Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Tuesday, June 21, 2016

Sang Maldonado Dan Sang Induk Puma - Dongeng Argentina

Courtesy of www.cascada.travel
dongeng anak dunia - Disebuah negara di Argentina zaman dahulu kala hiduplah seorang gadis cantik bernama Maldonado, seorang gadis yang hidupnya sudah tidak mempunyai sanak Famili atau keluarga.

http://robust-chemical.com/lemari-asam-lokal-kualitas-internasional/ .adv - Dia tinggal dalam sebuah gubuk dipinggir desa dekat dari sebuah hutan daerah tersebut, hanya berteman sunyi dan sepi bila malam telah menjelang datang.

Kedua orang tuanya telah tiada meninggalkan dunia ini, sehingga dia hanya hidup seorang diri atau sebatang kara menjalani kejamnya kehidupan dunia ini.

Dalam suatu hari desa tersebut dikepung dari seluruh penjuru oleh satu pasukan suku indian yang sangat kejam, semua penduduk desa ditahan tidak ada yang boleh keluar masuk desa.

Sehari dua hari penduduk desa masih bisa bertahan dari bekal makanan yang tersedia namun lambat laun bekal makanan penduduk desa pun mulai menipis sampai akhirnya habis, banyak sudah penduduk desa yang mati kelaparan karena tidak tersedia bahan makanan untuk mereka konsumsi.

Satu persatu penduduk desa mati kelaparan semua makanan yang tersisa pun direbut paksa pasukan suku indian yang juga mulai kelaparan karena makanan penduduk desa telah hampir habis, desa itu kini telah menjadi sebuah desa yang sangat miskin jauh dari sebelumnya.

Pada suatu malam sang gadis Maldonado bisa meloloskan diri dari pengawasan pasukan suku indian yang sangat kejam, dia berlari terus sekuat tenaganya menuju gelapnya malam masuk kedalam hutan.

Berjalan ditengah hutan dalam keadaan gelapnya malam, begitu sangat mencekam menakutkan sekali bagi sang gadis muda Maldonado dan saat itu dia pun mendengar suara seekor binatang yang sedang dalam keadaan kesakitan begitu pilu menyayati hatinya suara hewan tersebut.

Setelah diteliti ternyata suara tersebut berasalnya tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang, ada sebuah gua yang cukup besar lorongnya dia pun lalu akhirnya masuk memberanikan diri.

Setelah sampai didalam gua terlihat seekor induk puma (sejenis harimau kumbang) yang baru saja melahirkan seekor anak bayinya.

Sang gadis Maldonado dengan cekatan membantu membersihkan sang bayi puma dengan tidak mengenal takut dengan sang induknya yang selalu melihatnya curiga terhadap makhluk asing yang merawat bayinya.

Namun ketulusan hatinya ketika membantu merawat bayinya membuat hati sang induk puma menjadi tenang, instingnya berkata makhluk asing tersebut berhati sungguh baik bukan orang jahat yang akan mencelakai bayinya.

Sejak saat itu sang gadis Maldonado tinggal bersama induk puma dan bayinya, dia telah menjadi bagian dari keluarga puma dan sang bayi puma diasuhnya setiap hari, sementara sang induknya berburu mencari makanan.

Hari demi hari sang gadis Maldonado menjadi kerasan tinggal didalam gua bersama sang induk puma dan anak bayinya, dia sudah sangat akrab sekali bersama mereka ketika itu.

Meraka pun kadang-kadang bercanda layaknya sahabat lama yang selalu riang gembira, ikatan persahabatan sang induk puma yang telah ditolongnya dengan sang gadis Maldonada menjadi sangat erat sekali.

Dalam suatu hari sang gadis sedang mencari kayu bakar untuk memasak dia bertemu penduduk desa, dengan paksa akhirnya sang gadis Maldonado dibawa pulang lagi kedesanya.

Pemimpin desa sangat marah dengan tingkah laku sang gadis yang telah berani pergi meninggalkan desa tanpa ada izin darinya sebagai kepala kampung baru dari suku indian.

Untuk itu sang kepala desa menghukum sang gadis Maldonado dengan mengikat badannya disebuah pohon yang terdapat didesa.

Disebuah lapangan desa tidak jauh dari pinggiran hutan tersebut biar setiap orang dapat melihatnya dan menjadi contoh bagi yang lainnya untuk tidak sembarangan kabur dari kampung desa tersebut.

Dengan tidak diberi makan sedikit pun sang gadis mejalani hukuman tersebut namun ketika besok paginya para penduduk melihatnya sang gadis masih saja tetap segar bugar tidak kekurangan sedikit apa pun.

Dan yang lebih anehnya lagi disamping sang gadis telah duduk hadir seekor induk puma yang ukuran badannya begitu besar siap melayani sang gadis memberinya makanan.

Akhirnya pemimpin desa memaafkan sang gadis Maldonada serta sang gadis dibebaskan untuk keluar masuk desa tanpa syarat-syarat apa pun.

Kasih sayang apa pun yang dapat kita berikan akan berbuah kebaikkan dan juga kasih sayang dari orang yang pernah menerima kasih sayang tersebut atau dari orang lain.

Jadilah orang yang tahu berterima kasih dan tahu cara membalas budi kepada orang yang telah berjasa kepada kehidupan kita. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Monday, June 20, 2016

Sang Kancil Dan Sang Kecoa - Dongeng Indonesia

Courtesy of ceritadongeng-indonesia.blogspot.com
dongeng anak dunia - Tersebutlah seekor kecoa yang sedang gundah gulana dengan nasibnya yang sedang dihadapinya, dia selalu dianggap hewan pengganggu dirumah-rumah para Bapak petani.

Dalam kesempatan itu sang kecoa mengemban tugas dari seluruh saudara-saudaranya untuk mencari sang kancil binatang yang dianggap paling cerdik serta bijaksana pada zaman itu.

