratnya!" berkata sang Raja.

"Syarat apakah yang Tuan Raja ajukkan?" bertanya Bujang Katak.

"Engkau harus membuat jembatan dari emas yang panjangnya antara rumahmu sampai istanaku!" seru sang Raja sambil tertawa.

"Baiklah Tuanku Raja, hamba akan melaksanakan membuatkannya," sahut Bujang Katak dengan sangat yakin sekali.

"Tapi ingat anak muda waktumu hanyalah tujuh hari tujuh malam saja!" seru Raja kembali berkata.

Sang nenek tua sangat sedih mendengar persyaratan yang diajukkan sang Raja yang tidak mungkin akan menjadi kenyataan sampai kapan pun dan yang lebih sedih lagi mengapa anaknya sanggup membuatkan jembatan tersebut.

"Kau tahu anakku jika engkau gagal membuat jembatan emas tersebut maka nyawamu pun akan terancam," kata sang nenek kapada anaknya.

"Saya tahu bu! namun Ibu tenang saja kalau memang sang putri Raja adalah jodohku semuanya akan berjalan dengan cepat dan sangat mudah, yakinlah akan semua ini," kata sang anaknya Bujang Katak.

Setelah sampai di rumah sang Bujang Katak kembali menyakinkan Ibunya tentang syarat yang menurut Ibunya tidak mungkin, dan esok paginya dia pun berangkat menuju suatu tempat yang sunyi ditengah hutan untuk bertapa tidak lupa dia pun meminta dulu doa restu dari sang Ibunda tercinta.

Melihat kegigihan sang anak, sang nenek tua hatinya sangat terharu sekali ingin rasanya air mata keluar menetes namun dia masih bisa menahan, jangan sampai terlihat sang anak yang mau berangkat pergi bertapa.

Sudah enam hari dia berada ditempat sunyi yang berada di tengah hutan, namun kejadian aneh atau kejadian apa pun tidak ada yang terjadi tetapi hatinya tetap saja tenang, dia semakin khusu berdoa kepada Tuhan sang Pencipta alam semesta.

Dan dihari terakhir yang direncanakan yaitu hari ketujuh seluruh kulit tubuhnya yang mirip katak menjadi berwarna kuning.

Dan selanjutnya seluruh kulit badannya mengelupas serta badannya menjadi tegak tidak mirip lagi seekor katak, kini dia telah berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan sekali.

Tangan Tuhan telah ikut campur membuat yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Tuhan itu adalah hal yang begitu mudah sekali untuk diwujudkan.

Sang pemuda Bujang Katak kini telah berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan dan tentu saja dia sendiri sangatlah senang hatinya tidak henti-henti rasa syukur terucap dari mulutnya.

Dan dengan segera dia pun memunguti semua kulit yang tadi mengelupas, namun secara mendadak kulit tersebut telah terkumpul menjadi batangan emas yang begitui banyak sekali.

Dengan tidak menunggu lama, malam itu pun dia bersama sang Ibunda menyusun seluruh batangan emas untuk membuat satu jembatan dari rumahnya menuju istana Kerajaan.

Dan besok harinya sang Raja kedatangan kembali sang perempuan tua bersama seorang pemuda yang begitu tampan wajahnya, lantas saja dia bertanya, "Siapakah pemuda ganteng yang berada disampingmu nenek tua?" katanya.

"Hamba Tuan Raja adalah Bujang Katak," yang menjawab pertanyaan Raja adalah sang pemuda tampan tersebut.

Mendengar jawaban sang pemuda tentu saja sang Baginda Raja kaget bukan kepalang, kemudian dia pun segera memanggil putri bungsu kehadapannya.

Putri bungsu pun sangat bahagia sekali mendapati sang pemuda yang berwajah tampan tersebut adalah Bujang Katak yang dahulu badannya mirip seperti katak.

Akhirnya mereka berdua pun resmi menjadi suami istri yang berbahagia. Dan kakak-kakak dari sang putri bungsu menjadi sangat menyesal mendapati semua ini mengapa mereka semua menolak serta meludahi sang pemuda yang kini ternyata seorang pemuda yang berwajah begitu menarik hati.

