Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Monday, August 22, 2016

Sang Monyet Dan Sang Rubah - Dongeng Yunani

Courtesy of google images
dongeng anak dunia - Pada suatu saat sang monyet dan sang rubah bepergian bersama-sama, mereka akan pergi mencari makan jauh masuk ke suatu hutan lain dari tempat tinggalnya. Monyet itu membawa ransel berisi beberapa peralatan dan beberapa alat untuk makan serta batu api untuk membuat nyala api. Dan setelah beberapa waktu dalam perjalanan jauhnya, dia mendapatkan dirinya sangat kelelahan dibandingkan sang rubah yang lenggang tidak membawa rangsel. "Kau tahu," katanya kepada rubah, "Aku harus benar-benar menjadi orang yang membawa semua peralatan yang sangat berat ini, kamu tahu."

"Kenapa? Ada apa denganmu? Berdoa terus, teman baikku," tanya sang rubah menyindir temannya yang menggerutu terus dengan barang bawaannya yang merepotkan.

"Saya makhluk yang sangat mulia," jawab monyet, "jauh di timur, mereka selalu bercerita tentang bagaimana kita para monyet adalah keturunan dari para dewa!"

"Mungkin saja begitu," jawab sang rubah. "Tetapi lihatlah bulu-bulu tebalku, terlihat warna yang indah dan memenuhan seluruh ekorku, dibandingkan dengan bulu kurusmu yang engkau punya menggantung di belakangmu, orang akan mengamati dan menilaiku untuk menjadi makhluk yang lebih mulia dari keturunan nenek moyangku yang bangsawan," kata sang rubah memuji diri sendiri.

"Ha!" Teriak monyet. "Penampilan! semua orang bisa saja tertipu dengan penampilan seseorang, bangsawan yang benar-benar selalu bersifat baik hati dalam pikirannya." kata sang monyet menjelaskan kepada sang rubah.

Sang rubah tertawa. "Tentu saja," katanya, "itulah mengapa kamu berbaik hati untuk membawa ransel untuk kita, mulai dari tadi pagi semenjak berangkat dari rumah. Karena sifat kemuliaan dan kebaikkan hati kamu untuk membawa ransel di punggung kamu dengan tidak mengenal lelah!" kata sang rubah dengan kata pujiannya.

Saat itu mereka datang ke sebuah kuburan yang besar, di mana ada sejumlah monumen batu yang menandai kuburan-kuburan tersebut. monyet berhenti dan melihat-melihat sekelilingnya, dan kemudian mendesah besar. Rubah juga berhenti, dan duduk, menunggu sang monyet untuk berbicara lagi.

"Kamu lihat monumen megah itu," kata sang monyet akhirnya berbicara sambil menyebarkan lengannya tentang monument tersebut, "monument itu didirikan di masa lalu pada zaman nenek moyangku, dan beberapa orang yang paling terkemuka di masa hidupnya mereka, sehingga seluruh jasa dan kenangan mereka harus dihargai oleh generasi penerusnya sebagai keturunannya!" kata sang monyet suaranya sangat lantang.

Tatkala rubah mendengar keterangan yang menurutnya sangat tidak berarti sama sekali bagi dirinya, bibir sang rubah mencibir bibirnya.

San rubah sangat geli dengan pernyataan ini. "Yah Pak," katanya, "Kamu memiliki nenek moyang yang luhur dan kamu sudah sangat pandai dalam memilih mayat kuno yang terdapat di dalam kuburan tersebut sebagai saksi, karena kamu sangat nyaman untuk menjadi generasinya, tidak satupun dari mereka mampu berdiri dan mengkonfirmasikan atau menolak klaim kamu untuk tetap menjadi bangsawan!" tutur sang rubah, dalam hatinya dia berkata, "Engkau sang monyet yang gila hormat."

Sekian terima kasih semoga cerita tersebut bermanfaat dan dapat menghibur.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...