Dia berjalan-jalan tanpa arah tujuan sebab baru pertama kalinya dia berpergian jauh meninggalkan rumah Bapak petani, mencari ke hutan yang sekiranya terdapat hewan yang bernama kancil.

Setelah menempuh perjalan yang begitu jauh maka sampailah sang kecoa tersebut dipinggiran hutan yang kebetulan waktu itu sang kancil juga baru menginjakkan kakinya ditempat yang sama.

Sengaja sang kancil datang langsung dari rumahnya didalam hutan untuk mencari makan yang selalu terdapat banyak di padang rumput yang terhampar di pinggir hutan tersebut.

Tentu saja pertemuan yang tidak disengaja ini membuat hati sang kecoa merasa senang lalu dia pun menegur sang kancil, "hai kawan!" serunya. "Bukankah engkau sang kancil yang terkenal cerdik dan bijak itu?" sang kecoa bertanya.

Sang kancil lalu menoleh kebawah dan melihat satu jenis binatang kecil yang tadi bertanya kepadanya, " Oh! engkau rupanya yang bertanya kepadaku, siapakah kamu?" sang kancil balik bertanya setelah melihat hewan yang bertanya kepadanya.

"Aku kecoa, aku dan kelompokku sedang dalam masalah besar tinggal dirumah Bapak petani, mereka selalu saja membunuh dan memburuku," kata sang kecoa.

Sambil menangis sang kecoa menerangkan nasib seluruh kelompoknya yang dalam masalah besar akibat pemburuan besar-besaran yang dilakukan keluarga Bapak petani dirumahnya kepada sang kancil.

"Sengaja aku datang jauh-jauh mencarimu untuk memohon petunjuk," lanjut sang kecoa menyambung perkataannya.

Sang kancil mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti masalah yang sedang dihadapi sang kawan barunya kecoa,

"Baiklah engkau boleh datang kerumahku lalu carilah buku biologi bangsa kecoa dan buku yang berkaitan dengan rumah sehat, aku akan membantumu setelah engkau tamat membaca kedua buku tersebut," kata sang kancil.

Lalu mereka pun berdua berjalan kearah hutan menuju rumah sang kancil yang cukup jauh juga jaraknya dan setelah sampai, sang kecoa dia beri dua buku yang harus dibaca serta dipelajarinya.

Sejak saat itu sang kecoa resmi menjadi tamu kehormatan sang kancil untuk mempelajari buku biologi tentang kehidupan kecoa serta tidak lupa mengingat point-point yang sangat berguna bagi kehidupannya.

Setelah selesai membaca tentang kehidupan biologi kecoa lalu berlanjut membaca buku tentang rumah sehat barulah disini sang kecoa mengerti tentang bagaimana manusia yang selalu ingin hidup sehat.

Dengan selalu menjaga kebersihan rumahnya sang manusia hidup sehat, sementara dirinya bangsa kecoa dianggap manusia sebagai pembawa kuman penyakit yang menempel dalam badannya, tentu saja manusia memburunya dan mengusir dari rumahnya.

Tidak terasa sang kecoa telah seminggu menginap di rumah sang kancil yang baik hati, dia selalu datang mencari makanan dengan oleh-oleh untuknya yaitu sisa-sisa makanan yang dibuang manusia ditengah jalanan hutan.

Sungguh seorang tuan rumah yang sangat baik hati dan perhatian terhadap tamu yang menginap di rumahnya, betapa sang kecoa sangat berterima kasih sekali diperlakukan sangat istimewa.

Sore itu saat sang kancil pulang dari mencari makan, "Bagaimana engkau telah mengerti tentang isi buku yang telah kamu baca?" tanya sang kancil.

"Aku hanya bisa mengerti sedikit tentang kehidupan manusia yang selalu ingin hidup bersih di rumahnya, namun tentang biologi kecoa bangsaku sendiri aku malah tidak mengerti sama sekali," kata sang kecoa menjawab.

Sang kancil tertawa kecil mendengar jawaban sang tamunya lalu bertanya lagi, "Engkau sendiri pasti tahu apa yang suka dimakan bangsamu.?" tanya sang kancil.

"Tentu saja aku tahu, namun selama ini aku hanyalah memakan makanan sisa yang terdapat diruang makan, didapur juga ditempat mencuci piring," jawab sang kecoa.

"Selain ditempat itu apakah manusia juga menyimpan atau membuang sisa makanannya?" sang kancil bertanya kembali.

Mendengar pertanyaan ini sang kecoa sedikit bingung, dia mengingat-ingat kembali lalu menjawabnya, "Menurut buku yang aku baca mengenai rumah sehat dan bersih, manusia membuang sisa makanannya ditempat-tempat sampah lalu membakarnya," menjawab sang kecoa.

"Pintar-pintar! kamu sekarang sudah mengerti artinya bersih dan sehat dan tempat makanan yang aman untuk engkau makan bersama kelompokmu," kata sang kancil sambil tersenyum.

"Benar sekali tuan kancil yang baik hati aku mengerti sekali tentang kehidupan manusia yang selalu ingin bersih rumahnya namun aku kurang mengerti maksudmu yang tadi berkata makanan aman bagi bangsaku?" tanya sang kecoa bingung.

"Sekarang saatnya engkau pulang dan beritahu kelompokmu tentang apa yang telah engkau pelajari selama ini," sang kancil menyuruh sang kecoa untuk segera pulang dari rumahnya.

Sang kancil yakin sang kecoa tamunya telah menemukan jawaban yang bagus untuk masalah yang sedang dihadapinya sebab dia percaya benar kecoa adalah sebangsa hewan yang pintar juga.

Setelah berterima kasih sang kecoa pamit kepada sang kancil untuk pulang sore itu juga, dia sengaja pulang pada waktu sore hari biar nanti tengah malam telah sampai dirumah Bapak petani.

Dalam perjalanan pulang otaknya terus berpikir tentang kata-kata sang kancil yang berbicara tentang makanan aman untuk bangsaku.

Apa maksud tujuan dari kata-kata yang diucapkan sang Tuan cerdik itu, semua penjelasan-penjelasan dalam buku yang dibacanya terus diingat-ingatnya.

Juga kata-kata dari sang kancil dia sambungkan-sambungkan dan dihubung-hubungkan, yang pada akhirnya dia menemukan jawaban terbaik untuk masalahnya selama ini.

"Ahaay! makanan aman untuk bangsaku adalah dikebun dalam tong sampah, semua orang jarang berlama-lama ditempat sampah karena baunya sungguh menyengat hidung.

Kelompokku akan aman makan dan diam serta tinggal disana," gumam sang kecoa dengan senyuman lebar terukir dari bibirnya, dia sangat gembira sekali telah menemukan jawaban yang tepat atas masalah besarnya selama ini.

Setelah sampai dirumah Bapak petani, sang kecoa lalu mengajak seluruh kelompoknya untuk segera pindah ketempat sampah yang berada cukup jauh dari rumah Bapak tani didalam kebun.

Sengaja tempat sampah tersebut dibuat sang Bapak petani tanpa atap dan dinding biar dapat dengan mudah untuk melempar sampah lalu dibakar dan bekas bakarannya akan dijadikan pupuk kompos, sementara sang kecoa sangat suka tempat hangat jadi tempat sampah adalah rumah yang cocok untuk tempat tinggal kecoa.

Semenjak saat itu sampai sekarang kecoa akan senang tinggal ditempat sampah walaupun masih ada saja yang nakal tinggal dirumah-rumah Bapak tani yang berisiko kematian kalau ketahuan sang empunya rumah.

Orang bijak tidak akan langsung berkata jelek kepada orang tersebut, melainkan dia akan memberikan ilmu pengetahuannya untuk menyadari semua kejelekkan orang itu.

Seperti yang dilakukkan sang kancil, dia tidak langsung memberitahukan sang kecoa tentang dirinya yang selalu penuh dengan kuman, penyakit, dan bakteri yang akan membuat semua orang sakit atau keluarga Bapak petani sakit.

Tetapi sang kancil memberi ilmu pengetahuannya dulu, mengenai siapa si kecoa itu sendiri, sungguh suatu langkah yang sangat bijak. Sekian.

Wasalam,

oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Wednesday, June 15, 2016

Uang Ajaib Dalam Perapian - Dongeng Afganistan

Courtesy of bsiclub.blogspot.com
dongeng anak dunia - Pada suatu hari di negeri Afganistan, zaman dahulu kala hiduplah satu keluarga petani yang kehidupannya sangat miskin, namun sang bapak petani ini selalu berdoa kepada Tuhan agar diberi rejeki banyak lewat perapian rumahnya.

http://robust-chemical.com/lemari-asam-lokal-kualitas-internasional/ .adv - Dalam doanya sang bapak tani selalu berkata, "Berilah aku uang perak yang banyak lewat perapian rumahku," katanya.

Hampir setiap hari menjelang tidur istirahat malam, tidak pernah lupa dia selalu berdoa kepada Tuhan apa yang menjadi keinginannya dapat terwujub.

Itulah doa yang selalu dipanjatnya tidak pernah bosan-bosannya dalam renungan malamnya harapan untuk keluar kemiskinan yang selama ini selalu bersertanya.

Berat rasanya hidup sebagai petani miskin yang serba kekurangan dalam kehidupan sehari-hari yang hanya mengandalkan sepetak ladang tidak seperti para tetangganya yang mempunyai ladang berpetak-petak.

Pagi-pagi sekali sang bapak petani telah berada di ladang, dia sengaja datang lebih awal dari biasanya karena akan mencangkul tanah ladang sebelum terik matahari siang membakar tubuhnya.

Namun betapa terkejutnya ketika tumbuhan berduri disampingnya telah merobekkan celana pendeknya yang biasa dia pakai untuk bekerja, "aduh!!" serunya.

Khawatir tumbuhan tersebut melukai orang lain yang berjalan di ladangnya, dia pun lalu mencabut tumbuhan tersebut dan lalu membuangnya dipinggiran pagar ladangnya, "biar nanti dapat aku bakar sekalian rumput-rumput kering yang lainnya," gumannya.

Namun dibawah bekas tadi tumbuhan berduri yang dia cabut, terlihat cahaya yang berkilau seperti koin-koin perak yang berserakan tertimpa sinar matahari menimbulkan bias kilauan.

Sang bapak tani pun lalu menggali lagi lebih dalam lagi dan mengumpulkan koin-koin uang perak yang berserakan, ternyata setelah itu dia mendapatkan sebuah kendi yang cukup besar.

Mungkin kendi inilah wadah uang koin tersebut yang tadi tumpah ketika pohon durinya dicabut sehingga koin-koin uang perak tersebut tumpah-ruah berserakan keluar dari wadahnya.

Senyum tersungging dari bibirnya dia merasa sangat bahagia dengan penemuan tersebut, namun senyum bahagia yang terukir dari bibirnya hanya sebentar saja, lalu dia pun mengumpulkan dan merapihkan kembali koin-koin uang perak tersebut lalu memasukkan kedalam kendi tempat wadahnya semula.

"Sayang uang perak yang begini banyak ini bukan milikku, sebab aku tidak pernah meminta dan memohon uang perak yang terdapat diladangku, dalam doaku setiap malam kepada Tuhan," katanya sangat jujur sekali.

Sang bapak petani beranggapan uang perak tersebut bukan rejekinya karena setiap dia berdoa dia selalu meminta uang perak lewat perapian yang terdapat rumahnya.

Untuk itu dia tidak mau mengambil uang perak tersebut walaupun hanya satu koin saja, sebab menurut pemikirannya semua yang bukan haknya berarti bukan miliknya juga, walaupun boleh menemukan diladangnya sendiri.

Betapa polos dan lugunya sifat yang dimiliki sang bapak petani jujur tersebut, dia selalu bertindak baik dalam kehidupan sehari-harinya walaupun kehidupannya penuh dengan derita dan kemiskinan.

Sikap yang dimilikinya begitu terpuji dengan segala kejujuran dan kepolosannya dia bukannya tidak membutuhkan uang perak tersebut yang begitu banyak untuk membantu kehidupannya.

Namun dalam prinsip hidupnya, "kalau memang uang perak ini adalah rejekiku yang diberikan Tuhan untukku, dia tidak akan lari kemana pun!!" seru dalam hati sang bapak petani.

Sang bapak petani itu pun lalu menggali tanah bekas galian tadi lalu menaruh kembali kendi tersebut ditempat pertama ditemukannya tadi.

Lalu dia pun kembali pulang kerumahnya karena hari sudah menjelang sore saatnya untuk istirahat makan, sesampainya dirumah dia lalu bercerita kepada sang istrinya.

Tentu saja sang istrinya memarahi suaminya yang bertindak bodoh seperti itu, menurut pemikirannya , "rejeki sudah didepan mata mengapa engkau tidak membawanya pulang?" kata sang istri mengerutu.

Lalu sang istri tersebut pergi menghampiri rumah tetangganya dan kemudian bercerita mengenai kejadian yang dialami suami kepada sang tetangga.

"Baiklah aku akan mengambilkan kendi yang berisi uang perak tersebut diladangmu namun dengan syarat uang perak tersebut nantinya kita bagi dua," kata sang tetangganya menawarkan jasa.

Tentu hati sang tetangga menjadi senang hatinya setelah sang istri bapak petani setuju dengan usul yang diberikannya.

Dengan langkah yang mantap sekali dia pun lalu pergi menuju ladang sang bapak tani untuk mengambil kendi berisi uang perak.

Setelah sampai diladang bapak tani dia pun lalu mencari bekas galian cangkulan yang tadi pagi dikerjakan bapak petani, tidak memakan waktu lama dari bekas galian tersebut sebuah kendi yang cukup besar dia temukan dengan hati

penasaran dia pun lalu membuka tutupnya untuk melihat isinya, "Hah!!" dia pun hampir saja melempar kendi tersebut dari tangannya.

Ternyata isi kendi tersebut adalah seekor ular berbisa yang bisa mematikan bila dia dipatuknya, "Kurang ajar dia telah menipuku dan ingin mencelakaiku," katanya mendumel sekali hatinya.

"Akan aku balas apa yang telah engkau lakukan padaku," katanya dalam hati lalu kendi yang berisi ular tersebut dibawanya pulang dan ketika malam hari tiba, kendi tersebut dimasukkan kedalam lubang cerobong asap rumah sang bapak petani.

Besok pagi-pagi sekali kebiasaan sang bapak petani kalau bangun dari tidurnya kaget sekali mendapati kendi yang berisi uang perak yang dia pendam diladang telah ada tergelatak dalam lubang perapian rumahnya.

Lalu dia pun membuka isinya memastikan kendi tersebut masih berisi uang atau sudah kosong ternyata benar saja uang perak yang bagitu banyak masih terdapat dalam kendi.

Dia pun lalu memanggil sang istrinya yang masih tertidur pulas kemudian berkata, "setiap rejeki yang datang dari Tuhan untuk hambanya tidak akan salah sasaran, pergunakan dan simpanlah uang ini untuk keperluan keluarga serta menolong oarang yang membutuhkan pertolongan kita," katanya kepada istrinya.

Sang istri bapak petani sangat senang dan berjanji akan mengunakan uang tersebut dengan bijaksana serta uang sebanyak tersebut akan dipergunakan juga untuk menolong tetangganya yang kesusahan.

Pasrah serta berusaha keras dan jangan lupa berdoa kapada Tuhan, suatu saat hasil baik akan terwujud dikabulkan Tuhan, jangan sakali-kali mengambil barang yang bukan hak milikmu. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Tuesday, June 14, 2016

Sang Buaya Dan Sang Burung Penyanyi - Dongeng Yunani

Courtesy of pesucen.blogspot.co.id
dongeng anak dunia - Zaman dahulu kala tersebutlah dua ekor binatang yang sangat bersahabat erat, dia adalah sang buaya dan sang burung penyanyi, mereka setiap hari selalu bermain bersama atau bercakap-cakap dengan asyiknya, kehidupan mereka berdua begitu rukun.

Hari itu sang burung penyanyi sedang bertengger dihidung sang buaya sambil asyik bersenandung lagu sendu yang membuat sang buaya seperti dinina bobokan saja, rasa kantuk pun mulai datang menyerangnya.

Secara tiba-tiba sang buaya menguap, mulutnya terbuka sangat lebar sekali, tentu saja sang burung penyanyi yang sedang asyik bersenandung dihidungnya terpeleset dan langsung masuk kedalam mulutnya tertelan.

Tetapi kejadian tersebut tidak disadari sang empunya mulut tentu saja sang buaya merasa kehilangan sang teman karib yang biasanya selalu bertengger diatas hidungnya.

"Tidak seperti biasanya! pergi kemana kawanku siburung penyanyi?" bisiknya bergumam pelan sang buaya, lalu kepalanya dipalingkan kebagian ekornya namun sang burung penyanyi tidak nampak juga dibagian ekornya.

"Paling-paling dia mengajakku bercanda, main petak umpet!" gumamnya berseru, lalu dia pun naik dari sungai mencarinya didarat dalam semak belukar yang terdapat dipinggiran sungai tempat tersebut.

Setelah sekian lama mencarinya sampai sang buaya merasa kelelahan dia tidak menemukan sang kawan karibnya yang entah kemana perginya tanpa permisi.

Lalu sang buaya kembali lagi ketempat biasa, dia bersantai disungai yang airnya begitu tenang tempatnya semula.

Rasa kantuk yang tadi menyerangnya kini datang kembali lalu matanya ditutup untuk tidur siang, namun baru beberapa saat dia tertidur lalu terdengar senandung nyanyian yang begitu merdu terdengar keluar dari sela-sela mulutnya.

"Wow! aku bisa bernyanyi merdu lagi suaraku!!!" serunya kaget bukan kepalang, selama hidupnya baru kali ini sang buaya bisa bernyanyi dengan sangat merdu indah terdengar ditelinganya.

"Nanti tatkala sang burung penyanyi datang kemari, pasti dia akan senang dan kita akan bernyanyi bersama, nanti kita berdua akan menjadi lebih bergembira," bisik sang buaya kemudian.

Nyanyian merdu yang terus melantun terdengar keluar dari sela lubang tenggorokkan membuatnya menjadi semakin mengantuk saja, akhirnya dia pun menguak membuka mulutnya lebar-lebar kesempatan itu pun dipergunakan sang burung penyanyi untuk keluar dari perut sang buaya lalu bertengger kembali dihidung sang buaya.

Dan ketika sang buaya yang sedang mengantuk berat akan menutup matanya untuk tidur dilihatnya seekor burung yang tidak asing lagi baginya telah bertengger kembali dihidungnya.

http://robust-chemical.com/lemari-asam-lokal-kualitas-internasional/ .adv - Namun mimik muka sang burung penyanyi kali ini kelihatan sedang tidak bersahabat, dia sedang marah besar terhadapnya, "mengapa, ada apa?" kata sang buaya dalam hatinya.

"Ingat walapun engkau sahabatku tetap saja kalau mau membuka mulut mau menguak engkau harus memberitahuku dulu," kata sang burung penyanyi.

"Engkau tahukan! aku terjatuh lalu masuk kemulutmu, untung saja aku masih selamat dan masih hidup sampai sekarang," katanya lagi dengan ketus.

Sang buaya lalu berpikir sejenak, berarti suara senandung merdu yang barusan aku dengar bukan suaraku yang sedang bernyanyi? kata sang buaya.

"Mana bisa engkau bernyanyi merdu dengan suara sembermu itu" kata sang burung penyanyi sambil mencibir.

Mendengar sang burung penyanyi berkata seperti itu hati sang buaya menjadi sangat sedih sampai meneteskan air matanya, "Aku telah berpikir bahwa suara yang tadi kudengar adalah suaraku sendiri, sehingga aku merasa begitu Sangat girang sekali," katanya kepada sang burung penyanyi sahabat karibnya.

"Oh, nasibku begitu malang tidak bisa bernyanyi seperti engkau yang mempunyai suara yang begitu merdu dan indah,"

Sang buaya berkata sambil menangis mengeluarkan air mata.

Sang burung penyanyi sahabat karib yang begitu sangat sayang kepada sahabatnya menjadi iba melihat sang buaya menangis tersendu-sendu.

Lalu dia pun sang burung penyanyi mencari akal agar sang buaya sahabatnya menjadi tenang kembali, lalu berkatalah sang burung penyanyi dengan lembut.

"Bagaimana kalau engkau membuat gelembungan saja dan biarkan aku saja yang akan bernyanyi lagu-lagu merdu untukmu,"

Sang burung penyanyi berkata sambil matanya melihat sang sahabatnya yang sedang bersedih hati sang buaya.

Sang buaya pun setuju lalu mencelupkan moncongnya kedalam air lalu membuat gelembung-gelembung dengan meniupkannya

Secara pelan-pelan maka keluarlah gelembung air dengan suara riaknya.

Suara percikkan gelembung air yang pecah serta suara yang tercipta dari tenggorokan sang buaya tatkala meniup

Menjadikan irama yang pas dipadu nyanyian sang burung penyanyi yang sangat merdu.

Dari mulai saat itu mereka berdua sering melakukan nyanyi bersama-sama dengan panduan suara nyanyian dan suara

Percikkan serta suara gelembung air yang pas bila didengarkan dengan seksama suara alam yang begitu indah nian.

Kawan atau sahabat yang baik akan selalu ada serta akan terus membantu dengan tenaga dan pemikiran yang berguna,

Maka jadilah sahabat atau kawan yang saling membantu dalam keadaan suka maupun duka. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Monday, June 13, 2016

Sang Kuda Dan Sang Anjing - Dongeng Korea

Courtesy of www.chanelmuslim.com
dongeng anak dunia - Tersebutlah pada zaman dahulu kala tentang persahabatan dua ekor binatang yang begitu erat antara sang kuda yang hatinya selalu sabar dan sang anjing yang kadang-kadang suka usil dengan ulahnya.

http://robust-chemical.com/lemari-asam-lokal-kualitas-internasional/ .adv - Mereka begitu erat bersahabat, dapat dilihat dari kebiasaan kesehariannya. Kalau sang kuda sedang makan rumput di padang rumput maka sang anjing akan setia menunggunya sambil rebahan di rumput.

Dan sebaliknya ketika sang anjing sahabat sang kuda sedang makan, maka sang kuda dengan sabar sambil menunggu sang anjing selesai makannya.

Kebiasaan ini terus berlangsung antara dua sahabat erat ini, mereka pun selalu pergi kemana-mana bersama-sama, maka bisa dikatakan kalau ada kuda pasti ada anjing.

Pada suatau hari mereka berdebat dalam sebuah perbincangan hangat, "Kuda, sahabatku! aku dengar manusia selalu meledek temannya sesama manusia dengan sebutan senyuman kuda," sang anjing yang usil tiba-tiba nyeletuk dengan ucapan usilnya.

Namun sang kuda tidak menjawab dengan kata-kata atau ucapan sang anjing, dia hanya menjawab dengan tersenyuman-senyum saja sebab dia tahu sang anjing sedang ingin meledeknya.

"Menurutmu apakah senyuman kudamu itu menarik atau sangat menjijikan sekali?" tanya sang anjing nyeletuk kembali dengan ucapan isengnya.

Barulah sang kuda menjawab menimpali ucapan iseng sang anjing sahabatnya, "Namanya juga manusia ada-ada saja yang mereka bicarakan tentang diriku," kata sang kuda berkata sekenanya.

Mendengar jawaban sang kuda sahabatnya yang tidak begitu merespon ledekkannya, sang anjing jadi tidak begitu bergariah lagi untuk meledek sang sahabat baiknya dia akhirnya rebahan di rumput.

Sang kuda tahu sang anjing malas untuk berkata-kata lagi untuk itu dia memulai kembali memanasi suasana siang itu dengan berkata demikian, "Sahabatku anjing! saya pun sering mendengar manusia menuduh temannya dengan menyebut,

senyumanmu seperti anjing saja, menurutmu apa arti dari kata-kata manusia itu?" bertanya sang kuda.

Tentu saja sang anjing merasa terpukul dengan pertanyaan tersebut, "Dasar manusia, dia bisa-bisanya hanya mencaci-maki bangsaku saja padahal mereka sendiri bertingkah laku sangat jahat." kata sang anjing

"Mereka sering mengikat dan membakar hidup-hidup sampai membunuh bangsaku dengan sangat kejam tanpa belas kasihan sama sekali," kata sang anjing melanjutkan kata-katanya.

"Harusnya engkau tahu sahabatku sang kuda, senyuman anjing mejelang dibakar adalah senyuman penuh penderitaan bukannya senyuman kegembiraan yang tersungging," sang anjing berkata-kata penuh dengan kepahitan hidup bangsanya.

Namun dalam hatinya sang anjing menjadi sangat benci terhadap sahabatnya sang kuda yang telah membangkitkan kebencian dan rasa sakit yang diderita oleh bangsa anjing, terhadap sebagian manusia-manusia yang telah kejam serta jahat dalam bertindak.

Pada suatu hari sang anjing mau mengadakan pesta besar di rumahnya, sang kuda yang mendapatkan undangan tentu saja akan hadir dipesta besar sahabatnya, satu kado pun telah dibawanya dalam bungkusan besar dedak padi yang telah dicampur garam.

Dan sampailah sang kuda di rumah sang anjing, terlihat yang sudah hadir banyak sekali namun diantara mereka ada beberapa yang dia kenal antara lain, Bapak kambing yang umurnya sudah cukup tua, sang lembu atau sapi yang berbadan besar dan juga sang kerbau yang ukuran badannya besar pula.

"Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat serta saudara-saudaraku tercinta. Dengan ini acara pesta segera saya mulai, untuk itu saya mohon dengan sangat hormat semua yang hadir dalam pesta ini untuk duduk dengan rapih serta teratur," kata sang anjing dalam pidato sambutannya.

"Semenjak aku lahir kedunia ini serta dari zaman dahulu para nenek moyangku, rasanya belum pernah mendengar mereka duduk, wah bagaimana ini?" sang bapak kambing sangat kerepotan untuk duduk.

"Waduh bagaimana ini! aku pun selama hidup belum pernah duduk, tetapi kita sebagai tamu undangan harus menghormati sang tuan rumah," berkata sang kuda yang sangat kesusahan ketika mau duduk.

"Apakah sang anjing tidak tahu aku tidak dapat duduk?" tanya sang lembu atau sapi kepada seluruh temannya yang sedang berusaha untuk duduk.

"Iya aku pun menjadi tidak enak, mengapa aku yang tidak biasa duduk disuruh duduk juga oleh tuan rumah sang anjing." kata sang kerbau yang berbadan besar.

Sang anjing yang sedang sibuk didapur untuk mengambil hidangan-hidangan tertawa terbahak-bahak tatkala melihat kejadian tersebut sambil berkata dalam hatinya, "Rasain kau semua," katanya.

Sang anjing keluar dari dapur sambil menenteng banyak makanan lalu berkata, "Silahkan anda sekalian duduk-duduk dengan santai sambil menikmati makanan yang telah saya sediakan, mengapa kalian semua kelihatan gelisah?, apakah ruang yang saya tata rapih ini mewah?" tanya sang anjing penuh kepuasan.

Semua tamu yang ada hadir disitu hanya terdiam, meraka semua mencoba untuk bisa duduk dengan enak, namun apa yang terjadi?

Sang kambing sengaja selonjorkan kaki belakangnya dengan kaki depan ditahan dengan cara ditopang namun punggung seakan-akan mau patah menahan pegal.

Sang kuda pun mengikuti cara yang dilakukan sang kambing, namun lain halnya dengan sang kerbau yang berbadan sangat besar, dia terguling-guling karena kaki depan tidak sampai untuk menopang badannya karena terhalang oleh perut gendutnya.

Dan terakhir apa yang dialami sang lembu atau sapi, dia begitu melenguh-lenguh karena napasnya sesak menahan berat badan bagian atasnya yang begitu berat ketika sedang duduk.

Dan pada akhirnya seluruh tamu yang merasa dipermainkan sang anjing menjadi marah sekali, tatkala sang anjing itu sendiri tertawa-tawa ketika berada didapur.

Sang kuda yang pertama marah karena merasa dia adalah sahabat dekatnya sang anjing, "berani sekali kau! mempermainkan kami sekalian, nih rasian!" serunya sambil kaki menendang sang anjing sahabatnya dengan kaki belakangnya.

Yang lain tentu saja pada terpancing emosi dengan serentak mereka mau mengeroyok sang anjing namun sang anjing dengan sangat gesit kabur dari tempat tersebut sekencang-kencangnya.

Semenjak kejadian tersebut persahabat erat antara sang anjing dan sang kuda tidak terjalin lagi, mereka sekarang bagaikan musuh bebuyutan saja dan sampai sekarang pun sang anjing tetap dendam terhadap kuda, kambing, sapi atau lembu dan kerbau sehingga dia akan selalu menggonggong tatkala berjumpa dengan mereka.

Jadilah sahabat atau kawan yang baik, luruskan serta bersihkan hatimu dari rasa iri dan juga dendam, sebab ketulusan hati seorang sahabat sejati akan melebihi ketulusan hatinya seorang saudara. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Tuesday, June 7, 2016

Sang Kancil Dan Sang Kerbau Dungu - Dongeng Indonesia

Courtesy of bapersip.jatimprov.go.id
dongeng anak dunia - Tersebutlah pada zaman dahulu kala saat semua binatang yang ada dimuka bumi ini bisa bicara satu sama lain, terlihat seekor kancil yang sedang berjalan-jalan disekitar ladang.

http://robust-chemical.com/lemari-asam-lokal-kualitas-internasional/ .adv - Bapak petani telah menanam ketimun, kini telah tumbuh dengan subur-suburnya serta besar-besar yang siap untuk dipetik atau dipanen, luas ladang yang membentang tersebut milik beberapa para petani.

Namun dari setiap ladang tersebut sang tuan pemilik ladang Bapak petani selalu siap menjaga ladangnya yang sering kecolongan binatang-bintang pencuri yang selalu datang menyatroni kebun ladangnya.

Sang kancil jalan dengan mengendap-endap mencari kesempatan lengah dari sang empunya ladang ketimun tetapi sampai lama menunggu dia tidak mendapatkan kesempatan yang diharapkan.

Akhirnya karena sampai siang hari, jangankan mencuri ketimun, mencuri kesempatan lengah pun dia tidak mendapati, sang kancil akhirnya berlalu meninggalakn ladang ketimun milik sang Bapak petani.

Dalam perjalan pulang sang kancil berpikir bagaimana caranya bisa lolos dari pengawasan sang Bapak petani pemilik ladang kebun ketimun, dan langkahnya seketika terhentik, mana kala dia bertemu seekor sapi yang sedang makan rerumputan dipinggir hutan.

Lalu sang kancil pura-pura bertanya, "Oh rupanya engkau sedang asyik makan rumput, Ya?" tanya sang kancil.

"Iya, kesinilah kita sama-sama makan rumput hijau ini," sang sapi menjawab sambil terus mulutnya memamah rumput hijau kesukaannya.

"Maaf kawan aku tidak terlalu suka dengan rumput yang sedang engkau makan, sebaliknya kalau engkau mau, makan ketimun makanan kesukaanku!" kata sang kancil.

"Ketimun, dimana ada ketimun?" Tanya sang sapi kepada sang kancil.

"Tentu saja disana di ladang milik Bapak petani yang menanamnya," sang kancil menjawab sambil tanganya menunjukkan tempat dimana tadi dia berada.

"Yah, punya Bapak petani, tidak mau ah! ketimun itu sengaja ditanamnya, aku tidak berani mencuri kepunyaan orang," sang sapi tidak mau diajak mencuri ketimun.

"Kalau begitu aku pamit saja, karena engkau tidak mau diajak makan ketimun," sang kancil pergi meninggalkan tempat sang sapi yang sedang asyik makan rumput.

Tidak lama ketika dia berjalan dari tempat sang sapi, bertemulah sang kancil dengan seekor kambing yang sedang asyik pula memakan daun, tidak menghiraukan kiri-kanannya tempat dia berada.

"Wah, wah! asyik benar engkau makan daun-daun itu, sampai lupa ada kawan yang berkunjung ditempatmu!" seru sang kancil kepada sang kambing.

"Oh! engkau kawanku kancil, silahkan sini makan bersamaku," kata sang kambing dengan ramahnya.

"Oh, terima kasih tetapi aku tidak suka daun yang sedang engkau makan itu," sahut kancil.

"Jangan takut kawan, aku pun mengerti mengapa engkau tidak mau makan daun ini karena takut kena marah sang bapak petani yang menanam pohon-pohon ini, ya?" tanya sang kambing.

"Jangan takut kawan bapak petani tidak akan marah asalkan aku tidak merusak batang pohonnya," kata sang kambing lagi kemudian menjelaskan kepada sang kancil.

"Ya,,,ya, aku mengerti sekarang mengapa engkau makan daun tersebut dengan sangat hati-hati, namun aku sama sekali tidak berselera untuk makan daun tersebut tetapi aku ingin sekali makan ketimun hari ini," kata sang kancil.

"Ketimun! aduh aku sama sekali tidak berani, Bapak tani telah melarangku memakannya. Karena ketimun yang mereka tanam nantinya akan dijual kepasar untuk menambah penghasilannya," sang kambing menjelaskan kepada sang kancil.

"Namun aku akan mengambil beberapa buah saja tidak akan banyak-banyak hanya sekedar ingin mencicipi saja," kata sang kancil menjelaskan.

"Itu terserah engkau saja, aku telah memperingatimu kalau terjadi apa-apa terhadapmu," kata sang kambing menjawabnya lagi sambil tetap asyik makan.

"Baiklah kalau engkau tidak mau diajak kerja sama, aku pergi mencari teman yang mau diajak mengambil ketimun," kata sang kancil lalu berlalu dari tempat sang kambing yang sedang makan.

Sang kancil memang merasa ngeri kalau harus mencuri ketimun sendirian dia takut akan ancaman sang Bapak petani yang telah benci terhadapnya karena sering mencuri ketimun di ladangnya.