Dan mereka berkeyakinan bahwa pemuda yang mirip katak tersebut adalah jelmaan dari seekor katak yang kini telah berubah menjadi pemuda yang berwajah begitu ganteng.

Maka dengan marah-marah mereka kakak-kakaknya dari putri bungsu menyuruh beberapa pelayan istana untuk menangkap katak-katak yang berada di sawah, lalu mereka menyimpannya satu orang satu dalam lemari bajunya serta berharap suatu saat akan berubah menjadi sang pangeran tampan.

Tentu saja beberapa hari kemudian taktkala mereka membuka lemari pakaian, bau busuk menyeruak dari dalam lemari pakaian tersebut, mereka pada berteriak lari menuju tempat sang Ayahanda yang sedang santai di beranda istana Kerajaan.

Sang Raja Ayahanda mereka, menghukum mereka keenam putrinya untuk membersihkan kamarnya masing-masing tanpa bantuan pelayan-pelayan Istana Kerajaan.

Usia sang Raja yang semakin tua membuat pemerintahan yang dipimpinnya menjadi tidak bisa diawasi dengan baik maka untuk itulah kini sang Raja memilih sang Bujang Katak untuk menjadi Raja selain orang yang jujur juga sang Bujang Katak ternyata sangatlah baik hatinya.

Bujang katak akhirnya dinobatkan menjadi Raja. Dia memimpin Kerajaan dengan adil dan bijaksana disamping putri bungsu yang juga sangat baik hati dan peyayang terhadap siapa pun. Kerajaan kini dipimpin seorang Raja muda yang bijak.

Raja Bujang Katak hidup bahagia bersama permaisuri cantik dan sang Ibunda yang telah melahirkannya kedunia, meraka semua selalu bersyukur atas semua yang diberikan sang maha pencipta Tuhan.

lemari asam .adv - Maka janganlah engkau menilai seseorang itu dari penampilannya saja dan tetaplah santun terhadap siapa pun. Usaha, kerja keras dan selalu berdoa dengan khusu mohon petunjuk sang Maha Kuasa Tuhan itulah jalan yang terbaik menuju keberhasilan atau sukses.

Sekian.

oleh : mamang
edit  : galih

Share:

Tuesday, July 26, 2016

Asal Muasal Sang Guntur - Dongeng Indonesia

Courtesy of bookcover.mywapblog.com
dongeng anak dunia - Tersebutlah pada zaman dahulu kala, tatkala sang manusia hidup berdampingan dengan bangsa Peri di alam dunia ini.

Mekhala sang Peri cantik yang sangat pandai adalah murid dari seorang guru yang bernama shie seorang pertapa yang sangat sakti dalam segala hal ilmu.

Guru Shie juga mempunyai seorang murid yang sang sangat pandai bernama sang Ramasaur. Namun dalam hal lain, Mekhala lebih pandai dibandingkan sang Ramasaur sehingga kadang kala dia menjadi iri terhadap sang Peri cantik tersebut.

Tetapi sikap sang Guru Shie setelah mengetahui anak murid lelakinya yang selalu iri terhadap sang Peri cantik. Dia tetap tidak berubah, sikap dia sangat menyayangi keduanya.

Dalam kasih sayang yang diterapkannya untuk mendidik mereka berdua, sang Guru Shie selalu bersikap adil tidak pernah membeda-bedakan, sikapnya beliau selalu bijak dalam memberikan didikkan.

Guru Shie adalah contoh dari seorang pendidik yang bijaksana dan selalu ada untuk muridnya bila kesusahan dalam menuntut sebuah ilmu pelajaran yang sangat rumit.

Dalam suatu hari sang Guru Shie telah siap dengan perintahnya kepada kedua muridnya, "Carilah secawan embun serta kalian berdua harus cepat mendapatkannya, sebab embun itu akan kuubah menjadi sebuah permata yang akan bisa mengabulkan segala permintaan yang kalian suka," berkata sang Guru Shie.

Terbayang harta kekayaan yang melimpah-ruah dalam segala kemewahan yang tiada tara, dalam benak sang Ramasaur dengan sifat tamak dan keinginan serakahnya.

