Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Tuesday, August 30, 2016

Anjing dan Masakan - Dongeng Yunani

Courtesy of food.detik.com
dongeng anak dunia - Seorang pria kaya ingin memberikan istrinya kejutan untuk pesta ulang tahunnya, sengaja dia pergi di sekitar kota untuk berbelanja segala keperluannya, tidak lupa dia pun mengundang teman-teman dan kerabatnya untuk menghadiri pesta mewah untuk menghormati istrinya di hari ulang tahunnya di rumahnya. Sang anjing mendengar kabar, Tuannya akan mnegadakkan pesta dan dia mengundang temannya yang di anggap tidak akan membahayakan jika hadir bergabung dengannya di pesta yang akan meriah tersebut.

Anjing selalu lapar dan mereka selalu ingin keluar mencari makanan gratis, dan teman anjing ini tidak berbeda sifatnya, sehingga dia tidak memiliki keraguan untuk menerima undangan tersebut dengan senang hati. Dia telah muncul lebih awal pada malam itu di rumah Tuan pemilik anjing yang menjadi temannya. Lalu dia mengamati para juru masak bekerja keras mempersiapkan berbagai hidangan yang sangat menggoda selera makannya. Dia benar-benar berpikir ini adalah hari keberuntungan dan memandang ke depan untuk memasukkan dirinya ke dalam panci besar berisi daging kesukaannya yang sangat empuk dan tentu saja lezat rasanya. Sehingga ia tidak akan merasakan lapar selama dua atau tiga hari karena perut kenyangnya malam ini, "Oh Fantatis banget" pikirnya dalam hati. Dia mendapatkan begitu banyak makanan dan melahapnya dengan gembira bahkan sambil makan dia mengangkat ekornya, dan menggoyang-goyangkan penuh gairah dan semangat.

Salah satu juru masak melihat kibasan ekor yang mencuat dari atas panci besar atau wajan yang penuh dengan daging matang, dan menjadi sangat kesal saat melihat seekor anjing liar masuk ke dalam dapur. Dia menangkap ekor anjing tersebut mengangkat dan memutar-mutarnya beberapa kali di atas kepalanya, dan setelah, melemparkannya dengan sekuat tenaganya keluar dari jendela yang terbuka. Anjing terbanting turun dengan keras menabrak dinding beton, dia melolong sangat kesakitan dan pergi meninggalkan rumah tempat pesta. Dia berjalan terpincang-pincang ketika dia bertemu dengan beberapa teman-temannya di jalan. "Aku pikir kamu keluar menghadiri pesta dan makan malam besar di rumah temanmu, tapi kamu terlihat sangat buruk dengan tampilan pestamu yang berantakkan", kata salah satu temannya, "apa yang terjadi, kawan?" katanya sambil melihat temannya yang terpincang-pincang.

Anjing pincang menggeleng. "Aku memiliki satu waktu yang sangat fantastis dengan makan lezat, yang aku pikir tidak bermasalah", katanya "Anggur mengalir bebas sepanjang malam dan aku menjadi mabuk dibuatnya, aku hanya berpikir terlalu baik hidup disana bagiku, Aku tidak bisa menerima kehidupan tersebut dan aku tidak ingat bagaimana aku keluar dari sana!" katanya berbohong dan terus berlalu dengan berjalan pincang.

Sekian terima kasih cerita pendek ini semoga menghibur.

Wasalam.
oleh : mamang
Share:

Sang Cahaya Biru - Dongeng Jerman

cahaya biru - dongeng anak dunia
Courtesy of hantuwriter.blogspot.com
dongeng anak dunia - Seorang serdadu Kerajaan telah diberhentikan dengan tidak hormat atau dipecat oleh sang Raja karena luka-luka seluruh di badannya, sehingga Raja sudah tidak memerlukan tenaganya lagi. Tentara itu meninggalkan istana dengan hati yang sangat pedih dan saat malam tiba, dia membutuhkan tempat untuk tinggal. Dalam perjalanan dia menemukan rumah seorang tukang sihir, dia meminta untuk penginapan di rumahnya. Sang penyihir setuju dengan syarat bahwa dia harus mengambil sekop dan mencangkul kebunnya pada hari berikutnya atau esok hari. Ini berjalan begitu lama karena dia harus tinggal satu malam lagi, dan sebagai imbalannya dia meminta sang serdadu untuk membelah atau memotong kayu bakarnya. Sekali lagi, dia harus tinggal satu malam lagi di rumah sang penyihir.

Hari berikutnya, dia diminta agar pergi ke sumur dan mengambil cahaya biru untuknya. Dia sedang dalam perjalanan untuk proses mengambilnya, tetapi hatinya menyadari bahwa dia sedang ditipu dan akan terjebak dalam sumur. Segera setelah dia memberikan cahaya biru itu kepada sang penyihir, dia terus terang kepadanya bahwa dia sendiri tidak tahu apa itu, tetapi sang penyihir meninggalkan dia di dalam sumur yang sangat dalam tersebut.

Dia memutuskan untuk membakar rokok untuk terakhir kalinya dalam hidupnya dan menyalakan pipa rokoknya dengan cahaya biru tersebut. Beberapa detik kemudian menusia bertubuh kerdil datang memberinya apa pun yang dia inginkan. Dia pertama kali meminta untuk segera keluar dari sumur, dan untuk sang penyihir dia memintanya untuk di bawanya ke penjara dan di gantung.

Tentara itu masih marah terhadap Raja, tentang sikapnya yang tidak adil terhadap dirinya, ketika dirinya menang dalam satu peperangan sang Raja memberinya pujian, namun ketika dirinya luka-luka sang Raja dengan entengnya memecatnya. Sehingga dia meminta orang kerdil membawa sang putri anak Raja sehingga dia dapat tidur dengan sang putri raja, hanya untuk sekedar memancing kemarahan sang Raja.

Ketika dia bangun, sang putri memberitahu ibunya tentang sesuatu yang aneh dalam "mimpi" nya, sang Ratu percaya mimpi pun bisa benar-benar terjadi atau menjadi kenyataan. Sehingga sang Ratu mengisi kantong saku  putrinya dengan kacang polong dan menempatkan lubang kecil di dalamnya sehingga jika benar-benar ada penculik yang membawa sang putri, prajurit kerajaan bisa mengikuti kemana arah jalan tujuan sang penculiknya.

Kurcaci sakti, bagaimanapun, mendapat pemberitahuan, dan menyebar kacang polong ke seluruh pojok kota sehingga kacang polong menyebar di mana-mana dan tidak bisa di lacak para prajurit kerajaan. Malam berikutnya, dia berencana menyembunyikan sepatunya di rumah yang dia diambil. Kurcaci memperingatkan terhadap sang tentara dengan kelakuannya, tetapi dia tidak mengindahkannya.

Keesokan harinya, sepatu sang putri ditemukan di tempat dimana dia tadi malam menyekap sang putri. Dia mengirimkan temannya untuk mendapatkan cahaya biru kepada Kurcaci dan sebagai permintaan terakhirnya menghisap asap biru dari pipa rokoknya. Kurcaci muncul dan membunuh para pengikut atau para prajurit yang menjaga penjara, juga mengancam tentang kehidupan sang Raja. Sang Raja akhirnya memohon belas kasihan. Sang Tentara itu akhirnya menikahi sang putri dan mengambil tahta kerajaan. Kini Dia sang Serdadu menjadi Raja dan putri anak sang Raja menjadi Ratunya. Sekian.

Wasallam.
oleh : mamang
Share:

Monday, August 29, 2016

Katak dan rubah - Dongeng Aljazair

dongeng anak dunia
Courtesy of pixabay.com
dongeng anak dunia - Seekor katak sedang mandi di genangan air di tengah-tengah hutan belantara. Dia sengaja menyelam dan muncul kembali, cukup senang dengan mempercik-percikan air dari dalam genangan.

Seekor rubah melewati tempat tersebut, lalu berkata "Apa yang kamu lakukan sampai badanmu berlumpur?, Kamu seperti seekor makhluk berlendir?" Tanya rubah menghina.

"Tak ada alasan satu pun aku berurusan dengan kamu" teriak katak, sambil membalikkan badan ke lumpur kembali.

"Engkau benar-benar makhluk aneh," kata rubah berkata kembali. "Bagaimana kamu bisa mendapatkan sepasang kaki depan sangat pendek, dan satu pasang belakang yang ekstra panjang?" tanyanya lagi.

"Sebaiknya kau berhati-hati dengan hidung berbulumu", jawab katak. "Aku katak tercepat di seluruh hutan ini!"

Sang rubah hanya tertawa dan acuh mendengar jawaban dari sang katak.

"Begini saja", kata katak sambil meniup dirinya hingga ukuran tubuhnya bertambah besar dua kali lipat, "Aku yakin aku lebih cepat dari kamu. Aku akan menantangmu untuk balapan sebagai buktiknya."

Sang rubah tidak percaya apa yang didengarnya. "Kamu, Lebih cepat dari saya? kamu berlendir kodok! baiklah, kita berlomba adu kecepatan kalau itu kemaunmu. Temui aku di bawah pohon jambu, pukul dua belas siang!" kata sang rubah sambil berlalu dari tempat itu.

Mereka bertemu pada jam yang ditentukan. Sang rubah membawa temannya, sang bebek. Bebek memiliki suara yang sangat baik, sehingga ia akan berteriak memberikan sinyal tanda perlombaan sudah dimulai.

Mereka berdiri di garis start, siap untuk lari. Bebek membunyikan sinyal awal, sang rubah mulai berjalan dan sang katak berdiri di atas kaki belakangnya mengambil satu lompatan sangat jauh dan mendarat di ekor sang rubah, di mana dia tergantung terpotang-panting terus di ekor sang rubah. Sang rubah begitu terkonsentrasi berlari dan terus berlari, dia ingin cepat mengakhiri perlombaan ini dengan cepat dan memenangkannya.

Setelah berlari secepat yang dia bisa untuk beberapa menit, rubah berhenti dan berbalik sambal tertawa. Katak itu tidak terlihat, ia tahu kalau ia telah memenangkan perlombaan, karena percaya diri sang rubah memutuskan untuk berjalan-jalan di sepanjang jalan pada kecepatan yang lembut dan sangat pelan. Sang rubah tidak tahu kalau sang katak tergantung pada ekornya, dia tidak mengamati kejadian saat start tadi.

Garis finish sudah dekat, dan rubah memutuskan untuk membuat sprint sedikit, hanya untuk menunjukkan keahliannya. Saat itu, sang katak melemparkan dirinya ke atas tubuh rubah, dan berdiri di atas kaki belakangnya, kemudian membuat lompatan yang sangat hebat. Dia mendarat di atas jalur finish, sementara sang rubah masih belum melewatinya.

Sang katak melompat-lompat. "Aku sudah menang! Aku sudah menang!"

Sang rubah marah besar terbakar api kemarahan. "Kamu curang! kamu berlendir berjerawatan dan juga sangat curang makhluk kecil!"

Sang katak hanya tertawa. "Aku pertama yang melewati garis finish," kata sang katak "kamu kehilangan kesempatan menjadi juara!"

Fox berpaling ke bebek tapi bebek sepakat bahwa katak adalah pemenangnya. "Katak memenangkan perlombaan dengan adil dan jujur", kata sang  wasit bebek.

Sejak saat itu, setiap kali sang rubah melewati sang katak di mana pun, dia akan mengangkatkan ekor tinggi-tinggi!!! hahahahah.

Sekian, semoga cerita di atas bermanfaat dan menjadi hiburan bagi Anda.


Wasalam
oleh : mamang
Share:

Tuesday, August 23, 2016

Monyet Yang Dinobatkan Menjadi Raja - Dongeng Yunani

Courtesy of senggang.republika.co.id
dongeng anak dunia - Tersebutlah sebuah cerita, ketika semua binatang hidup bersama secara harmonis. Singa tidak mengejar sapi, serigala tidak berburu domba-domba, dan burung hantu tidak menukik menerkam tikus di lapangan terbuka.

Dalam sekali setahun mereka akan berkumpul dan memilih seorang King atau Raja dalam musyawarah mufakat, yang kemudian Sang Raja akan memerintah kerajaan dari seluruh hewan selama dua belas bulan ke depan.

Hewan-hewan yang berpikir ingin mendapatkan giliran menjadi Raja, mereka akan mengajukan diri dan akan membuat pidato dan memberikan demonstrasi kehebatan mereka atau kebijakannya tatkala terpilih nanti. Maka semua binatang berkumpul akan memilih, dan hewan yang mendapatkan suara pemilih terbanyak berhak dinobatkan menjadi Sang Raja satu tahun ke depan. Mungkin mereka meniru ide manusia dalam memilih pemimpinnya!!!.

