Courtesy of ceritadongeng-indonesia.blogspot.com |
Meraka selalu saling membantu dalam semua kesulitan kehidupan, tidak pernah menghitung-hitung bantuan yang mereka berikan masing-masing, itulah nilai persahabatan sejati mereka yang tulus.
Seperti biasanya sang ayam Jago akan pergi ke hutan untuk mencari makanan, Si Ayam Jago sedang asyik mengais-ngais tanah tatkala seekor harimau lapar sedang mengintainya dari semak belukar yang tidak jauh dari tempatnya mencari rejeki.
Secara tiba-tiba harimau pun muncul, sudah tidak tahan menahan lapar untuk memangsa si Ayam Jago, maklum saja sang Harimau sudah dua hari tidak makan-makan.
Dengan terbirit-birit si Ayam Jago pun berlari secepatnya untuk menyelamatkan diri dari sang pemangsa yang sudah terkenal kekejaman sang harimau siRaja hutan.
Namun sang harimau pun dengan segala kemampuan mengejar mangsanya tanpa berhenti untuk segera menangkap dan memakannya.
Sang Ayam Jago tidak bisa terbang, sehingga dia hanyalah berlari di tanah dengan segala usahanya untuk selamat dari kejaran sang pemangsa harimau.
Sia-sia saja usaha sang Ayam Jago untuk lari dari kejaran sang Raja hutan, harimau bukanlah tandingannya dalam berlari si AyamJago telah terpepet disela pojokkan sebuah pohon besar.
Tinggal beberapa langkah lagi sang Harimau meloncat untuk menerkam, maka tamatlah sudah riwayat sang Ayam Jago untuk hidup didunia ini, keadaan sudah sedemikian gawat rupanya saat itu.
Namun Tuhan sang pencipta rupanya masih sayang terhadap sang Ayam Jago, sang penyelamat secara tiba-tiba datang dengan beberapa kali patukkan dan cakaran yang membuat sang harimau si Raja Hutan ketakutan dan lari menghindar masuk ke dalam hutan dengan bekas luka patukkan dan cakaran yang mengeluarkan banyak darah.
Pertolongan yang begitu tepat waktu telah dilakukan sang Elang untuk sang Ayam Jago sahabat karibnya, tentu saja sang Ayam Jago sangat berterima kasih kapada sang Elang sahabatnya tercinta.
"Terima kasih kawan! engkau telah datang tepat waktu untuk menolongku, kalau tidak ada engkau, aku telah berada diperut sang harimau," kata sang Ayam Jago dengan nafasnya yang tersenggal-senggal.
"Aku sahabatmu, sepantasnya aku menolomngmu kawan, bukankah kita harus saling tolong menolong dalam setiap kesusahan yang kita alami kawan," kata sang Elang sambil tersenyum lebar.
Hari itu sang Ayam Jago sangat beruntung sekali nasibnya bisa selamat dari kejaran sang Harimau yang sangat gesit dan lincah berkat pertolongan sang Elang yang memang sahabat karibnya.
Sang Ayam Jago sahabat sang Elang terdiam murung memikirkan nasibnya, seandainya tadi tertangkap tentu saja dia tidak akan lagi bertemu sang sahabat yang baik seperti sang Elang yang baik hati.
"Sudahlah kawan, jangan bersedih serta murung begitu, engkau sekarang sudah selamat, walaupun mungkin engkau masih shok,"sahut sang elang dengan sangat tegas.
"Ya,! apa daya nasib seekor ayam yang hanya bisa berjalan di tanah tidak bisa terbang sepertimu, andai saja aku bisa terbang sepertimu sahabat tentu aku akan dengan mudah selamat dari siapa pun yang mengejar serta mengincarku," sang ayam Jago berkeluh kesah kepada sang Elang.
"Akan aku coba membantu keinginanmu, namun itu pun kalau saja bangsa burung yang mempunyai sebuah pusaka memberi pinjam kepadaku," kata sang Elang.
"Pusaka! pusaka apakah yang engkau maksudkan?" tanya sang Ayam Jago.
"Begini! bangsa burung mempunyai satu buah pusaka yang namanya Jarum Emas, alat tersebut dapat digunakan bangsaku untuk menyulam sayap-sayap kami sehingga kami bisa terbang." jawab sang Elang. "Untuk itu berdoalah kawan semoga aku diberi pinjam Jarum Emas tersebut untuk menolongmu." lalu sang Elang pun terbang membungbung tinggi berusaha untuk meminjam Jarum Emas kepada Raja pimpinan burung Elang.