Namun sangat berbeda dengan pemikiran sang Mekhala sang Peri cantik mencari secawan embun bukanlah hal yang gampang baginya, dia harus bekerja dan berpikir keras untuk mendapatkannya, perjuangan yang harus disertai dengan kesabaran.

Pagi-pagi buta sekali mereka berdua telah siap di hutan mencari embun satu cawan yang diperintahkan sang Guru Shie.

Sang Ramasaur dengan sangat bernafsu mencabuti rumput dan tanaman-tanaman kecil yang basah kena embun pagi untuk dituangkan pada sebuah cawan yang telah dibawanya.

Namun hasilnya tidaklah maksimal, sebab setiap embun yang akan dimasukkan selalu jatuh sebelum masuk kedalam lubang cawan tersebut. Dengan demikian dia menjadi sangat kecewa sekali, namun dia tetap terus berusaha.

Sementara sang Peri cantik Mekhala, sehelai kain telah dibawanya untuk menyerap embun yang menempel di dedaunan, lalu dengan sangat perlahan helai kain yang sudah basah tersebut diperas dan dimasukkan kedalam lubang cawan.

Dan hasilnya cukup bagus walaupun dengan sedikit-sedikit cawan terus terisi air embun dan lama kelamaan cawan pun telah penuh dengan air embun pagi.

Dan setelah itu sang Peri cantik Mekhala pun berlalu menemui sang Guru Shie untuk memperlihatkan hasil dari usaha mengumpulkan embun pagi dalam cawan.

Guru shie pun menilai hasil pekerjaan muridnya, sang Peri cantik yang memang sangat pintar dalam segala hal sesuai janji yang telah diucapkan sang Guru Shie merubah embun menjadi permata yang indah besarnya seukuran jempol ibu jari orang dewasa.

"Ucapkan keinginanmu lalu sejajarkan permata ini di keningmu, niscaya segala keinginan yang engkau hajatkan akan terkabul," berkata sang Guru Shie kepada sang Mekhala sang Peri cantik.

Dengan permata itu sang Mekhala akan mencoba apa yang telah diajarkan sang Guru Shie maka dalam sekejab saja tubuhnya telah berada diangkasa raya melayang bagikan seekor burung Rajawali yang sangat gagah dan sangat anggun dari seorang putri Peri yang memiliki wajah begitu mempesona.

Ramasaur akhirnya berhasil pula mendapatkan secawan embun walaupun embun tersebut tidak sejernih yang didapatkan sang Mekhala.

Dengan rasa malu sang Ramasaur menyerahkan hasil kerjanya kepada sang Guru Shie. "Engkau memang kalah cepat dari saudari seperguruanmu namun jangan takut aku tetap akan memberikan hadiah dari hasil jerih payahmu," berkata sang Guru Shie.

Tak lama kemudian sang Guru Shie datang kembali sambil membawa sebuah kapak sakti yang terbuat dari bahan perak.

"Engkau harus mempergunakan kapak sakti ini hanya untuk membela diri bila mana engkau dalam keadaan bahaya," tutur sang Guru Shie.

Kesaktian kapak perak tersebut adalah bila mengenai sasaran apa saja, sang kapak akan sanggup menghancurkannya tak terkecuali sebuah gunung pun akan hancur berkeping-keping.

"Baiklah Guru saya akan menurut apa yang Guru katakan," sang Ramasaur menjawabnya lalu pergi dari hadapan sang guru.  

Rasa iri yang selalu menghantui hatinya terus saja bergejolak dalam hati sang Ramasaur, tatkala dalam satu kesempatan dia melihat sang Mekhala sedang melayang-layang diangkasa raya, kapak pun dicabutnya dan dilemparkan menuju sasaran sang Peri cantik.

Melihat ada bahaya datang mengancam sang Mekhala Peri cantik lalu menangkiskan permatanya dan akibat yang ditimbulkan sangatlah dahsyat sekali, cahaya yang menyilaukan mata terjadi dari benturan yang sedang terjadi.

Itulah benturan yang selalu terjadi sampai sekarang tatkala kita melihat langit gelap serta akan turunnya hujan maka terjadilah badai guntur yang menggelegar, guntur itulah suara yang membahana memekakkan telinga siapa saja.

Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Sang Kancil, Sang Serigala dan Kolam Dewa - Dongeng Malaysia

Courtesy of google images
dongeng anak dunia - Terlihat seekor kancil sedang berjalan-jalan dipinggiran hutan dekat dengan ladang ketimun yang sudah ditinggalkan Bapak petani karena sudah berakhir musim panennya.

service office jakarta .adv - Namun pohon ketimun yang sudah beberapa kali dipanen Bapak petani tersebut masih meninggalkan sisa buah ketimun yang lumayan banyak untuk disantap sang kancil seperti siang hari itu.

"Wah, beruntung sekali hari ini aku dapat banyak makanan dari ladang ketimun milik Bapak petani, besar-besar lagi," gumam sang kancil sambil asyik melahap makanan kesukaannya.

Namun saking keasyikkannya makan, tiba-tiba dari balik sebuah pohon yang cukup besar terdengar suara menggeram berat dari seekor serigala kelaparan.

"Sebaiknya aku pergi saja dari tempat ini, karena perutku sudah terisi banyak makanan dan memang sudah cukup kenyang," pikirnya dalam hati dan berlalu pergi meninggalkan tempat makan tersebut daripada ribet berurusan dengan sang serigala.

Namun baru saja beberapa tindak kaki berjalan, langkah kaki sang serigala telah berada dihadapannya serta siap mau menerkam dirinya, tentu saja sang kancil sangat kaget sekali.

Pucuk dicita ulam pun tiba, kata pepatah sang serigala sangat senang sekali hatinya melihat makanan lezat telah tersaji didepan matanya dengan sangat nikmat sekali.

"Baiklah kancil ucapkan doa dan permintaan terakhirmu sebelum kau habis aku makan," kata sang serigala.

"Sabar dulu engkau jangan terburu-buru memakanku, nanti engkau akan menyesal tidak mengetahui tentang satu buah kolam yang dapat membuatmu awet muda, dan nanti semua betinamu akan tergila-gila melihatmu!" seru sang kancil kepada sang serigala.

"Kolam apakah itu?" tanya sang serigala, dia kini telah terpancing oleh ucapan sang kancil tentang sebuah kolam.

"Kolam dewa tempat mandinya para dewa-dewi, jika saja engkau mandi ditempat tersebut maka semua serigala betinamu akan tertarik padamu," kata sang kancil mengoda sekali.

"Apakah engkau berkata sebenarnya, hai! kancil sahabatku?" bertanya sang serigala dengan nada bicara sedikit melembut karena termakan ucapan manis dan menggoda dari sang kancil.

"Tentu saja itu benar, kapan aku berbohong padamu!" seru sang kancil kemudian.

"Kalau begitu, engkau tahu dong tempatnya dimana?" sang serigala bertanya kembali.

"Tempatnya ada dibalik bukit dekat rumah sang bapak tani dekat dengan sebuah pohon kelapa, Baiklah aku bersedia mengantarkan engkau sampai dikolam tersebut, namun engkau harus berjanji tidak akan memakanku." jawab sang kancil.

"

Meraka berdua pun akhirnya sepakat dan berjalan menuruni sebuah bukit untuk menuju sebuah kolam dewa yang letaknya cukup jauh sekali, dalam perjalanan itu sang kancil dan sang serigala tidak bercakap-cakap sama sekali.

Sang serigala pun maklum kepada sang kancil yang sebentar lagi akan menjadi mangsanya, "tatkala dia sudah mandi di kolam dewa, setelah itu dia makan santapan lezat yang sungguh nikmat." pikirnya dalam hati sang serigala.

Maka ketika menjelang sore hari mereka berdua sampai juga disebuah kolam yang dari kejauhan terlihat berwarna kuning airnya karena tertempa sinar lembayung dari matahari sore kala itu.

"Nah itu kolam dewa yang aku sebutkan kepadamu, silahkan engkau berlari turun dari sini sambil menutup mata. Sementara engkau mandi atau berenang aku menunggumu disini." kata sang kancil sambil duduk dibawah naungan sebuah pohon yang lumayan cukup besar.

"Sambil menutup mata!, mengapa harus menutup mata kancil sahabatku?" tanya sang serigala.