Sekarang, monyet tahu benar bahwa dia tidak sangat kuat atau tidak bijaksana tetapi tidak jahat dan dia tidak pandai orator atau berpidato, tetapi demi kebanggaan anak laki-lakinya, dia unjuk kebolehan menarinya! Jadi dia melakukan gerakkan terbaik dalam menarinya yang lincah, dan ia menari akrobatik dengan penuh semangat, melakukan lompatan-lompatan besar, kembali jungkir balik dan jungkir balik salto yang membuat terpesona seluruh penonton yang ada di tempat itu. Dibandingkan dengan yang lainya seperti gajah pemakan rumput yang rakus, singa yang kuat dan gagah perkasa tetapi dia sangat tegas dan otoriter, dan ular yang memiliki sifat licik dan jahat.

Tak seorang pun yang ada di sana ingat persis bagaimana hal itu terjadi dan entah bagaimana mereka banyak pemilih mayoritas suara hewan yang hadir kala itu kepada sang monyet, dan dia pun diumumkan menjadi Raja dari kerajaan hewan untuk satu tahun ke depan. Sebagian besar hewan tampak cukup puas dengan hasil ini, karena mereka tahu bahwa monyet tidak akan mengambil tugasnya terlalu serius dan membuat segala macam tuntutan berat terhadap mereka. Mereka semua sebagai hamba rakyat banyak, atau menganut banyak berbagai acara formal ketaatan.

Tapi ada segelintir dari beberapa hewan yang berpikir bahwa pemilihan monyet menjadi figur Raja adalah pilihan yang kurang tepat atau sangat salah. Hewan yang berkata demikian adalah Sang rubah, sang rubah sudah cukup muak terhadap sepak terjang sang Raja baru monyet yang hanya pandai menari saja. Dia akhirnya mengatur sebuah sekenario yang akan membuat monyet terlihat bodoh di depan khalayak ramai.

Ia mengumpulkan beberapa buah segar yang baik dari hutan, mangga, buah ara dan tanggal serta meletakkannya di atas perangkap yang telah di siapkan. Dia menunggu sang Raja monyet lewat, dan memanggilnya seraya berkata, "Baginda, Saya melihat buah-buah mungil lezat di pinggir jalan yang saya lalui, aku tidak tergoda untuk memakannya dan menjaganya supaya tidak di makan oleh hewan lain, sebab aku ingat buah-buahan ini adalah jamuan favorit kesukaan Paduka Raja, untuk itu silahkan paduka Raja tercinta yang baik hati memakannya!"

Monyet tidak bisa menahan diri dengan pujian baik dan buah-buahan segar yang memang menjadi makanan kesukaannya. Dan tidak berpikir lama dia bergegas, "Wah, terima kasih, rubah" dan membuatnya langsung melangkahkan kaki menuju tempat buah-buahan tersebut untuk memakannya. "Swish" dan "bunyi perangkap," dan "AAAYYY AAAYYY" Kena Raja monyet malang tercinta," perangkap bekerja dengan baik mengikat di sekitar kakinya dan menariknya langsung keatas pohon di atasnya. Kini sang Raja monyet berbalik dengan posisi kepalanya di bawah dan kaki diatas terikat pada sebuah pohon.

Raja monyet mencela sang rubah dengan kata-kata pahitnya, "engkau berani sekali! kurang ajar terhadap Rajamu sendiri! engkau akan aku hukum dengan hukuman yang sangat berat." Namun sang rubah hanya tertawa dan tertawa terbahak-bahak hatinya sangat senang. "Anda menyebut diri anda sebagai Raja semua hewan," teriaknya, "dan Anda membiarkan diri Anda yang akan mati seperti itu, sangat menyedihkan sekali Raja bodoh!!!"

Dalam kehidupan kita sehari-hari belum tentu semua orang akan suka dan senang terhadap orang terpilih atau orang yang sedang berjaya, tanpa adanya orang lain yang tidak suka atau iri atas keberhasilan yang dicapai orang tersebut.

Sekian semoga cerita ini selalu mengingatkan kita untuk selalu mawas diri.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih

Advertising - Baca Juga :
The Odyssey Of Homer
Kisah Misteri Blair Adams


Share:

Monday, August 22, 2016

Sang Monyet Dan Sang Rubah - Dongeng Yunani

Courtesy of google images
dongeng anak dunia - Pada suatu saat sang monyet dan sang rubah bepergian bersama-sama, mereka akan pergi mencari makan jauh masuk ke suatu hutan lain dari tempat tinggalnya. Monyet itu membawa ransel berisi beberapa peralatan dan beberapa alat untuk makan serta batu api untuk membuat nyala api. Dan setelah beberapa waktu dalam perjalanan jauhnya, dia mendapatkan dirinya sangat kelelahan dibandingkan sang rubah yang lenggang tidak membawa rangsel. "Kau tahu," katanya kepada rubah, "Aku harus benar-benar menjadi orang yang membawa semua peralatan yang sangat berat ini, kamu tahu."

"Kenapa? Ada apa denganmu? Berdoa terus, teman baikku," tanya sang rubah menyindir temannya yang menggerutu terus dengan barang bawaannya yang merepotkan.

"Saya makhluk yang sangat mulia," jawab monyet, "jauh di timur, mereka selalu bercerita tentang bagaimana kita para monyet adalah keturunan dari para dewa!"

"Mungkin saja begitu," jawab sang rubah. "Tetapi lihatlah bulu-bulu tebalku, terlihat warna yang indah dan memenuhan seluruh ekorku, dibandingkan dengan bulu kurusmu yang engkau punya menggantung di belakangmu, orang akan mengamati dan menilaiku untuk menjadi makhluk yang lebih mulia dari keturunan nenek moyangku yang bangsawan," kata sang rubah memuji diri sendiri.

"Ha!" Teriak monyet. "Penampilan! semua orang bisa saja tertipu dengan penampilan seseorang, bangsawan yang benar-benar selalu bersifat baik hati dalam pikirannya." kata sang monyet menjelaskan kepada sang rubah.

Sang rubah tertawa. "Tentu saja," katanya, "itulah mengapa kamu berbaik hati untuk membawa ransel untuk kita, mulai dari tadi pagi semenjak berangkat dari rumah. Karena sifat kemuliaan dan kebaikkan hati kamu untuk membawa ransel di punggung kamu dengan tidak mengenal lelah!" kata sang rubah dengan kata pujiannya.

Saat itu mereka datang ke sebuah kuburan yang besar, di mana ada sejumlah monumen batu yang menandai kuburan-kuburan tersebut. monyet berhenti dan melihat-melihat sekelilingnya, dan kemudian mendesah besar. Rubah juga berhenti, dan duduk, menunggu sang monyet untuk berbicara lagi.

"Kamu lihat monumen megah itu," kata sang monyet akhirnya berbicara sambil menyebarkan lengannya tentang monument tersebut, "monument itu didirikan di masa lalu pada zaman nenek moyangku, dan beberapa orang yang paling terkemuka di masa hidupnya mereka, sehingga seluruh jasa dan kenangan mereka harus dihargai oleh generasi penerusnya sebagai keturunannya!" kata sang monyet suaranya sangat lantang.

Tatkala rubah mendengar keterangan yang menurutnya sangat tidak berarti sama sekali bagi dirinya, bibir sang rubah mencibir bibirnya.

San rubah sangat geli dengan pernyataan ini. "Yah Pak," katanya, "Kamu memiliki nenek moyang yang luhur dan kamu sudah sangat pandai dalam memilih mayat kuno yang terdapat di dalam kuburan tersebut sebagai saksi, karena kamu sangat nyaman untuk menjadi generasinya, tidak satupun dari mereka mampu berdiri dan mengkonfirmasikan atau menolak klaim kamu untuk tetap menjadi bangsawan!" tutur sang rubah, dalam hatinya dia berkata, "Engkau sang monyet yang gila hormat."

Sekian terima kasih semoga cerita tersebut bermanfaat dan dapat menghibur.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Thursday, August 18, 2016

Alasan Mengapa Kepiting Memiliki Cangkang Part 2 - Dongeng Afghanistan

Courtesy of annida-online.com
dongeng anak dunia - Akuvi sangat bersemangat, "Bapak kepiting, jika Anda tahu namanya tolong beritahu saya dan membantu saya keluar dari penderitaan saya?" tanya sang gadis sangat gembira sekali. Mr Crab atau sang kepiting menjawab, "namanya Zeglo atau mama Zeglo." Akuvi melompat-lompat, dia sangat senang, akhirnya dia akan mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Dia mengucapkan terima kasih kepada kepiting dan pulang ke rumah wanita tua. Hati sang gadis sangat bahagia, dia menari dan melompat sepanjang perjalanan pulang, membawa pot diisi dengan air di kepalanya. Dia tersandung batu yang tergeletak di jalanan berserakkan di tanah, pot jatuh dari kepalanya dan pecah menjadi seratus bagian. Dia mulai menangis, ia tahu wanita tua akan marah dengan kejadian ini. Dengan perlahan dia berjalan pulang sangat takut dan saat ia datang ke rumah, wanita tua sedang duduk di luar menunggunya pulang. Ketika wanita tua melihat gadis tersebut tidak membawa pot, dia bertanya langsung, "Apa yang terjadi dengan pot saya? Dimana air saya yang akan saya minum?"

Akuvi menjawab "Mama Zeglo, aku jatuh di jalan dan pot Anda jatuh pecah berantakkan." katanya ketakutan.

Wanita tua itu heran mengapa Akuvi telah tahu namanya dengan benar, jadi dia bertanya: "Bagaimana kau bisa tahu namaku? Dan siapa yang memberitahumu?" tanyanya cepat memburu.

Akuvi menjawab bahwa dia bertemu dengan kepiting tadi di pinggir sungai ketika akan mengambil air. Wanita tua melompat, dia memang benar-benar marah. "Aku akan turun ke tepi sungai, aku akan menemukan sang kepiting tua bodoh dan memberinya pelajaran kepadanya!" Dia bangkit berdiri lalu mengambil tongkat dan kantong bulatnya, dia terus berjalan cepat berjalan menuju sungai. Dia berniat untuk menghukum sang kepiting yang telah lancang memberitahukan namanya kepada akuvi. Dan dia memang menemukan sang kepiting yang masih rooting di dalam pasir di tepi sungai, dan menegurnya dengan nada suara keras karena marah, "Kenapa engkau mengungkapkan namaku kepada seoarang gadis muda? Apakah ada untungnya buatmu?” bentaknya. Sang kepiting tidak senang melihat wanita tua itu marah-marah padanya. "Aku tidak ingin melihatmu, pergilah dari hadapkanku," sang kepiting berkata mengusirnya. "Kamu pikir siapa kamu dengan seenaknya memberitahu namaku kepada siapa saja?" serunya lagi semkain marah setelah dia di usir sang kepiting dari tempat tersebut. Wanita tua itu bahkan lebih jengkel, dan dia mengangkat tongkat dan memukul kepiting di bagian belakang. Pukulan keras! Dan lagi: Woosh!

kepiting melompat ke samping dan berteriak pada wanita tua, "Hei apa! Apa yang engkau lakukan? Memukul saya? Kamu tidak tahu saya! Tunggu saja! "Kepiting menyelam ke bawah air, dan mulai meraup pasir putih, percikan itu semua mengenai kepala wanita tua itu sehingga semua rambutnya memutih. Tentu saja dia semakin marah, dengan cepat labu dilemparkan dan persis mendarat di punggungnya dan terjebak di sana. Dia mencoba untuk menariknya keluar, tetapi sampai tangannya sakit mencoba keras megeluarkan labu dari punggungnya namun dia tetap terjrbak dalam lubang labu yang keras. Kepiting mengerang, dan wanita tua mengutuk karena labu tempat minumnya tidak dapat diambil kembali. Labu telah menjebak tubuh kepiting untuk selamanya, Itu sebabnya ketika Anda melihat kepiting sekarang, dia mempunyai cangkang keras di punggungnya itu berasal dari labu sang nenek penyihir mama Zeglo dan setiap nenek penyirhir pun selalu berambut putih, karena telah di lempar sang kepiting dengan pasir putihnya.

Demikian cerita asal mulanya mengapa kepiting mempunyai shell atau cangkang.