Karena hari sudah sore sang Ayam Jago pun akhirnya pulang kerumahnya untuk istirahat, besok dia akan menunggu kedatangan sang sahabatnya burung Elang.
Esok harinya sang Ayam Jago telah berada di depan rumahnya menunggu sang burung Elang sahabatnya yang akan meminjamkan Jarum Emas untuk menyulam sayapnya agar bisa terbang layaknya seekor burung.
Yang ditunggu pun akhirnya datang juga tepat waktu, setelah istirahat sebentar dan mimun air yang disuguhkan sang ayam Jago burung Elang membuka pembicaraan.
"Begini sahabatku! aku telah diberikan pinjam Jarum Emas oleh sang Raja burung, namun dengan satu catatan bahwa engkau harus berjanji untuk menjaganya dengan baik dan jangan sampai menghilangkan benda pusaka ini," kata sang Elang.
"Engkau tidak usah khawatir masalah ini, aku sahabatmu tidak mungkin aku mengecewakanmu," tegas sang Ayam Jago.
"Baiklah pergunakan dengan bijak jangan engkau pinjamkan kepada siapa pun tanpa ada izin dariku, engkau mengerti!" sang Elang pun berkata dengan sangat tegas.
"Baiklah siap, aku akan selalu menjaga serta bertindak bijak dengan barang pusaka ini," sang Ayam Jago pun kembali menjawab.
"Sekarang hatiku tenang dan percaya kepadamu Jarum itu aku pinjamkan selama tiga hari saja dan aku akan kembali," berkata sang Elang lalu terbang keangkasa raya nan luas.
Ayam Jago dengan segera menyulam sayapnya mengunakan benda pusaka Jarum Emas, tetapi baru setengah sayap yang disulamnya dia sudah tidak sabar untuk mencoba terbang dan dengan sembarangan dia menaruh benda pusaka di atas batu.
Benar saja ketika itu dia sudah bisa terbang naik keatas pagar yang terdapat ditempat itu, "Alaa mak.......aku bisa terbang akhirnya !!!" teriak si Ayam Jago dengan sangat bahagia dan bangga sekali.
Walaupun untuk saat ini dia hanya bisa terbang setinggi pagar rumah saja tetapi si Ayam Jago sudah sangat senang dan bangganya setengah mati, tiba-tiba sang Ayam Betina datang menghampirinya.
Sang Betina sangat takjub melihat si Ayam Jago yang sedang bertengger dengan bangga di atas pagar yang cukup tinggi, "Jago, Jago! bagaimana engkau bisa di atas pagar?" tanya sang ayam Betina.
"Tentu saja aku terbang," jawab sang Ayam Jago dengan congkak di depan sang Ayam Betina merasa bangga.
"Apakah bisa?" Tanya sang ayam Betina hatinya dibikin sangat penasaran sekali dengan sikap sang Ayam Jago tersebut.
"Mudah saja, aku telah meminjam benda pusaka Jarum Emas untuk menyulam sayapku makanya aku bisa terbang," si Ayam Jago menerangkan kepada sang Ayam Betina.
"Jarum Emas benda pusaka maksudmu apa?" tanya sang Ayam Betina.
"Engkau lihat saja di atas batu, disitu ada Jarum Emas, sulamlah sayapmu nanti engkau pun akan seperti aku bisa terbang," si Ayam Jago menunjukkan Jarum Emas yang tergeletak di atas batu.
Sang Ayam Jago telah lupa akan janjinya untuk tidak sembarangan meminjamkan benda pusaka Jarum Emas terhadap siapa saja tanpa seizin dari sang burung Elang sahabatnya.
Tidak menunggu lama lagi sang Ayam Betina lalu menyulam sayapnya dengan terburu-buru dan baru selesai sebagian dia sudah tidak sabar untuk mencoba terbang persis seperti si Ayam Jago tatkala tadi sedang menyulam.
Baru saja sebentar menyulam si Ayam Betina langsung mencoba terbang, demikan dia ulangi terus menerus tidak sabar sama sekali dan akhirnya dia dapat juga terbang naik ke atas bersama sang Ayam Jago bertengger di atas pagar.