"Ya itukan hanya syaratnya saja, silahkan kalau tidak percaya tetapi engkau hanya mendapatkan lelah saja dari usahamu untuk menjadi seekor serigala jantan yang banyak digandrungi para betinamu" kata sang kancil lagi.

Tanpa pikir panjang lagi setelah sang kancil menerangkan hal tersebut sang serigala pun berlari sangat kencang sambil menutup matanya menuruni bukit tersebut.

"Byuuur!" badan serigala menimpa air kolam berwarna kuning dari pembuangan limbah rumah tangga dan WC dari keluarga bapak petani, tentu saja dia langsung muntah dengan badannya yang langsung lemas tidak tahan mencium bau busuk yang sangat menyengat sekali.

Sang serigala dengan sisa tenaganya naik kembali dari pinggir kolam limbah tersebut dengan kondisi badannya yang penuh dengan kotoran dan bau busuk tentunya.

"Awas kancil,,,, kannnnciiiil,,,,!!!" teriakkan marahnya membahana disekitar tempat teresebut. "Kalau ketemu engkau dimanapun, akan aku makan langsung engkau tanpa ada ampun lagi!" umpat serapahnya penuh rasa dendam dari sang serigala.

"Hahahaha, rasain saja bau busuk itu, hahahaha!" sang kancil tertawa dari kejauhan melihat sang serigala yang marah-marah tidak karuan, dia sedang menyesali nasibnya karena telah percaya ucapan bohong dari seorang musuh.

lemari asam .adv - Jangan mudah percaya dengan kabar dan ucapan manis dari seseorang yang baru engkau kenal, sebab belum tentu ada kebenarannya. Serta jangan terlalu percaya akan janji manisnya, mungkin saja orang tersebut akan menipumu atau menjerumuskanmu.

Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Monday, July 25, 2016

Nama Batu Raden Dan Asal Usulnya - Dongeng Indonesia

Courtesy of www.palawi.co.id
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda yang sangat baik hatinya bernama Suta. Sang pemuda ini telah lama bekerja sebagai pekerja abdi dari sebuah Pemerintahan Kadipaten.

service office jakarta .adv - Semua pekerjaan kasar dari pemerintahan Kadipaten dia kerjakan dengan sangat baik, dan yang paling dia sukai adalah tatkala dia sedang bertugas menjaga keamanan kampung yang berada diwilayahnya dari orang-orang jahat yang setiap harinya selalu datang menyatroni rumah-rumah penduduk disekitar kampungnya.

Seperti hari-hari sebelumnya, sang pemuda Suta berkeliling menjaga keamanan diwilayahnya. Namun, secara tiba-tiba dia mendengar suara teriakkan seorang perempuan meminta pertolongan, dengan gesit sang pemuda menghampiri sumber suara.

Langkah kakinya berhenti disebuah pohon besar, dari salah satu cabang pohon besar tersebut terlihat ular yang begitu besar sedang mengancam seorang perempuan cantik didekatnya.

Walaupun hatinya sedikit ngeri melihat sang ular yang begitu besar, namun mengingat dirinya seorang abdi Kadipaten yang seharusnya melindungi siapa saja orang yang sedang membutuhkan pertolongan darinya, Dengan sedikit nekad dia mengambil satu buah cabang kayu yang cukup besar untuk dijadikan alat memukul sang ular tersebut, dengan berulang-ulang kali ular besar tersebut dipukulinya sehingga sang ular pun mati seketika.

Sang perempuan cantik tersebut ternyata adalah putri dari seorang Adipati yang tinggal diwilayahnya, sang putri sangat berterima kasih atas keberanian sang pemuda menyelamatkan nyawanya.

Dengan ucapan terima kasih yang tak terhingga, sang putri Adipati berkata kepada sang pemuda Suta yang telah dengan berani mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan dirinya.

"Terima kasih, anda telah menyalamatkan nyawaku!" katanya dengan nada bicara yang lembut sekali. Sejak pandangan pertama, sang putri telah kagum terhadap pemuda yang telah menyelamatkan nyawanya tersebut.