Terimakasih.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih

Advertising - Baca Juga :
Curcuma Longa for Your Pain
Selingkuh Ketahuan, Dikuliti Hidup-hidup
Share:

Alasan Mengapa Kepiting Memiliki Cangkang Part 1 - Dongeng Afghanistan

Courtesy of annida-online.com
dongeng anak dunia - Sekali waktu hiduplah seorang wanita yang bernama Aftermath. Dia punya satu putri, yang bernama Akuvi. Suaminya telah meninggal ketika gadis itu masih sangat muda. Ketika akuvi telah tumbuh besar, dia mulai berani memberontak terhadap peraturan atau otoritas dari sang ibunya. Jika Aftermath memintanya untuk mengambil air dia akan menolak, jika Aftermath memintanya untuk mengambil beberapa ubi dalam keranjang, gadis itu akan membentak dan merajuk. Sang ibu marah dan kemudian menasehati putrinya, tetapi semua sia-sia saja. "Kau pikir aku harus bekerja keras terus menerus untukmu," sang ibu berkata, "tunggu saja jika engkau terus berperilaku seperti ini, kau akan bertemu nasib yang kurang baik pada suatu hari nanti!".

Hal tersebut berlangsung selama beberapa waktu, sampai suatu hari sang ibu kembali meminta Akuvi untuk mengambil air dari sumur. Akuvi menolak terus terang. "Mengapa harus saya yang selalu mengambilkan air." Jawab Akuvi, "Mengapa Ibu tidak bisa mengambilnya sendiri, Ibu mempunyai lengan dan kaki seperti saya, jadi ambillah sendiri." Aftermath begitu marah pada penghinaan putrinya, dia mengambil tongkatnya dan memukulinya. Hal ini membuat Akuvi sangat marah terhadap ibunya. "Sudah cukup ibu!" bentaknya saat mendapat pukulan dari sang ibu Akuvi yang marah. "Aku pergi keluar dari rumah ini." Dia mengambil beberapa pakaiannya, dikemas dalam sebuah tas dan meninggalkan rumahnya waktu itu juga. Dia benar-benar tidak tahu akan pergi ke mana, dia tidak mau berpaling lagi kerumahnya, dia tidak tahu siapa-siapa pun di luar desa kecil sana untuk di singgahi dirinya.

Karena tidak ada tempat di desa untuk di singgahi, akhirnya dia pergi menuju sebuah hutan. Setelah dia berjalan selama beberapa waktu, ia datang ke sebuah peternakan kecil. Di tepi berdiri sebuah gubuk tua, dan di luar gubuk duduk seorang wanita tua. Akuvi belum pernah melihat wanita tua itu, dia berusia setidaknya seratus tahun! Akuvi berjalan ke arah wanita tua yang tampak matanya menatapnya, dan bertanya "Siapa gadis kecil dan dari mana asalmu?" Akuvi membuka mulutnya menjawab tentang dirinya yang pergi dari rumah dan akan pergi ke hutan, ketika itu sang wanita tua berteriak "Stop! Jangan bicara! Aku tahu semua tentangmu! "Dia mengibaskan jari bengkok nya pada gadis itu. "Ibumu mencoba mengajari jalan hidup yang terbaik untukmu, tetapi mengapa engkau tidak menuruti semua perintah dan nasehatnya, kamu tidak mengerti kasih sayang sang ibu untuk anaknya adalah hal terbaik baginya, sekarang kau tinggallah di sini, engkau harus melihat sesuatu yang lain! Selamat Datang sayangku! "

Wanita tua membawanya dan memberinya makanan, disudut gubuk di mana dia bisa berbaring untuk tidur. Keesokan paginya wanita tua membawa Akuvi ke lapangan, di mana ada banyak sayuran yang tumbuh berupa bayam, singkong, kacang-kacangan. Wanita tua menyebar tangannya dan berkata "Akuvi, apa yang kamu lihat di sini adalah kebunku, semua tumbuh di sini, dan kamu harus membantuku memeliharanya, setiap kali aku menyuruh kamu untuk memilihnya dan mengambilnya, tanaman ini akan berbicara kepadamu, beberapa akan mengatakan, "Jangan sentuh, saya masih terlalu muda" atau "Saya baru saja ditanam, aku belum  matang !". Aku ingin kau mengabaikan semua protes paling keras dari mereka dan ambil saja." katanya sang wanita itu.

Sore itu wanita tua mengirim gadis itu ke perkebunan untuk memilih beberapa potong singkong dan ubi sehingga mereka bisa membuat fufu untuk masak makan malam mereka. Saat ia memasuki lapangan tanaman mulai berbicara dengannya. Salah satu dari mereka mengatakan, "Lihatlah gadis kecil itu, aku sudah terlalu tua untuk berada di sini, dan muak terjebak di sini, di bidang ini, engkau datang mau menjemput saya ", sedangkan yang lainnya lagi mengatakan, " Harap tidak memilih saya, saya baru saja ditanam ! Pergi ke yang lainnya saja " Dengan semua suara-suara yang datang padanya dari segala arah, Akuvi jadi takut! kejadian seperti ini belum pernah terjadi pada dirinya sepanjang selama ini. Akuvi ingin melarikan diri tapi dia takut terhadap wanita tua yang menyuruh dirinya. Jadi dia mengumpulkan semua keberaniannya dan mulai memilih tanaman yang mengatakan mereka tidak cukup matang atau cukup dewasa untuk diambil, seperti wanita tua itu menyuruhnya melakukan.

Dia mengambil sayuran dan membersihkanya dan wanita tua menginstruksikan akuvi untuk mengupas mereka dan merebus mereka. Dia selesai dengan tugasnya, dan kemudian mencari lesung untuk menumbuk semua itu menjadi fufu, tapi dia tidak bisa menemukan lesung di mana saja. Jadi dia pergi ke wanita tua dan bertanya apa yang harus dia gunakan. Wanita tua mengatakan, "Aku tidak punya mortar atau palu dan aku tetap harus makan fufu," "Nah, bagaimana Anda melakukannya? Bisa kau tunjukkan? tanya Akuvi. Wanita tua mengangkat lengan, dan berkata kepada Akuvi, "Pergilah ke belakang rumah, di sana engkau akan menemukan log, bawalah ke sini," katanya memerintah. Ketika Akuvi kembali dengan log beberapa menit kemudian, wanita tua itu tergeletak di tanah, dan menginstruksikan Akuvi untuk menempatkan kayu di bawah kepalanya.

Tidurkanlah kepala sang wanita tua di atas log, dia mengatakan kepada Akuvi menggunakan lubang hidungnya sebagai mortir, "Ini adalah di mana kamu akan menumbuk fufu! kepala di atas log," dia mengatakan tegas cara dia membuat fufu yang sangat aneh baginya.

Akuvi terkejut, tidak pernah dia mendengar hal seperti ini sebelumnya. Tapi wanita tua menenangkannya, "Jangan khawatir sayang, aku selalu melakukannya seperti ini dan itu sempurna setiap waktu." Sekarang menjadi jelas bagi Akuvi bahwa wanita tua memiliki kekuatan magic. Hidungnya diperluas ke dalam mangkuk besar, dan Akuvi melihat beberapa fufu berat keluar dari situ. Ketika dia selesai, wanita tua mengatakan kepada Akuvi untuk pergi ke kamarnya tempat dia menyimpan beberapa pot penuh sup, dan membawanya kepada sang wanita tua. Akuvi menggantungkan panci di atas api untuk memanaskan sup, dan mengeluarkan meja kecil untuk wanita tua makan. Wanita tua duduk dan mulai makan dengan santai. Akuvi mencuci tangannya dan duduk di samping wanita tua karena dia sekarang sangat lapar.

Tapi wanita tua menghentikan Akuvi untuk mengambil makanannya. Bahkan tidak berpikir tentang ingin berbagi makanannya dengan sang gadis. "Sebelum aku membiarkan kamu makan makanan ini, kamu harus menebak nama saya dahulu. "Akuvi tidak tahu nama wanita tua itu, ia sama sekali tidak tahu. Bagaimana dia bisa tahu? Tak seorang pun di desa tersebut yang tahu nama sang waniat tua ini. Dia mulai menebak beberapa nama, Mawutor, Mawuko, tapi semua nama itu bukan nama dia atau nama yang salah dan dia tidak diizinkan untuk menyentuh makanan yang tersedia. Setelah wanita tua selesai makan dia memberi pot untuk Akuvi untuk mengambil air dari sungai. Dengan patuh Akuvi mengambil panci dan berjalan ke sungai. Saat ia mendekati air, ia melihat kepiting. Sang kepiting memanggilnya, "Hei, gadis kecil! aku tahu apa yang terjadi padamu, sang penyihir tua telah menyuruhmu menebak namanya, bukan? Saya dapat membantumu karena saya tahu dia sangat baik!" seru sang kepiting.

Share:

Monday, August 15, 2016

Sang Tukang Batu Part 2 - Dongeng Cina

Courtesy of www.indexmuslim.com
dongeng anak dunia - Suatu hari beberapa rainclouds atau awan hitam besar datang terhanyut oleh angin, dan menempatkan diri antara matahari dan bumi, menghentikan panasnya sengatan yang terpancar ke bumi. Mendapati semua itu, sang tukang batu itu pun menjadi marah, karena awan mendung tersebut berani mengganggu pekerjaannya yang sedang memanaskan bumi, Ia menyadari bahwa awan gelap memiliki kekuatan besar yang sanggup menghalangi sengatan sang matahari ke bumi. Jadi rainclouds atau awan hitam besar lebih kuat dari matahari dan saya yakin kau bisa menebak sekarang, raincloud atau awan gelap perkasa begitu besar dan gelap, bahkan orang-orang di bumi yang melihatnya pada ketakutan dan berkata, "Ada badai datang, kita harus lebih cepat berlindung dari gelapnya bumi akibat awan gelap yang hampir menutupi seluruh bumi!" teriakkan mereka ketakutan sekali saat itu.

Dan angin besar datang bergulir melalui langit, mendorong awan dengan cara ini dan itu, merobeknya  terpisah, melemparkannya ke bawah bumi. Tukang batu yang melihatnyadari jarak dekat, membuatnya terpesona. "Saya ingin menjadi awan raksasa besar yang sangat gelap dan ditakuti banyak manusia, tetapi badai masih merobek dan menghancurkannya" "Siapa yang mampu bersembunyi dari badai yang perkasa. Itulah hal yang harus aku pikirkan untuk menjadikan diriku badai!" serunya. Rohnya selalu dekat, dan segera tukang batu itu berubah menjadi badai dahsyat, yang dicambuk di ladang dan bukit-bukit, meneror petani, orang-orang kaya, PNS dan administrator yang berkuasa. Dia berhenti melabrak pohon-pohon, dia meniup ke bawah gubuk dan rumah-rumah, ia meniup ubin dari atap, ia meniup air dari sungai ke darat, segalanya telah menyenangkannya! Kemudian ia menemukan sebuah gunung berbatu, dan ia meniupnya dan terus meniup, tetapi gunung batu tidak bergeming pindah dari tempatnya. Gunung batu tetap berdiri tegak di tempatnya, tak tersentuh dan tak tergoyahkan. Itu tidak membuatnya hancur maupun pindah tempat, tukang batu berfikir, "gunung batulah yang bahkan lebih kuat dari badai sengit dan menguncang dunia. Aku ingin menjadi batu!" serunya.

Semangat mendengarnya, sang roh pun mengabulkan permintaannya, tukang batu kembali menjadi batu abu-abu perkasa di sisi gunung, sekokoh bumi itu sendiri. "Sungguh indah menjadi yang terkuat kini," pikirnya begitu damai. Dari posisinya diatas gunung yang tinggi dia bisa mengamati langit, ia bisa melihat bidang di bawah, dan petani-petani yang sedang sibuk berusaha di bawah terik matahari. Tapi dia, hanya duduk diatas gunung dengan tenang, tidak berubah, tahan terhadap elemen alam penghancur seperti badai tadi yang mengguncangnya.

Suatu hari ia menyadari beberapa suara yang tidak biasa dia dengar, membuatnya terkejut. Tetapi akhirnya dia menyadari bahwa apa yang ia dengar adalah suara manusia-manusia yang berjalan ke arahnya! Dia tidak bisa ingat kapan terakhir kali ia mendengar suara manusia, pada kenyataannya selama keberadaannya menjadi batu, waktu telah menjadi tidak berarti baginya. Suara-suara milik beberapa tukang batu lokal datang, dan mereka telah naik ke atas gunung mencari beberapa batuan padat yang baik untuk dijadikan patung dan ornamen-ornamen lainnya.

Mereka mengetuk permukaan batu dengan palu dan picks mereka, sampai mereka menemukan banyak batu yang kualitasnya sangat bagus. Mereka mencari dan kemudian mulai menghujami pukulan di atas batu untuk memisahkannya dari gunung. Melihat tukang batu datang, rasa ngeri timbul pada awal dalam pikirannya. "Beraninya orang-orang ini datang ke sini dan mengganggu perdamaianku!." Tapi kemudian ia sadar karena bagaimanapun perkasanya dan solidnya dia menjadi batu, tukang batu selalu bisa menemukan cara untuk memisahkan dia dari gunung. Dia berteriak minta tolong, dan rohnya mendengarnya, ketika ia membuka matanya, ia menemukan dirinya kembali bekerja di bengkel pahatnya dan salah satu tangannya memegang sebuah palu. Selama satu menit dia pikir dia bisa melihat rohnya yang meninggakan dirinya dan mengedipkan matanya sebagai tanda perpisahan, dan dia tersenyum saat dia menyadari betapa indahnya untuk tetap menjadi seorang tukang batu yang handal.

Jadilah dirimu sendiri dan nikmati apa yang telah menjadi milikmu serta bersyukurlah atas apa yang telah di karuniakan Tuhan sang pencipta kepada dirimu serta nikmati semua dengan tenang dan damai.

Sekian dan terima kasih, semoga cerita dongeng diatas bermanfaat bagi kita semua.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Sang Tukang Batu Part 1 - Dongeng Cina

Courtesy of www.indexmuslim.com
dongeng anak dunia - Sekali waktu di sebuah kota kecil di tanah China, hiduplah tukang batu. Sang tukang batu menggunakan palu dan pahat untuk dibuat ornamen, patung dan batu kubur dari batu. Dia sangat teliti dan baik dalam pekerjaannya, dan orang-orang disekitar mengagumi skil keseniannya.

Suatu hari dia pun dipanggil ke rumah orang yang sangat kaya raya, dia ingin mengukir sejumlah besar patung untuk menghormati nenek moyang leluhur orang kaya tersebut. Dengan senang hati tukang batu melakukan pekerjaan yang telah menjadi profesinya dengan sangat baik dan dibayar mahal setimpal dengan hasil karyanya. Tapi ia sangat terkesan dengan kekayaan orang tersebut, ia mengagumi rumah megah besar dengan para pelayan yang selalu siap melayani setiap keinginan dari Tuannya dan bahkan makanan-makanan enak siap disajikan sepanjang hari. Bahkan semakin lama dia berdiam di rumah orang kaya tersebut semakin membuat iri hatinya saja. Dia ingin kaya dan bergaya hidup seperti orang kaya tersebut, ia memutuskan ingin menjadi orang kaya dan mulai bertanya-tanya tentang bagaimana caranya orang itu menjadi kaya seperti saat ini.

Pada zaman itu di China ada banyak sekali roh-roh yang siap membantu, hampir seluruh penduduk yang hidup di daerah tersebut memiliki kekuatan magic. Salah satu dari mereka telah membawa tukang batu untuk memberikan petunjuk dan memutuskan untuk memberi keinginannya. Dan benar saja keesokan harinya tukang batu yang terbangun dari tidurnya, menemukan dia telah tinggal di sebuah rumah bagaikan istana dengan pelayan-pelayan telah siap  berada di sekitar dirinya, membawakan dia air dan handuk untuk mandi dan hidangan mewah atau sarapan paginya. Tukang batu sangat senang hatinya, dia mengenakan sutra terbaik dan menghabiskan hari-harinya bertanya-tanya tentang kota-kota dan pedesaan sekitarnya. Kala waktu luang dia gunakan untuk pelesiran berjalan-jalan bersenang-senang.

Suatu hari dia terbangun mendengar keributan besar di luar, didepan jalan rumah megahnya . Seorang administrator tinggi sedang lewati kota, disertai dengan pasukan kecil dari PNS dan drumer untuk mengumumkan kedatangannya. Administrator tinggi diusung diatas kursi tinggi, dan saat melewati kota, semua orang membungkuk dan bersujud kepadanya. Tukang batu yang datang dari dalam rumahnya menyaksikan prosesi tersebut. Sebagai administrator tinggi, dia melewati orang yang terus berdiri tegak yang tidak membungkuk membuatnya tersinggung lalu bertanya, "Mengapa engkau berdiri saja tidak menghormatku?” tanyanya. “Mengapa saya harus tunduk dan membungkuk,” pikir dia. "Saya orang yang kaya raya dan banyak uang, dan banyak pula pegawai-pegawaiku pada kenyataannya tidak jauh berbeda sepertiku!”. Tetapi administrator tinggi sangat marah dengan tukang batu karena tidak menunjukkan rasa hormat, ia merasa harus diberikan pelajaran cara bersopan santun dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkapnya. Mereka membawa tukang batu ke luar kota dan diberikan pelajaran kepadanya dengan sangat begitu parah sehingga dia hanya bisa terbaring dalam debu ketika para pelayannya menemukan sang tuan tukang batu tersebut datang menolongnya dan membawanya pulang ke rumah megahnya.

Tukang batu yang sedang berbaring di tempat tidurnya sedang mengobati luka-lukanya, berpikir bahwa dia harus menjadi seorang administrator tinggi. "Aku mungkin orang kaya dan memiliki banyak uang," pikirnya, "tetapi aku tidak memiliki semua kekuasaan mutlak dan pengawal pribadi pemerintah kerajaan." Dia berharap bisa menjadi salah satu admistrator tinggi kerajaan seperti mereka.

Dan berkat semangat serta bantuan roh yang mendengar dalam pikirannya, dalam hitungan detik dia telah berubah menjadi seorang admistrator tinggi. Sekarang dia sedang melakukan perjalanan negara, dia duduk diusung diatas kursi tinggi, dikelilingi oleh pegawai negeri atau PNS, drumer dan tentara. Dia adalah seorang administrator yang sangat kejam, apabila melanggar akan diberikan denda dan hukuman kepada setiap orang yang dianggap bersalah. Orang-orang membencinya dan takut padanya. Suatu hari ia sedang melakukan perjalanan melalui pedesaan dengan rombongannya, dia duduk di kursi yang tinggi, ketika mereka melihat beberapa gadis-gadis muda memetik bunga di pinggir jalan, sang tukang batu dan pengawalnya memutuskan untuk menangkap gadis-gadis tersebut dan ingin bersenang-senang dengan mereka semua. Ketika para gadis melihat orang-orang datang ke arah mereka dengan bengis, gadis-gadis mulai berlari dan berteriak dengan suara-suara keras melengking. Beberapa petani yang bekerja di ladang dekat dengan tempat tersebut mendengar jeritan dan datang untuk menyelamatkan gadis-gadis tersebut. Dengan sangat berani dan dipersenjatai dengan alat pertanian yang sedang mereka pegang ditangannya, mereka membela mati-matian. Mereka memukuli PNS dan menangkap administrator mewah, merobek pakaian bagus dari tubuhnya dan disembbunyikan di suatu tempat yang aman tidak terlacak.

Sang tukang batu terbaring di lapangan, merawat luka-luka parahnya, dia mengagumi semangat para petani sederhana, dan memutuskan hal terbaik dalam hidupnya harus menjadi salah satu dari mereka. Sebelumnya dia merenung memohon dikabulkan kembali permintaannya, maka dia berubah menjadi seorang petani. Rohnya telah mewajibkan untuk mengikuti setiap keinginan dari tuannya. Sang tukang batu kini sedang menikmati hidup menjadi seorang petani. Setiap hari ia akan pergi ke ladang dan desa-desa lainnya, membajak dan membalik tanah, menabur benih dan menarik keluar gulam-gulam serta rerumputan membuat lahan ladangnya terhindar dari tumbuhan lainnya yang tidak bermanfaat. Dia menjadi pekerja keras tetapi sangat memuaskan hatinya. Satu-satunya masalah adalah matahari, panas yang dikeluarkan sang matahari tak kenal lelah, membuatnya berkeringat dan dia cepat sekali lelah.

Dia menyadari dan melihat beberapa hewan yang sedang berteduh. Bukan itu saja, ada beberapa pria lainnya yang tengah bekerja sedang berteduh. Binatang seperti kerbau, tinggal di dalam air menghindari sengatan sinar surya, hanya beberapa petani yang tetap bekerja di ladang mereka sepanjang hari, tidak teralau sering berlindung dari sengatan panas matahari yang memancar dari langit, mungkin sudah terbiasa. Minggu-minggu berlalu, tukang batu terus mengagumi dan menghormati sang matahari. Akhirnya ia berharap bisa menjadi matahari, dan sebelum dia menyadari semuanya itu, bahwa dia akan tinggal tinggi diatas langit biru, tetapi roh telah merubah dirinya. Sebuah bola api besar mengirimkan panas turun ke bumi dengan semena-mena, “sekarang giliranku untuk menertawakan orang-orang kecil dan orang-orang lemah di bawah sana di bumi, mereka tidak bisa melakukan apa-apa untuk melarikan diri dari sengatan panasku,” pikirnya. Kekuatan dahsyat panasnya bola api matahari yang membakar bumi.

Lanjutan cerita Sang Tukang Batu Part 2 - Dongeng Cina

oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Friday, August 12, 2016

Sang Serigala Dan Tujuh Anak Kambing - Dongeng Afghanistan

Courtesy of 2umar.blogspot.com
dongeng anak dunia - Pada zaman dahulu, hiduplah seekor ibu kambing yang umurnya sudah tua di sebuah pondok kecil namun cantik di pinggiran sebuah  hutan nan indah. Dia pun memiliki tujuh ekor anak kambing billy-billy kecil serta dia sangat mencintai mereka semua dengan kasih sayangnya.

Pada satu kesempatan, dia harus rela meninggalkan pondoknya untuk mendapatkan makanan bagi dirinya sendiri dan seluruh anak-anaknya yang sangat disayanginya. Untuk itu dia memanggil semua anak-anaknya untuk berkumpul bersama-sama memberi mereka nasehat-nasehat demi keselamatan semuanya.

"Dengarkan baik-baik, anak-anak Sayangku" sang ibu membuka pembicaraan. "Aku harus pergi keluar untuk mendapatkan beberapa makanan dan aku ingin semua anak-anakku selalu berhati-hati karena aku mendengar tentang serigala yang selalu datang ke tempat kita," kata sang ibu kambing. "Dan jika serigala datang ke sini serta melihat kalian ada di luar, dia pasti akan melahap kalian semua dengan tidak meninggalkan kulit kamu, telinga kamu, gigi kamu, nyali kamu, semuanya akan menjadi santapan lezat sang serigala. Serigala adalah seekor binatang yang sangat licik, dan dia juga dapat mencoba menipu kamu dengan menyamarkan dirinya menjadi seperti bangsa kita, jadi kalian semua harus tetap tinggal di dalam rumah dan tidak boleh membuka pintu untuk siapa pun!" nasehat sang ibu tegas kepada anak-anaknya semua.

"Jangan khawatir ibu!" kambing kecil itu menjawab. " Kita akan benar-benar menuruti semua nasehat ibu dan akan benar-benar berhati-hati serta melakukan semua yang ibu katakan tadi," sahut anak yang umurnya paling tua. "Kami tidak akan membiarkan siapa pun masuk ke pondok kita, jangan khawatirkan tentang kami semua!" Sahut semua anak-anaknya.

Setelah memastikan semua akan menuruti nasehat sang ibu, dan semua anak-anak mengerti, sang ibu pun menguncikan semua pondoknya dan memeriksa seluruh pintu dan jendela pondok apakah terkunci dengan rapat sebelum pergi memulai perjalanan mencari belanjaan bekal makanan ke dalam hutan.

Serigala tua yang sangat cerdik telah lama mengintai pondokkan rumah keluarga kambing billy, walaupun harus rela lama berdiam diri bersembunyi di balik pepohon, akhirnya yang selama ini ditunggu-tunggu telah tiba, ibu kambing tua keluar meninggalkan rumahnya.

Selang beberapa menit kemudian terdengar ketukan keras di pintu. "Siapa di sana?" Teriak anak kambing yang paling tua. "Buka pintunya!" Serigala menjawab, "Ini adalah ibumu dan aku punya beberapa mainan yang bagus-bagus  untuk kalian semua!" Tapi kambing kecil mendengar suara kasar tidak lembut seperti ibunya dan tahu bahwa ini bukan ibu mereka.

Sehingga mereka mengatakan. "Engkau bukan ibu kami, dia memiliki suara yang lembut dan manis, dia benar-benar baik dan suara Anda terdengar begitu kasar dan buruk. Anda seekor serigala jadi pergilah, karena kami tidak akan membuka pintu untukmu!" jawab mereka semua anak-anak kambing.

Maka serigala pun berlalu dan berpikir mencari akal tentang bagaimana dia bisa menyamarkan suara sang ibu kambing yang katanya manis dan lembut. Dia pergi untuk melihat toko lebah serta membeli setengah liter madu, madu bisa membuat suara seseorang menjadi merdu manis dan lembut.

Kemudian dia pun kembali ke pondok kambing dan mengetuk pintu lagi. "Buka pintu, anak-anakku sayang, " dia berteriak. "Ini aku, ibumu sayang, dan aku sudah membawa beberapa hal yang indah untuk kalian semua berpesta malam ini," dengan suaranya dibuat semanis dan selembut mungkin. Hampir saja semua anak-anak kambing billy tersebut tertipu seandainya tidak melihat cakar hitam yang sangat tajam-tajam terlihat dari selah-selah jendela rumah pondoknya.

"Tidak, tidak, tidak", teriak billy kambing tertua, "ibu kami tidak memiliki cakar hitam besar-besar seperti itu! Miliknya sangatlah mungil, kamu hanyalah seekor serigala! Kami tidak akan pernah membukakan pintu untukmu, pergilah!" jawab anak-anak kambing serentak.

Serigala pergi lagi dan berpikir bagaimana ia bisa menyembunyikan cakarnya. Dia memiliki ide cemerlang segera dia dapakan lafi. Dia bergegas pergi, di mana terdapat tukang roti dia segera meminta beberapa adonan untuk ditempelkan di cakarnya. Dia mengatakan kakinya terluka saat melarikan diri dari sang pemburu. Dari sana, dia pun berlari ke kios lainnya dan memintanya untuk beberapa tepung putih untuk menaburi adonan yang menutupi cakarnya.

Tetapi pemilik kios enggan untuk memberikan tepung putih karena dia berasumsi bahwa serigala itu salah satu trik nya yang suka menipu orang lain. Namun serigala geram dengan keras mau mengamuk, dan berkata: "Ayo, beri saya beberapa tepung atau aku akan menggigit hidungmu" Jadi pemilik kios menaruh beberapa tepung dalam tas, yang dia berikan kepada serigala, dan segera dikunci pintu kiosnya dengan segera setelah serigala pergi berlalu dari tempat tersebut untuk melanjutkan perjalanan.

Serigala sekarang bergegas kembali ke pondok, dan ketika ia sampai di sana, ia membuka tas dan tepung pun ditaburkan ke seluruh adonan yang menutupi cakarnya. "Sekarang kita akan melihat apakah mereka anak-anak kambing billy akan membuka pintu untukku", gumamnya sendiri.

Dia mengetuk pintu untuk ketiga kali dan memanggil-manggil kembali: "Buka pintu, anak-anak kecilku sayang, aku adalah ibumu, dan aku membawa sesuatu yang sangat lezat untuk kalian semua makan."
Anak kambing yang umurnya paling tua, pergi ke jendela dan berteriak: "Tunjukkan kami kakimu, sehingga aku dapat melihat apakah kamu benar-benar ibu kami", serigala meletakkan kakinya yang tercakup dalam adonan dan tepung didepan jendela. "Kamu lihat saja?" Jawabnya singkat.
"Ini benar-benar saya, ibu kalian," katanya lagi. Itulah cara kambing billy yang tertipu dan percaya itu benar-benar ibunya dan billy kambing tertua berhati-hati membukakan pintu.

Segera setelah pintu terbuka serigala melesat masuk, dengan lolongan besar dengan suara kasar, dan kambing kecil mulai berteriak dan berebut untuk mendapatkan tempat untuk bersembunyi di pondok kecil tersebut. Satu mencoba untuk bersembunyi di bawah meja, tapi serigala menemukannya dan langsung menelannya. Yang kedua mencoba bersembunyi di balik kompor, tetapi serigala menemukan dan langsung menelannya. Yang ketiga bersembunyi di pantri, tapi serigala menemukan dia juga dan menelan dia. Yang keempat bersembunyi di balik kursi goyang ibunya, tapi serigala menemukan dia dan menelan dia. Yang kelima di bawah tempat tidur terkurap, tetapi serigala menemukan dia dan menelan dia. Keenam mencoba untuk bersembunyi di dalam bak cuci, tapi serigala menemukan dia juga, dan menelan dia.

Hanya yang ketujuh, yang termuda dan terkecil, yang berhasil bersembunyi di balik jam kakek tua, dia berlari ke baliknya tanpa di lihat sang serigala ketika melarikan diri. Setelah sudah tidak menemukan kambing yang lainnya, serigala berguman. "Aku benar-benar tidak ingat berapa banyak dari mereka ada di sini, apakah itu enam atau tujuh? Saya tidak ingat berapa banyak dari mereka yang sudah aku telan bulat-bulat!!! "Dia tertawa, dan mengusap perutnya. "Aku sangat kenyang, lagi pula aku akan pergi dan berbaring ditempat yang teduh dengan perutku yang sangat kenyang ini," dia pun melenggang ke luar dan menemukan tempat yang nyaman di bawah pohon apel, lalu tertidur dengan sangat pulas pengaruh perutnya yang sangat kenyang, tidak membutuh waktu lama dia lalu mendengkur keras.
Kroooog,........KRooooooogh,.....Kroooooooooogh,..........dengkurnya nyaring karena lelapnya.

Akhirnya ibu kambing tua itu kembali dengan berbagai belanjaan yang sangat banyak sekali dan sangat ketakutan melihat pintu depan pondok telah terbuka lebar. Dia berlari ke dalam rumah dan mulai menangis melihat betapa berantakan rumahnya, semua perabotan terbalik, bak cuci telah berguling, dan selimut tidur terbakar di atas kompor. Dia tahu bahwa ini bisa berarti satu hal telah terjadi, serigala telah masuk ke sini dan telah memakan semua anak-anaknya. Dia mengerang dan dia meratap sangat sedih. Tetapi kemudian dia mendengar suara kecil yang berasal dari sudut ruangan. "Ibu, ibu! apakah itu ibuku?" Dia berhenti menangis, dan menjawab: "ini aku ibumu, kau di mana sayang? Apa yang terjadi di sini sayang? "Kemudian keluarlah seekor anak kambing kecil dari tempat persembunyiannya di balik jam kakek, dan menceritakan semua yang telah terjadi. "Oh sayang, oh sayang", kambing ibu tua itu terus menangis tersedu-sedu mengharukan mendengar cerita bencana yang sungguh-sungguh tragis ini!!!"

Dia memutuskan untuk melihat-lihat di luar untuk melihat apakah mungkin sang pemangsa anaknya masih ada disekitar situ. Terlihat di bawah sebuah pohon apel satu sosok besar dari serigala tua sedang tertidur pulas dengan mendengkur seperti setelah menelan beberapa anak kambing billy tanpa di kunyah lagi karena serakahnya. Dia pergi mendekat melihatnya dengan sangat hati-hati dan dia melihat bahwa ada beberapa gerakan di dalam perut serigala tersebut. Yang membuatnya berpikir bahwa anak-anaknya mungkin masih hidup di dalam perut makhluk mengerikan tersebut.

Dia bergegas ke dapur, dan mendapat sebuah gunting besar. Dia langsung memotong dan membuka perut serigala dengan menggunakan gunting tersebut dengan sangat hati-hati, jangan sampai sang serigala terbangun, sebuah lubang besar memanjang telah merobek perut sang serigala, satu kepala kambing mencuat muncul dari robekkan perut yang telah di gunting dan kemudian kakinya keluar lalu badannya dan meloncatlah satu ekor anak kambing yang tertua keluar masih dalam keadaan hidup dari perut robek tersebut, satu ekor lagi keluar, dan kemudian satu ekor lagi, satu ekor lagi dan lagi dan semua nya kini telah terselamatkan ada di luar perut binatang yang mengerikan tersebut. Ini bisa terjadi akibat sang serigala tamak tidak mengunyah anak-anak kambing dan langsung menelannya bulat-bulat tanpa mengunyah sehingga mereka tetap hidup walaupun sudah ada di dalam perut sang monster.

Dia sang ibu kambing tua bergegas ke dalam lagi dan kembali dengan jarum besar dan benang jahit. Dia mengatakan kepada anak-anaknya untuk pergi dan mengambil beberapa batu-batu besar. "Kita akan mengisi perutnya dengan batu-batu tersebut katanya menjelaskan dan kemudian kita akan menjahit lagi perut yang robek ini setelah batu-batu besar di masukkan ke dalam perut. "sebagai pelajaran kepada orang yang tamak serta serakah ini!"  kata sang ibu. Dari masing-masing anak kambing billy kecil segera mengambil satu besar menurut kekuatan tenaganya atau sebesar yang mereka bisa bawa lalu di masukkan kedalam perut serigala. Setelah itu ibu kambing melanjutkan pekerjaannya untuk menjahit perutnya sampai selesai, mereka semua masuk ke dalam pondok, di mana mereka semua duduk di dekat jendela dan menyaksikan serta menunggu serigala bangun dari tidurnya.

Akhirnya serigala itu bangun. Dia merasa sangat lelah dan sangat haus sekali ketika berjalan, badannya terasa begitu berat sekali!. Dengan susah payah dia berhasil mengangkat dirinya, dan mulai berjalan terhuyung-huyung menuju sungai, sambil mengeluh dan mendesah kerepotan dengan berat badannya yang tiba-tiba begitu berat sekali."Oh boy, oh boy, aku sangat haus, saya bisa minum seluruh air sungai!" Akhirnya dia pun sampai juga ke tepi sungai dengan susah payah lalu menunduk untuk mengambil air untuk minum. Tapi badannya begitu berat dengan seluruh batu-batu yang ada di dalam perutnya dan ketika menunduk dia langsung meluncur turun ke dalam air sungai kejebur terus menghilang dari permukaan air sungai tenggelam tidak muncul-muncul kembali.

Sementara ibu kambing tua dan tujuh ekor anak kambing billy mengikuti serigala dari belakang pada jarak yang aman dan ketika mereka melihat makhluk jahat itu lenyap tenggelam kejebur ditelan air sungai, mereka semua mulai menyanyi dan menari, "Serigala sudah mati! serigala sudah mati, ibu kita tercinta dan sekarang dia sudah mati! Hore, hore! "Ibu kambing tua bersama seluruh anak-anaknya bergembira. "Sekarang dengarkan aku, pertama-tama kita semua harus membersihkan rumah kita dan setelah rumah kita bersih selanjutnya kita akan memasak makanan yang lezat-lezat dari hasil belanjaan yang aku bawa sebagai oleh-oleh dari hutan. Maka kita semua akan mengadakan pesta besar dengan indah sebagai perayaan kita semua selamat dari bencana sang monster jahat yang mau mencelakakan kita semua." kata ibu kambing panjang lebar menerangkan akan perayaan pesta karena terhindar dari bahaya. Dan tujuh ekor kambing billy kecil sangat gembira akan acara pesta tersebut mereka pun bersorak-sorak senang. "Hore! hore! hore!."

Sekian, semoga cerita diatas bermanfaat dan dapat di ambil hikmah yang baiknya. Wasalam.

oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Thursday, August 11, 2016

Sang Penunggu Bulan - Dongeng Indonesia

Courtesy of jateng.tribunnews.co
dongeng anak dunia - Zaman dahulu kala di daerah Jawa Barat tetapnya dalam kawasan sebuah Kerajaan yang bernama Pakuan. Panorama alam yang dimiliki Kerajaan tersebut begitu indah dan mempesona dengan tanahnya yang begitu subur, seluruh rakyatnya sangatlah damai hidup tentram dibawah Raja yang berkuasa ini.

Sang Paduka Raja yang arip bijaksana selalu memperhatikan kepedulian seluruh penduduk Kerajaan sehingga sang Raja pun sangat puas dalam pemerintahannya, melihat seluruh rakyatnya yang hidup dalam ketenangan dan berkecukupan hidup.

Ditambah dengan anugerah dari sang pencipta, dua orang putri sang Raja yang sangat cantik-cantik jelita walaupun satu diantaranya adalah putri dari dayang kesayangannya yang tinggal di istana bukan pewaris tahta yang syah. Namun sang baginda begitu bahagia melihat kedua putrinya yang selalu hidup rukun dan saling sayang menyayangi satu sama yang lain, maka lengkaplah sudah rasa kebahagian hatinya.