Mereka berdua begitu bahagia dapat bertengger ditempat tinggi lalu mereka bercengkrama penuh dengan kegembiraan dan setelah lama bertengger mereka terbang kembali turun untuk menyelesaikan menyulamnya.
Tetapi apa yang terjadi, Jarum Emas yang tadi dipakai sang Ayam Betina telah raib hilang entah kemana, mereka berdua lalu mencarinya disela-sela bebatuan ditanah juga dirumput-rumput sekitar tempat itu namun Jarum Emas nya tetap saja tidak ditemukan.
Kemudia sang Ayam Jago berpikir apa yang menyebabkan benda pusaka itu hilang, "Mungkin tadi tatkala engkau mengibaskan sayap-sayapmu mencoba untuk terbang Jarum Emas terhempas dari batu ini," kata sang Jago kepada sang Betina.
"Baiklah kita cari terus sampai ketemu aku tidak ingin dimarahi sang burung Elang sahabatku," kata sang ayam Jago.
Meraka berdua panik setelah hari menjelang sore benda pusaka masih tetap raib tidak tentu rimbanya, kerena paniknya sang Ayam Jago dan sang Ayam Betina sampai-sampai mencakar tanah guna mencari benda pusaka yang menurutnya masuk ketanah terkubur.
"Bisa saja Jarum Emas terselip juga tertimbun tanah yang kita injak-injak dari semenjak tadi," kata mereka berdua sambil terus mengais-ngais tanah dengan cakarnya berharap menemukannya.
Sampai hari mau menjelang gelap mereka baru berhenti mencari sambil berjanji besok harinya pencarian akan dilanjutkan kembali.
Besok harinya mereka berdua mencari benda pusaka yang hilang, namun Jarum Emas tersebut tetap tidak dapat ditemukan kembali, semakin panik saja sang ayam Jago.
Satu hari lagi kesempatan untuk dapat menemukan Jarum Emas yaitu hari ketiga yang dijanjikan sang burung Elang untuk datang mengambil kembali Jarum Emas.
Sang Ayam Jago dan temannya sang Ayam Betina sudah sejak dari pagi-pagi buta telah berada ditempat dimana Jarum Emas itu hilang, mereka mengais-ngais tanah dengan mencakar-cakarnya hampir seluruh areal tempat tersebut namun tetap saja Jarum Emas tersebut tidak ditemukan mereka berdua.
Sang Ayam Jago sekarang sudah pasrah saja, dia akan kena marah besar dari sang sahabat setianya burung Elang yang sangat baik hati kepadanya.
Dan betul saja sang burung Elang sangat marah sekali mendengar sang Ayam Jago telah menghilangkan Jarum Emas milik Raja bangsa burung, kepercayaan penuh yang diberikan kepada sang Ayam Jago sahabatnya telah dihianatinya.
Janji untuk tidak meminjamkan Jarum Emas kepada siapa pun tanpa seizin darinya telah dilanggarnya sehingga benda pusaka milik sang Raja burung Jarum emas menjadi hilang.
"Sungguh engkau seorang sahabat yang tidak tahu diuntung!! kurang bagaimana aku terhadapmu selama ini, ketika engakau dalam kesulitan aku selalu menolongmu tetapi kepercayaan yang diberikan selama ini sungguh telah engkau sia-siakan," sang burung Elang kini sudah tidak percaya lagi terhadap bangsa ayam.
Lalu keluarlah kata-kata sang burung Elang yang mengancam, "Mulai saat ini dan seterusnya jangan harap anak cucumu aman dari ancaman bangsaku yang akan terus memburu anak cucumu dan keturunanmu sebelum engkau menemukan Jarum Emas milik Raja bangsa Burung," ucap sang Elang lalu terbang membungbung tinggi keangkasa.
Semenjak saat itu sampai sekarang bangsa ayam masih terus mencari Jarum Emas disetiap tempat yang dijumpai dengan cara mengais-ngais tanah, dia sang ayam berharap dapat menemukan benda pusaka milik sang Raja burung.
Jangan engkau menghianati janji kepada siapa pun sebab janji adalah hutang yang harus dibayar dan pertahankanlah setiap kepercayaan yang diberikan seseorang biar engkau tetap dipercaya siapa pun serta jadilah orang yang amanah untuk tetap selalu jadi pedoman dalam hidupmu. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih