Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Monday, March 30, 2015

Legenda Rawa Pening - Dongeng Indonesia ( Jawa Tengah )

dongeng anak dunia - Jaman dahulu, rakyat kampung Ngebel terkejut melihat seekor ular besar yang sangat panjang. Karena khwatir ular itu akan menggigit mereka, rakyat kampung itu beramai-ramai meringkus ular yang diberi nama Baru Klinting. Sesudah diringkus ular itu kemudian dibantai dan dagingnya dijadikan santapan didalam sebuah pesta. Hanya ada satu orang di kampung itu yang tidak mereka ajak menikmati pesta itu, dia adalah seorang nenek tua miskin yang bernama Nyai Latung.

Setelah pesta tersebut datanglah seorang bocah laki-laki yang berumur sekitar sepuluh tahun. Bocah laki-laki itu terlihat sangat dekil dan tidak terawat, sehingga kulit tubuhnya ditumbuhi penyakit. Bocah itu menghampiri setiap rumah dan meminta makan kepada rakyat kampung. Tetapi tak satu orang pun yang memberikan makan dan minum. Mereka membenci bocah tersebut,menghinanya kemudian mengusirnya dari kampung tersebut.

Dan akhirnya bocah tersebut sampai di rumah yang terakhir, yaitu rumah Nyai Latung. Nyai Latung yang sedang duduk di depan rumahnya yang reot sambil menumbuk padi dengan lesung.

“Nyai,” bocah itu berkata, “Saya haus. Bolehkah saya meminta air, nyai?”

Kemudian nyai Latung mengambilkan segelas air untuk diminum oleh bocah itu dengan sangat dahaga bocah laki-laki itu meminumnya. Nyai Latung melihat bocah itu dengan kasihan.

“Kamu mau minum lagi? Kau mau makan juga? Tapi nyai hanya punya nasi, nggak ada lauk.”

“Mau, nyai. Nasi pun sudah cukup buat saya. Karna saya sangat lapar,” jawab bocah itu.

Segeralah Nyai Latung mengambil nasi dan sisa sayur yang ada. Dan tidak lupa diambilkannya lagi air minum, Bocah itu memakan makanan tersebut dengan sangat lahap, sehingga tidak ada sedikitpu nasi yang tersisa.

“Namamu siapa, nak? Ayah dan Ibumu dimana?”

“Baru Klinting namaku. Ayah dan ibu sudah tidak ada.”

“Kau tinggal saja di sini menemani nyai,”

“Terima kasih, nyai. Tapi saya ingin pergi saja. Di sini rakyat-rakyatnya jahat, nyai. Cuma nyai saja yang baik hati kepadaku.”

Kemudian Baru Klinting pun mencerita tentang rakyat kampung yang tidak ramah padanya. Setelah itu Baru Klinting pun pamit. Sebelum pergi, Baru Klinting memberikan pesan kepada Nyai Latung.

“Nyai, suatu ketika terdengar suara kentongan, naiklah ke atas lesung. Dan nyai pun akan selamat.”

Meskipun tidak mengerti maksud Baru Klinting, Nyai Latung mengiyakan saja.

Baru Klinting masuk ke kampung lagi. Dan menghampiri beberapa anak-anak yang sedang bermain. Sebelum memanggil anak-anak yang sedang bermain, Baru Klinting mengambil sebatang lidi kemudian menancapkannya di tanah.

“Ayo... siapa yang dapat mencabut lidi ini?”

Ejekan pun keluar dari anak-anak tersebut kepada Baru Klinting, namun tak ada satupun yang berhasil mencabut lidi itu. Sehingga mereka pun memanggil anak-anak yang lebih gede. Semuanya pun akhirny mencoba, tetapi semua gagal. Sampai orang-orang tua pun tak ada yang bisa mencabut lidi itu.

Akhirnya Baru Klinting sendirilah yang mencabut lidi itu. Dan ketika Baru Klinting mencabut lidi itu dari tanah, maka memancarlah air dari lubang bekas menancapnya lidi tersebut. Air yang memancar semakin lama semakin banyak dan semakin deras. Orang-orang kampung berlarian kalang kabut, Ada salah seorang rakyat membunyikan kentongan sebagai tanda bahaya. Tapi air terlalu cepat keluar sehingga menjadi banjir dan seluruh kampung menjadi terendam.

Dari kejauhan Nyai Latung pun mendengar suara kentongan, Naiklah Nyai Latung dengan segera ke atas lesung ketika mengingat pesan dari Baru Klinting. Ketika baru saja ia dudu di dalam lesung, air bah telah tiba dan semakin tinggi yang akhirnya menenggelamkan rakyat-rakyat di kampung tersebut ketika lesung itu sendiri masih terapung-apung.

Hari terus berganti dan akhirnya air itu perlahan-lahan mulai surut. Lesung Nyai Latung yang sebelumnya terapung-apung akhirnya menepi sehingga ia dapat naik ke darat. Ia satu-satunya warga yang selamat dari banjir.

Meskipun banjir telah pergi tetapi genangan air masih tersisa sehingga terjadi danau yang dinamakan Rawa Pening. Danau yang terbentu ini berada diwilayah Ambarawa.

Sumber: Indonesia
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...