Seiring waktu yang berjalan, tidak terasa usia kedua putri sang Paduka Raja kini telah menginjak usia remaja, Endahwarni namanya adalah sang putri pewaris tahta sedangkan putri yang satu lagi bernama Anteh. Mereka selalu hidup rukun bersama kemana pun mereka pergi tidak pernah saling terpisah.

Kajadian tersebut terus berlangsung semenjak sang putri Anteh ditinggal mati Ibunda tercintanya ketika melahirkan dirinya kedunia yang Fana ini dan kebetulan sang putri Endahwarni pun baru lahir juga, maka kedua putri cantik ini dibesarkan bersama dalam lingkungan keluarga istana Kerajaan Pakuan.

Putri Endahwarni yang sangat sayang terhadap putri Anteh selalu memperlakukan sang adik tercintanya walaupun hanya anak seorang dayang istana dengan sangat baik dan bijak, rasa sayang yang tulus bagaikan seorang kakak kandung terhadap adiknya sendiri. Ini terlihat dari sikapnya yang tidak pernah sombong dan selalu lemah-lembut dalam berturur sapa terhadap sang putri Anteh, sang putri Endahwarni mengakuinya sebagai sudaranya sendiri yang patut dia sayangi.

"Mengapa engkau memanggilku dengan sebutan Gusti putri, kita sedang berduaan sekarang, tidak ada orang yang melihat kita," Sang putri Endahwarni berkata.
"Bagiku kamu adalah adik kandungku, kita dibesarkan bersama sejak bayi dan ayah kita juga sama Ayahanda paduka Raja," katanya lagi sambil matanya menatap tajam kepada Putri Anteh atau nyai Anteh.
"Awas sekali lagi engkau berkata Gusti putri ketika kita sedang berduaan, kamu akan aku hukum berat," ancam sang putri Endahwarni kemudian.

"Baiklah Gusti put....,e eh kakakakku!" nyai Anteh menjawab sangat kaku sekali lalu terdiam sejenak maklum belum terbiasa dengan panggilan tersebut.

"Nyai Anteh adikku, paras kamu sebenarnya lebih menarik dibandingan dengan wajahku, kau membuatku merasa iri," kata Sang putri Endahwarni membuka pembicaraan kembali setelah beberapa lama mereka saling terdiam sambil tersemyum melihat paras sang adik tercintanya.

"Kakak ini bisa saja, mana mungkin aku yang berwajah jelek ini dibilang menarik," menjawab nyai Anteh sambil tersipu malu dikatakan wajahnya lebih menarik atau cantik dibanding sang kakak tercintanya.

"Benar Anteh, seandainya ada pangeran-pangeran yang melihatmu pasti mereka akan langsung jatuh hati kepadamu," berkata kembali putri Endahwarni dengan bibirnya yang selalu tersenyum penuh rasa sayang terhadap sang adik tercintanya.

"Kakak...kakak kalau memuji menyenangkan hatiku bisa-bisa saja, kakak masih ingatkan kejadian satu bulan yang lalu ketika seorang pangeran dari negeri seberang berkunjung ke istana kita. Wajah sang pangeran itu begitu terpesona melihat kakak waktu itu," nyai Anteh berkata mengingatkan kejadian satu bulan yang telah berlalu.

"Oh itu lain halnya Anteh adikku, kala itu aku memakai baju yang memang benar-benar pas dan serasi dengan badanku sehingga aku terlihat menarik," menjawab sang putri Endahwarni.

"Eh, ngomong-ngomong siapa penjahit yeng membuat bajuku itu?" tanya sang Putri Endahwarni.

"Oh....maaf kakak itu saya sendiri yang menjahitnya," kata sang putri Anteh menjawab, ada rasa bangga tersirat dalam hatinya sebab telah membuatkan sesuatu yang menyenangkan hati sang kakak tercinta dengan hasil tangannya sendiri.

"Wow aku tidak tahu engkau begitu pandai menjahit baju yang begitu indah untukku adikku, engkau tidak keberatankan membuatkan kembali baju yang indah-indah untukku," kata sang putri Endah.

"Dengan senang hati, pasti aku akan membuatkan baju yang sangat indah-indah untukmu kakakku," ujar sang putri Anteh dengan senang hati.

"Kamu memang adikku yang sangat baik hati dan nanti ketika aku menikahpun engkau sendirilah yang membuatkan aku baju pengantinya," pinta sang putri Endah dengan sungguh-sungguh.

"Jangan,....jangan aku kakak, aku tidak berani kalau untuk membuat baju pengantin. Aku takut sekali kalau gagal dan tidak indah, maka seluruh rakyat akan mencaci makiku sebagai orang yang bertanggung jawab dalam membuatnya," sang putri Anteh sangat takut untuk hal seperti ini.

"Tidaklah mungkin engkau gagal membuatkan baju pengatinku sebab kemarinpun ketika membuatkan baju pesta untukku, begitu indah serta serasi dipakainya," sang putri Endahwarni dengan tegasnya meminta.

Selang beberapa minggu dari percakapan tersebut sang Ratu berkehendak memanggil kedua putrinya langsung menghadap ke kamarnya. "Endah putriku, sengaja Ibu memanggil engkau langsung kesini," sang Ratu memulai pembicaraan.

"Iya Ibunda, ada keperluan apakah gerangan?" bertanya sang putri Endahwarni.

"Kalian berdua adalah putriku namun terutama engkau Endah sebagai satu-satunya pewaris tahta Kerajaan dan seorang pewaris tahta, baru syah diangkat atau dinobatkan menjadi Ratu menggantikanku setelah mendapatkan pasangan hidup dan menikah," ujar Ratu berkata dengan tegasnya.

"Apakah Ibunda bermaksud menjodohkan serta menikahkan ananda?" tanya sang putri Endahwarni.

"Benar sekali ananda tercintaku, Aku berserta Ayahandamu telah sepakat dengan calon yang akan menjadi pasangan hidupmu adalah Anantakusuma putra dari seorang Adipati dari Kadipaten Wetan." "Dia adalah seorang pemuda yang sangat baik serta berwajah tampan, engkau pasti akan selalu bahagia hidup bersamanya," sang Ratu berkata sambilk menatap wajah sang putri tercinta dengan penuh kasih sayang.

"Untuk itu engkau putriku Anteh, mulai saat ini bertugas menjaga serta menyiapkan segala keperluan untuk kakakmu jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki menjelang pesta pernikahan kakakmu," kata sang Ratu tegas, ini adalah perintah yang tidak bisa diganggu gugat.

"Baik Paduka Gusti Ratu," menjawab putri Anteh atau nyai Anteh.

"Baiklah, kalau sudah paham dan mengerti apa yang aku dan Ayahandamu kehendaki kalian boleh pergi meninggalakan kamarku," kata sang Ratu.

Kedua putri cantik itupun lalu beranjak meninggalkan kamar Ibunda Ratu namun dalam perjalanan ke tempat istirahat masing-masing sang putri Endahwarni meninta sang adik untuk menemaninya di kamarnya.

Sesampainya dikamar putri Endahwarni berkata. "Sebenarnya hatiku sangat takut dengan perjodohan ini, adikku Anteh," katanya dengan mimik muka yang sangat sedih sekali.

"Coba engkau pikirkan adikku, apa mungkin aku bisa menikah dengan orang yang belum aku kenal sama sekali, apakah dia akan mencintaiku sepenuh hatinya?"

"Menurutku, kakak tidak boleh berprasangka buruk dulu, sebab Gusti Ratu serta Ayahanda Raja tentu telah memilih calon mantu pilihan yang akan bertanggung jawab serta dapat membahagiakan seumur hidupmu," kata nyai Anteh menghibur kakaknya.

"Kakak hanya perlu menenangkan diri dan berdoa saja semoga apa yang akan kakak jalani berjalan baik serta lancar juga dapat menjadikan kakak senantiasa bahagia," kata nyai Anteh kemudian.

Pagi yang indah di langit Pukuan, di depan istana yang megah terdapat sebuah taman bunga yang sangat indah. Bunga-bunga harum bermekaran menghiasi taman tersebut tentu saja banyak kupu-kupu dan kumbang-kumbang saling berterbangan untuk bereburt menghisap sari madu dari kuntum-kuntum bunga tersebut.

Terlihat seorang putri cantik sedang asyik memetik bunga-bunga melati, siapakah gerangan sang putri tersebut tidak lain dan tidak bukan dialah putri Anteh atau terkenal dengan sebutan nyai Anteh.

Dengan bersenandung nyai Anteh terlihat begitu bahagia hatinya, menyaksikan kupu-kupu beraneka warna berterbangan hilir mudik berebut bunga-bunga yang sedang bermekaran sungguh pagi nan yang indah.

Suasana pagi dengan udara dingin segar dan cerah ini menambah senangnya hati nyai Anteh sehingga diapun terus bersenandung dengan riangnya.

Semantara diluar tembok istana seorang pemuda tampan sedang berjalan-jalan dengan santainya, tatkala terdengar suara seorang perempuan bernyanyi merdu sekali.

Tentu saja pemuda tersebut menjadi penasaran lalu diapun mencari asal sumber suara merdu tersebut, "Hmm, dari balik tembok istana Pakuan," guman sang pemuda tampan tersebut.

Ternyata pemuda itu adalah Anantakusuma, seorang pemuda dengan ilmu silatnya yang sangat sakti dia langsung saja melompati istana kerajaan yang begitu tinggi dengan sangat enteng dan mudah sekali.

Sang pemuda sakti tersebut lalu berdiam diri dibalik semak-semak bunga yang ada disekitar taman sehingga diapun terlindung dari pandangan perempuan yang sedang memetik bunga sambil bersenandung merdu tersebut.

Namun setelah dia mengamati dengan seksama ternyata perempuan tersebut begitu cantik mempesona, hati sang pemuda menjadi bergetar-getar aneh, dalam pandangan pertama dia langsung terpesona "wow cantik nian sang putri yang bersuara merdu ini, mungkinkah dia Endahwarni yang telah dijodohkan denganku?" pikirnya dalam hati. Dengan memberanikan diri Anantakusuma keluar dari tempat persembunyiannya.

Nyai Anteh sangat terkejut dengan kemunculan yang begitu tiba-tiba dari sang pemuda tampan Anantakusuma, langsung saja dia bertanya.

"Hai, siapakah tuan? dan ada keperluan apakah hingga sampai ditempat ini?" bertanya nyai Anteh dengan suara gugup.

"Namaku Anantakusuma." "Apakah putri yang bernam...." pertanyaannya terpotong saat suara dari seseorang yang memanggil nyai Anteh.

"Putri Anteh! Nyai Anteh!!! putri memanggilmu cepatlah datang ," ternyata suara yang memanggil tersebut adalah suara dari dayang istana yang diutus untuk memanggil nyai Anteh.

"Baiklah aku segera datang menemuinya," nyai Anteh dengan segera beranjak dari tempat tersebut.

Tinggallah Anantakusuma terdiam seorang sendiri dengan pikirannya melayang-layang, "andaikan dialah putri Endahwarni alangkah bahagianya hidupku ini namun aku telah jatuh hati pada pandangan pertamaku." bisiknya lirih.

"Seandainya aku boleh memilih tentu saja aku akan memilih dia, yang akan selamanya disampingku bahagia selamanya," pikirannya menerawang jauh ke depan.

Selang seminggu kemudian sejak pertemuan pertama dengan Raden Anantakusuma dengan nyai Anteh, Istana Pakuan yang megah tengah disibukkan oleh acara menyambut tamu Adipati Wetan berserta anaknya yang akan melamar putri Endahwarni.

Dengan sangat gembira Raja dan Ratu memberikan jamuan yang membuat para tamu dari kalangan Adipati Wetan sangat puas dan berkesan, tentu saja ini telah menjadi kewajiban tuan rumah untuk meyenangkan hati para tamu resmi dalam adat Kerajaan.

Begitu sang putri Endahwarni tahu calon suaminya, hatinya menjadi sangat senang sekali, ternyata dialah seorang pemuda yang sangat gagah dan tampan dan langsung saja merebut hatinya.

Tetapi lain halnya dengan sang Raden Anantakusuma, hatinya sangat kecewa sekali karena gadis pujaan ternyata bukan dia yang bertemu di taman bunga beberapa hari yang lalu.

Selang beberapa saat berlalu maka tibalah pada perjamuan resmi antara dua keluarga untuk mendekatkan diri dan lebih saling mengenal terutama antara Raden Anantakusuma dan putri Endahwarni secara pribadi masing-masing.