Dan dari pertemuan kepertemuan yang sering terjadi, akhirnya sang putri telah jatuh cinta terhadap sang pemuda Suta dan sang pemuda pun sama terpikat olehnya.

Namun sang pemuda Suta maklum dengan keadaan dirinya yang hanya seorang rakyat jelata walaupun dia termasuk abdi dari Kadipaten, dia hanyalah seorang pegawai rendahan saja.

Bibit cinta yang mulai bersemi antara kedua jenis manusia ini telah berkembang subur walaupun sang pemuda Suta selalu menahan dirinya untuk tidak terlalu mencolok saat berhadapan dengan sang putri Adipati didepan umum atau khalayak ramai.

Namun dari gerak-gerik yang mereka lakukan, akhirnya banyak juga orang yang tahu dan curiga bahwa sang pemuda Suta menyukai putri Adipati, begitu pun sebaliknya sang putri sendiri.

Rahasia percintaan mereka telah sampai didengar sang Ayahanda sang Adipati, tentu saja beliau sangat marah mendengarnya saat itu. Pemuda yang lancang kepada anaknya ditangkap dan dihadapkan kepada sang Adipati.

Kanjeng Adipati menjadi sangat malu kalau sampai anak gadisnya menikah dengan orang biasa yang bukan dari golongan ningrat atau pengawai rendahan dari pemerintahan Kadipaten yang dipimpinnya.

Sang putri tercintanya dilarang untuk berhubungan lagi dengan sang pemuda Suta yang hanya akan membuat malu keluarga besarnya saja, "Mulai saat ini engkau anakku Putri! dilarang bertemu lagi dengan pemuda tersebut!" seru sang Adipati dengan marah kepada sang anak gadisnya.

Semenjak saat itu tentu saja sang Putri sangat sedih sekali hatinya, dia sudah tidak bisa bertemu lagi dengan sang pemuda pujaan hatinya Suta.

Dan lebih sakit lagi hatinya, setelah mengetahui bahwa sang pemuda Suta telah ditangkap Ayahandanya dan dipenjara disel penjara bawah tanah yang selalu digenangi air.

Selama dalam penjara bawah tanah Suta tidak diberi makan serta air yang mengenangi, telah membuat badannya terserang demam tinggi yang begitu hebat hampir saja membuatnya pingsan, namun Tuhan maha adil telah datang menyelamatan dirinya.

Sang Putri yang telah berhutang nyawa telah membayar abdi prajurit utusan untuk menyelamatkan orang yang dicintainya, Suta pun bebas dari penjara bawah tanah berkat bantuan tersebut.

Dan setelah berada diluar penjara bawah tanah abdi prajurit utusan tersebut mengatakan bahwa dia telah dibayar sang Putri untuk menyelamatkan dirinya.

Sementara sang Putri yang telah menunggu disuatu tempat yang telah ditentukan, sudah menunggu kedatangan sang pemuda Suta pujaan hatinya dengan harap-harap cemas, apakah prajurit utusan yang dibayarnya bisa berhasil menyelamatkan Suta atau tidak.

Sebab ada dua kemungkinan yang harus diterimanya yaitu jika berhasil dirinya akan bertemu dengan sang kekasih pujaan hatinya, namun jika tidak berhasil niscaya dirinya akan merana seumur hidupnya.
Dari kejauhan sang Putri melihat orang yang selalu mengisi mimpi-mimpi indahnya telah datang dipapah sang prajurit utusan yang dibayarnya, dia telah berhasil membawa sang pemuda Suta keluar dari penjara bawah tanah.

Setelah beberapa hari, sang pemuda Suta telah pulih kembali tenaganya. Mereka berdua pun melarikan diri keluar dari Kadipaten, mereka lalu menikah dan menetap tinggal disuatu desa terpencil dan hidup bahagia selamanya.

Nah mulai saat itu desa tersebut dikenal dengan nama atau sebutan BatuRaden asal dari kata Batur yang mempunyai arti Abdi yang menikah dengan keturan dari seorang Raden keturunan Adipati.

Janganlah engkau takut untuk berbuat baik, sebab kebaikkan yang engkau perbuat suatu saat akan berbuah menjadi pertolongan atau kebaikkan yang akan datang juga.
Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...