Nyai Anteh diiringi beberapa dayang-dayang telah datang membawa nampan-nampan berisi makanan yang sangat istimewa untuk dihidangan khusus, "Silahkan makanannya dicicipi," nyai Anteh berkata dengan sangat sopan sekali.
 
"Terima kasih anakku Anteh, silahkan langsung saja dimakan apa yang tersedia," Raja berkata dengan sangat ramah sekali.

Tentu saja kehadiran nyai Anteh membuat hati Raden Anantakusuma menjadi sangat senang sekali, matanya tidak luput memandangi terus tertuju kepada gadis pujaan impiannya.

Endahwarni yang melihatnya tentu saja menjadi sangat cemburu, hatinya terasa terbakar api yang menyala-nyala pemuda yang akan menjadi suaminya telah tergila-gila kepada gadis lain selain dirinya.

Maka hatinya pun mendendam kepada nyai Anteh, hatinya pun yakin karena nyai Anteh sang pemuda tampan yang akan menjadi suaminya tidak suka terhadap dirinya.

Pada malam harinya setelah semua tamu yang melamar pulang, nyai Anteh menemui sang putri Endahwarni di kamarnya.

"Apakah hati kakak kini merasa senang dan bahagia setelah berjumpa dengan calon suami yang begitu gagah dan tampan serta mempesona hatimu kak?" bertanya nyai Anteh.

Putri Endahwarni semakin panas terbakar hatinya saat mendengar kata-kata pertanyaan nyai Anteh barusan, karena teringat Raden Anantakusumamemandang nyai Anteh dengan sorot mata begitu mesra penuh dengan cinta kasih sayang.

"Anteh, sejak saat ini engkau tidak perlu lagi datang ke kamarku serta tidak perlu lagi melayaniku, sebab aku sudah tidak sudi lagi ada di dekatmu serta melihat wajahmu," kata sang putri Endahwarni dengan nada suara yang cukup tinggi penuh amarah.

"Kakak mengapa begitu marah kepadaku?, apasalahku?" nyai Anteh sangat kaget sekali secara tiba-tiba kakaknya marah kepadanya.

"Sebab aku muak melihat mukamu, serta aku tidak ingin engkau ada dekat-dekat disampingku dan aku ingin engkau malam ini juga pergi tinggalkan istana," bentak putri Endahwarni.

"Baiklah kakak! tetapi aku ingin tahu dulu apa yang menjadi kesalahanku sehingga kakak tega menyuruhku keluar dari istana?" tanya nyai Anteh sambil menangis mengeluarkan air mata.

"Kamu tahu Anteh mengapa Raden Anantakusuma selalu memandanganmu ketika tadi perjamuan makan, karena dia sangat tertarik dengan kecantikkanmu. Sehingga dia sangat mencintaimu, engkau telah berkhianat kepadaku, pergilah engkau dari istana ini biar dia bisa melupakanmu dan dapat mencintaiku." kata putri Endahwarni tegas sekali memerintah nyai Anteh untuk pergi meninggalkan istana.

"Demi untuk kebahagian kakak, aku akan pergi meninggalkan istana ini. Tetapi ingat kakak, aku tidak pernah berkhianat terhadapmu serta tidak sedikitpun niat yang tidak baik terbersit di pikiranku, sampaikan salamku untuk Raja dan Ratu dan juga maafku yang sebesar-besarnya karena selama ini aku telah merepotkannya," nyai Anteh pun berlalu dari kamar putri Endahwarni.

Sesampai dikamarnya, nyai Anteh mengemasi beberapa keperluan untuk pergi meninggalkan istana dan mungkin tidak akan pernah kembali lagi untuk selamanya ke istana kerajaan yang telah membesarkan dirinya hingga kini meginjak remaja putri.

Sebelum pergi, nyai Anteh menemui dayang-dayang yang bertugas melayani sang putri untuk selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya, rasa sayangnya tidak pernah luput dalam hati nyai Anteh terhadap kakak tercintanya.

Sesampainya diluar pintu gerbang istana, nyai Anteh menjadi bingung juga hatinya mau kemana melangkahkan kaki, selama ini dia tidak pernah pergi keluar istana sendirian.
Sejenak hatinya sangat bimbang sekali kemanakah kakinya akan melangkah?, akhirnya tekadnya bulat untuk pergi kekampung tempat kelahiran sang Ibunda tercinta yang telah lebih dahulu meninggalkan dunia ini, dengan langkah kaki yang sangat mantap nyai Anteh memulai perjalanan.

Pada malam hari yang melelahkan barulah nyai Anteh sampai dikampung halaman Ibundanya, dia pun lalu beristirahat duduk dibawah sebuah rumah gubuk yang sudah ditinggalkan pemiliknya sambil termenung memikirkan langkah kedepan tentang nasib hidupnya.

Tidak tahu dari mana datangnya, sekoyong-koyong sebuah suara menegurnya, "apakah engkau bukan orang kampung sini anakku, sebab bapak baru melihatmu?" tanya seorang bapak.

"Betul bapak, saya baru sampai dari Kota Raja mencari kampung Ibuku yang letaknya di sini, tetapi saya sendiri tidak tahu dimana letak rumahnya dan masih adakah saudara-saudaranya yang masih hidup?" balik nyai Anteh bertanya kembali.

Pandangan sang bapak itu tidak lepas dari wajah nyai Anteh yang membuatnya sangat ketakutan sekali apalagi kala itu hanya tinggal dia berdua saja dengan sang bapak tersebut.

"Tidak usah takut anakku, aku melihat wajahmu seperti mengingatkan pada seseorang kakakku yang telah lama meninggalkan dunia ini, dia adalah nyai Dadap!" seru sang bapak tersebut.

"Nyai Dadap, apakah dia seorang dayang di istana Pakuan, bapak?" tanya nyai Anteh kaget.

"Betul anakku dan dia mempunyai seorang anak perempuanyang memiliki wajah mirip denganmu, apakah engkau anaknya?" bapak itu pun balik bertanya kembali.

"Betul sekali bapak," kata nyai Anteh.

"Aku Waru kakak ibumu nak, berarti engkau anakku juga namun mengapa engkau datang kesini, bukankah engkau juga seorang dayang istana?" tanya sang bapak.

"Benar sekali bapak tetapi untuk saat ini saya mohon izin untuk tinggal dulu di rumah bapak, nanti semua akan aku ceritakan mengapa aku sampai disini," sahut nyai Anteh.

"Baiklah nak, engkau boleh memanggilku paman karena engkau sebenarnya keponakkanku anak dari adikku nyai Dadap!" seru paman Waru, mereka berdua pun berjalan menuju rumah bapak Waru.

Sejak saat itu nyai Anteh menetap tinggal di rumah paman Waru yang kebetulan sang paman sampai saat sekarang ini belum dikarunia momongan atau anak.

Dan untuk mengisi hari-hari berikutnya, nyai Anteh iseng-iseng menerima pekerjaan menjahit pakaian dari para tetangganya disekitar rumah paman yang membutuhkan tenaga terampil tangannya.

Dan memang hasil dari pekerjaan sebagai tukang menjahit pakaian sangatlah bagus lama-kelamaan bukan saja para tetangga yang membutuhkan jasa keterampilan tangannya bahkan sampai jauh ketempat lain dari kampung desa tempatya kini tinggal.

Nyai Anteh sangat terkenal dengan jahitan yang begitu indah untuk dipakai para gadis-gadis dan perempuan-perempuan berumur dari seluruh pelosok kerajaan Pakuan kala itu.

Sejak saat itu kehidupan yang dialami dia dan pamannya meningkat drastis, hidupnya serba berkecukupan walaupun tidak dibilang orang kaya, namun hidupnya berkecupan. Hingga pada suatu hari nyai Anteh pun dilamar seorang pemuda yang menurutnya cukup baik dan bertanggung jawab.

Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, kini nyai Anteh telah tinggal menetap bertahun-tahun dengan kerasan bersama sang suami tercinta, dia pun kini telah dikaruniai dua orang anak putra-putri.

Dikawal pasukan berkuda di depan dan belakanganya sebuah kereta kencana berhenti di depan rumah jahit nyai Anteh, dalam kerana seorang putri membukakan tirai untuk melihat keluar jendela kereta kencananya, wajah yang tidak asing lagi nampak dari dalam kereta tersebut.

"Gusti putri, kakakku!" seru nyai Anteh menjerit kegirangan melihat wajah sang putri Endahwarni yang kini telah menjadi seorang Ratu dari Kerajaan Pakuan.

"Adikku Anteh, lama sudah aku mencarimu kemana-mana, mengapa engkau tidak mau memberikan kabar kepadaku?"
"Apakah perkataanku yang dulu telah membuat hatimu benar-benar terluka, Anteh!" seru Ratu Endahwarni kemudian diselingi tangisan yang sangat menghiba hati sambil memeluk erat sang adik yang sejak dari kecil telah hidup bersamanya.

"Tidak, tidak gusti Ratu. Janganlah engkau merasa bersalah karena akulah yang telah membuat hatimu bersedih," kata nyai Anteh tulus dalam kata-katanya.

"Untuk itu sekarang pun engkau harus ikut pulang denganku ke istana Kerajaan Pakuan bersamaku sekarang!" perintah sang putri yang kini telah menjadi Ratu.

"Namun Gusti sekarang aku telah berbeda, aku telah bersuami serta mempunyai dua orang anak dan juga paman dan bibiku yang sudah pada tua serta aku bekerja menjadi penjahit pakaian masih banyak pula pesananan pakaian yang belum aku selesaikan sampai saat ini," kata nyai Anteh.

"Tentu saja suami, anak-anakmu juga paman dan bibimu boleh ikut dan tinggal di istana serta engkau akan aku angkat menjadi penjahit khusus istana," kata putri Endahwarni dengan tersenyum bahagia.

Pada akhirnya seluruh keluarga nyai Anteh baik paman dan bibinya ikut serta pindah ke istana Kerajaan Pakuan dan hidup menetap disana, disamping taman bunga istana dibangunkan sebuah tempat tinggal yang nyaman untuk bekerja menjahit pakaian khusus seluruh anggota keluarga Kerajaan Pakuan.

Tetapi setiapa kali nyai Anteh bertemu dengan Raden Anantakusuma perasaan tidak nyaman selau timbul dalam hatinya, sebab sorot mata sang pengeran selalu tajam menusuk hatinya, dimata sang Raden walaupun sudah berumur nyai Anteh masih kelihatan cantik seperti ketika baru pertama kali bertemu saja.

Bahkan sekarang nyai Anteh terlihat lebih menarik setelah bersuami karena dia selalu rajin mengurus badan serta wajahnya, ini memang kebiasaan nyai Anteh yang selalu memperhatikan kebersihan dirinya ditunjang lagi dengan wajahnya yang memang telah cantik semenjak dilahirkan.

Kehadiran nyai Anteh di lingkungan istana membuat hati sang Raden menjadi tidak menentu cinta yang telah lama terpendam kina bangkit kembali, clbk atau cinta lama bersemi kembali. Semakin titahan menggejolak hatinya, semakin dia merasakan tersiksa dengan bayang-bayang yang mengoda, untuk itu pada suatu malam dia pun mencoba keluar melihat-lihat taman istana sambil berharap melihat nyai Anteh sang pujaan hatinya.

"Kebetulan," bisiknya sang Raden lirih, nyai Anteh terlihat sedang berada tepat di depan rumah.

Diberanda rumah tersebut nyai Anteh sedang bercanda dengan sang kucing kesayangannya yang dia beri nama candramawat sambil menikmati indahnya sang bulan purnama yang bersinar begitu terang benderang di langit malam yang cerah kala itu.

"Nyai Anteh," tegur sang Raden dengan senyum yang tersunging dibibirnya.

"Gusti pengeran, untuk apa datang kesini malam-malam begini, bagaimana kalau putri Ratu melihat?, pasti dia akan marah kepadaku Raden pangeran?" tanya nyai Anteh sangat ketakutan sekali.

"Mengapa aku datang kesini Anteh, kamu harus tahu bahwa semenjak akau melihatmu di taman ini untuk pertama kali hingga saat ini, karena telah jatuh hati dan ingin memilikimu selamanya," jawab sang Raden tidak tendeng aling-aling lagi dalam mengukapan isi hatinya.

"janganlah engkau berkata demikian gusti pangeran, sebab aku pun telah bersuami serta aku tidak ingin menyakiti kakakku yang sangat aku sayangi, aku mohon pergilah dan tinggalkan tempat ini," pinta nyai Anteh sambil memeluk sang kucing kesayangannya candramawat.

"Tidak,...tidak bisa, aku sangat mencintaimu Anteh, tidak ada perempuan di dunia ini yang bisa menggantikanmu," sambil berkata demikian raden Anantakusuma mendekati nyai Anteh dengan sorot mata cintanya yang bergelora.

Setelah dekat, tangan sang Raden mencoba meraih badan nyai Anteh untuk dipeluknya, dengan sangat ketakutan sambil terus memeluk sang kucing kesayangannya Anteh berlari menghindar.

Nyai Anteh tahu raden anantakusuma adalah seorang yang sangat sakti, untuk itu dalam larinya menyelamatkan diri dia pun berdoa meminta perlindungan dari sang maha pencipta.

Dalam doanya nyai Anteh meminta terhindar dari marabahaya yang sedang mengancam dirinya dari kejaran sang pengeran yang akan tega menodai kehormatan hidupnya.

Setiap doa orang yang tertindas selalu dikabulkan Sang Maha Pencipta Tuhan Yang Maha Esa, seperti sekarang ini cahaya bulan yang sedang bersinar begitu terangnya seperti menyedot menarik tubuhnya berserta sang kucingnya candramawat naik keatas terus keatas dan akhirnya melayang mencapai bulan diangkasa raya.

Tentu saja sang raden Anantakusuma walaupun berilmu sakti tidak lah mungkin melawan kehendak Sang Pencipta Yangan Maha Esa, dia hanya bisa menyaksikan tubuh perempuan yang dicintai melayang ditarik kekuatan yang maha dahsyat naik kebulan nan jauh disana.

Dan pada akhirnya angkasa raya pun tertutup gumpalan awan, langit yang tadi cerah tiba-tiba berubah mendung semendung hati sang panegran raden Anantakusuma yang ditinggalkan orang yang sangat dia impikan dalam hidup untuk menjadi kekasihnya.

Semenjak kejadian tersebut nyai Anteh menetap tinggal di bulan bersama kucing yang setia menemaninya candramawat, dia pun tidak ingin kembali ke bumi karena takut raden Anantakusuma yang mencintainya.

Seandainya dia rindu kepada keluarganya di bumi, nyai Anteh pun menenun menyulam kain emas untuk membuat tangga tetapi tidak pernah selesai karena sang kucing kesayangan selalu saja merusaknya tatkala nyai Anteh sedang tidak melihatnya. Sampai saat ini tatkala bulan purnama, kita semua masih bisa melihat bayangan sang nyai Anteh yang sedang menenun menyulam kain sambil duduk ditemani sang kucing kesayangan candramawat sebagai sang penunggu bulan.

Kesetiaan dan cinta kasih sayang yang tulus harus dibayar dengan pengorbanan yang tidak sedikit jumlahnya atau sangat mahal sekali, namun tentu saja nilainya akan sangat istimewa atau bagus sekali.

Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Wednesday, August 10, 2016

Kancil dan Buaya - Dongeng Yunani

Courtesy of aghusmalik.net
dongeng anak dunia - Tersebutlah kisah keluarga dalam sebuah hutan yang kala itu sedang dilanda kekhawatiran karena lingkungan yang mereka tempati selain sudah padat juga kebutuhan untuk hidup sehari-harinya sudah semakin susah untuk didapatkan.

Inilah keluarga kancil yang dulu hidupnya sangat sejahtera, kini sedang berunding untuk segera pindah dari tempat tinggalnya sekarang, karena lingkungan hutan yang menyediakan makanan untuk keluarga semakin berkurang saja.

Ketakutan yang mereka khawatirkan memang sangat beralasan, sebab tanaman dan sayuran yang dulu melimpah ruah kini sudah susah didapatkan serta buah-buahan yang dulu dengan gampang dipetik pun sudah sangat jarang juga.

Bukan tanaman yang berkurang tetapi yang membutuhkan makanan tersebut terlalu banyak jumlahnya tidak sebanding dengan apa yang dihasilkan hutan di lingkungan tersebut.

Dahulu hutan yang di namai dengan sebutan hutan lingkar ini sangat nyaman di tempati keluarga kancil dan keluarga yang lainnya ketika penduduk hutannya tidak terlalu padat, namun setelah semua pendatang pada betah menetap di hutan lingkar dengan sendirinya lingkungan hutan lingkar menjadi padat dari penduduk pendatang dari luar.

Meraka saling berlomba mencari makanan, siapa cepat dialah yang akan mendapatkannya, sebab ketidak seimbangan antara jumlah penduduk hutan dan hutan yang menyediakan kebutuhan makanan sehari-harinya.

Sering kali terjadi perebutan makanan antara penduduk hutan, pertengkaran sering kali terjadi antar mereka yang pada akhirnya siapa yang kuat dialah yang akan mendapatkan makanan tersebut, hukum rimba kini telah berlaku di hutan yang dahulu damai aman serta sejahtera ini.

Perebutan daerah kekuasaan pun sering terjadi dan menjadi ajang yang biasa mereka perebutkan yang perkasa, dialah yang berhak atas daerah tersebut sebagai penguasa yang berhak atas semua isinya.

Keluarga kancil kini sedang dirundung kesusahan yang sangat mendalam karena selain susah dalam mencari makanan, keluarga ini pun harus berhati-hati dari pemangsa yang selalu haus darah dan kelaparan, dialah penguasa rimba sang raja hutan harimau.

Terdengar kabar angin tentang sebuah negeri hutan yang masih jarang penghuninya serta makanan yang begitu melimpah ruah seperti sayuran serta buah-buahannya.

Ingin rasanya bapak kancil membawa seluruh keluarganya cepat-cepat pindah ke tempat tersebut demi masa depan semua anak-anak anggota keluarga dan keturunannya.

"Bagaimana kalau kita semua pindah rumah dan menetap di hutan negeri seberang yang menurut keluarga burung yang telah berada disana hutannya sangat subur makmur?" bertanya bapak ketu sang pemimpin dari keluarga besar kancil di hutan tersebut kepada seluruh anggota keluarga yang hadir di tempat tersebut.

"Tepat sekali bapak ketua ketu!" seru sang kinkin, sang kancil dewasa yang terkenal dengan akal cerdiknya yang sudah tidak diragukan lagi.

"Saya telah berjumpa sahabatku si burung wiki yang akan pindah bersama keluarga hari ini, namun perjalanan menuju negeri hutan seberang bukanlah perjalanan yang aman dan juga sangat jauh, kita semua harus menghadapi medan berat dalam perjalanan tersebut," kata sang kinkin menuturkan penjelasan kepada sang ketua kancil bapak ketu.

"Dan yang paling utama kita akan melewati sebuah sungai pening yang sangat luas serta terkenal dengan aliran arusnya yang begitu deras! bagaimana kita bisa melewatinya?" kata utik sang Ibu kinkin.

"Apakah keluarga buaya bisa menolong kita semua?" kata bapak ketu. "Itu hal yang sangat mustahil kalau seandainya keluarga buaya mau menolong kita dengan begitu saja tanpa ada imbalan," katanya lagi sambil merenung memikirkan nasib dari seluruh anggota keluarga yang sedang dilanda kekhawatiran.

"Jangan putus asa, kita harus mencobanya untuk bernegosiasi dengan ketua dari keluarga buaya, karena ini menyangkut kelangsungan hidup kita semua, kita semua akan mati kelaparan di hutan ini," kata roko ayahnya kinkin.

"Kalau begitu kita akan kerumah sang ketua keluarga buaya, imbalan apa yang mereka inginkan dari kita kalau keinginannya seuai dan wajar saja, maka kita akan sepakati saja permintaan tersebut," kata ketu menutup pertemuan malam tersebut.

Esok pagi harinya. Bapak ketu, roko ayahnya kinkin dan kinkin sendiri pergi menuju rumah ketua keluarga buaya di pinggir sungai pening.

Sesampainya di rumah bapak ketua buaya, bapak ketu menyampaikan maksudnya untuk meminta pertolongan kepada bapak bingo sang ketua keluarga buaya yang berkuasa di sungai pening.

"Dengan senang hati, tentu saja aku akan menolong keluargamu bapak ketu, tenang saja kita bertetangga sudah sejak dahulu kala, tetapi ada syarat yang harus engkau penuhi!" tutur sang ketua buaya bingo.

"Oh tentu saja aku akan memenuhi syarat yang engkau ajukkan, katakan saja jangan segan-segan bapak bingo," berkata bapak ketu kepada bingo sang ketua buaya.

"Aku hanya menginginkan satu ekor keluargamu yang paling gemuk untuk aku jadi sarapan pagi ini," kata sang bingo ketua buaya yang sangat sombong itu.

Bapak ketu sangat terkejut dengan syarat tersebut, dia hanya bisa menggelengkan kepala saja, begitu kejamnya serta jahatnya buaya yang satu ini pikirnya dalam hati.

Lalu dia pun berlalu dari rumah sang ketua buaya bingo dengan hati yang sangat sedih sekali, "Lebih baik kita semua mati kelaparan dari pada menjadi santapan buaya yang jahat dan sangat kejam tersebut," gumam bapak ketu dalam perjanan pulang kerumahnya.

Dalam perjalanan pulang tersebut, kinkin terus memutar otaknya mencari jalan keluar yang paling baik, "ada satu cara yang akan menyelamatan kita semua bapak ketua!" seru kinkin lantang.

Lalu dia pun berbisik-bisik di telinga sang ketua keluarga kancil bapak ketu dan bapak ketua itu pun mangut-mangut tanda setuju.

Sesampainya di rumah keluarga besar kancil, mereka pun balik lagi berangkat menuju ke tepi sungai pening dengan membawa seluruh anggota keluarga yang jumlah semuanya adalah sepuluh ekor kancil termasuk bapak ketu, ayah ibu kinkin, kinkin sendiri dan anak-anak kancil yang lainnya.

"Bapak bingo ketua para buaya yang gagah perkasa penguasa sungai pening, kami semua keluarga kancil yang jumlahnya ada sepuluh telah setuju dengan syarat yang anda ajukkan kepada kami, pada hitungan kesepuluh ketua boleh memakan keluarga kami yang paling gemuk tentunya, namun aku ingin engkau menghitung dari angka nol untuk yang pertama menyeberang sungai ini," kata sang kinkin yang di percaya menjadi duta bicara dari pihak keluarga kancil.

"Baiklah aku setuju saja dengan apa yang engkau ajukkan, yang penting siang ini kami seluruh anggota keluarga buaya akan makan daging kancil yang terkenal sangat lezat," sahut bapak bingo senang sekali hatinya terbayang perutnya akan kenyang memakan makanan yang rasanya enak sekali.

"Baiklah, perintah anggotamu untuk segera berbaris sampai ujung sungai sana, kami akan segera menyereberang," kata kinkin kemudian.

Dengan cepat bapak bingo memerintahkan anggota keluarganya berbaris rapat sampai tepi sungai di ujung sungai seberang sana, keluarga kancil pun mulai meloncat pada hitungan nol untuk yang pertama menyeberang ke tepi ujung sungai sampai selamat.

Satu ekor kancil telah selamat menyeberang pada hitungan nol dan pada hitungan ke satu selamatlah dua ekor kancil berikutnya pada hitungan kedua selamatan tiga ekor kancil dan seterusnya dan seterusnya sampai pada hitungan ke sembilang selamatlah sepuluh ekor semuanya telah berada di seberang dengan hati yang sangat riang sekali.

Sementara bapak bingo menunggu loncatan hitungan kesepuluh yang di nanti-nantikan untuk menjadi santapan siangnya yang tidak kunjung datang loncat ke punggungnya, "Ketu manakah hitungan kesepuluh yang akan menjadi santapanku?" tanya sambil berteriak nyaring sekali, sang bapak bingo kesal sekali.

"Maaf bingo, kami semua sepuluh ekor kancil telah menyeberangi sungai pening ini. Jadi tunggulah, mungkin ada binatang lain yang kesepuluh mau ikut menyeberang bersama kami, sabar saja ya," sahut sang ketua kancil bapak ketu sambil tertawa dan berlari menjauh dari tepi sungai di seberang sana.

Tinggallah bapak bingo dan seluruh anggota keluarga buayanya yang dapat di perdaya oleh akal sang kancil yang sangat cerdik, bingo yang kuat gagah dan perkasa telah kalah dengan akal pintar dari sang kancil.

Kekuatan sebesar apa pun belum tentu menang melawan akal yang cerdik, maka bangunlah kekuatan dengan kemajuan berpikir.

Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih

Advertising - Baca Juga :
AESCHYLUS
Memanjakan Diri di Saat Weekend
Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...