Bapak petani pun telah mengancam sekiranya pada suatu hari dapat menangkap basah dirinya, dia akan memenggal kepalaku karena kemarahan dan kebenciannya, sehingga sang kancil telah berjanji untuk tidak mencuri ketimun di ladang Bapak tani lagi.

Sambil melangkahkan kakinya sang kancil berpikir siapakah kawan yang mau bekerja sama mencuri ketimun yang begitu lezat menggoda selera makannya.

Lalu kakinya pun menuntunnya pada sebuah kubangan, dilihatnya seekor kerbau sedang berkubang didalam lumpur kotor kubangan tersebut, terik mentari membuat sang kerbau tidak kuat kepanasan akhirnya berkubang mandi lumpur.

"Hai kawanku kerbau! sedang apakah engkau berada didalam lumpur?" tanya sang kancil berteriak dari pinggir kubangan.

"Oh,,,sahabatku! aku sedang mandi lumpur, matahari siang ini begitu panas," jawab sang kerbau.

"Bukankah engkau akan bertambah kotor dengan mandi lumpur?" tanya sang kancil.

"Tidak masalah aku akan mandi lagi dengan air sungai yang mengalir bersih, kalau engkau kepanasan mari ikut denganku mandi lumpur," ajak sang kerbau.

"Tidak-tidak terima kasih aku tidak ingin badanku menjadi kotor karena lumpur," sahut sang kancil.

"Baiklah kalau engkau tidak mau mandi bersamaku, tidak apa-apa," kata sang kerbau sambil tetap asyik badannya berendam dalam lumpur basah kubangan.

"Hari sudah siang begini, apakah engkau sudah makan siang?" sang kancil bertanya.

"Belum, apakah engkau akan memberiku makan siang yang enak?" tanya sang kerbau dengan mimik muka senang ketika mendengar soal makanan disebut-sebut.

"Jangan takut mau makanan enak, tentu saja ada disana," kata sang kancil sambil tangannya menunjuk kearah ladang Bapak tani.

"Disanakan ladangnya Bapak tani?" tanya sang kerbau heran.

"Betul sekali, ketimun besar-besar dan enak-enak hilanglah rasa lapar dan juga rasa haus kalau engkau dan aku memakannya," sang kancil berkata sambil membayangkan betapa nikmatnya ketika makan ketimun.

"Aku tidak berani mengambilnya apa lagi mencurinya," kata sang kerbau.

"Mengapa tidak berani, kita hanya mengambil beberapa buah saja tidak akan mengambil banyak-banyak tentu saja Bapak petani tidak akan keberatan," kata sang kancil merayu sang kerbau dengan tipu muslihatnya.

"Oh begitu baiklah kalau begitu," sang kerbau dengan sangat dungunya telah terjebak ucapan sang kancil yang cerdik.

"Kita berjalan bersebelahan, aku yang akan memetik buah ketimun engkau jangan terlau cepat berjalan kita harus berjalan tetap sejajar supaya Bapak tani tidak melihatku kerena terhalang badanmu yang besar ketika aku memetik," kata sang kancil memberi petunjuk.

"Oh begitu, baiklah aku setuju," kata sang kerbau, mereka pun lalu berjalan berdua menuju ladang ketimun milik Bapak Tani.

Bapak petani aman-aman saja ketika melihat sang kerbau berjalan diladangnya, dia tidak merasa curiga kepada sang kerbau sebab sang kerbau tidak pernah makan ketimun maupun merusak ladang miliknya.

Dengan cepat sang kancil pun memetik buah ketimun sambil berjalan disamping sang kerbau yang menghalangi dirinya dari pandangan sang Bapak petani.

Setelah ketimun didapatkan cukup banyak mereka berdua pun lalu mencari tempat untuk makan hasil curiannya disuatu tempat yang sangat aman.

"Akalmu memang sangat cerdik kawanku, kancil," kata sang kerbau sambil menyantap ketimun dengan nikmatnya.

"Tentu saja aku dapat mengelabui sang Bapak tani, makanya aku akan mengajakmu setiap hari," kata sang kancil bangga.

Pada keesokkan harinya sang kancil mengajak kembali sang kerbau untuk mencuri ketimun dan mereka pun dengan senang hati menikmati hasil dari mencurinya.

Pada hari itu mereka berdua telah dua kali mencuri ketimun dari ladang Bapak tani, tentu saja sang Bapak tani menjadi curiga melihat sang kerbau yang sudah dua kali melewati jalan yang ada diladang tidak seperti hari biasanya.

Untuk itu sang bapak petani pun memeriksa ladang ketimunnya, "Astaga,,,,!" serunya ketimun yang besar-besar siap panen telah banyak yang hilang, pikiran tertuju pada sang kerbau yang telah mengambilnya.

"Mungkinkah sang kerbau yang mencuri ketimunku," guman sang bapak petani.

"Binatang yang secerdik kancil pun sudah tidak berani mencuri ketimunku," katanya.

"Engkau malah berani menantangku, lihatlah nanti bila tertangkap aku akan memberikan hukuman yang setimpal," sang bapak petani menggerutu marah dengan ancamannya.

Dan hari berikutnya sang kancil yang telah janjian dengan sang kerbau untuk mencuri ketimun mulai beraksi kembali, mereka tidak mengetahui sang Bapak petani yang curiga dan telah siap dengan perangkapnya.

Seperti biasa sang kerbau yang menghalangi sang kancil dari penglihatan atau pandangan sang Bapak petani yang berjalan pelan disamping sang kancil, beberapa buah ketimun telah didapatinya ditangan sang pencuri handal.

Namun dari kejauhan sang Bapak petani datang mendekat ditangannya telah siap tambang serta sebuah pecut yang siap digunakan untuk menghajar sang kerbau yang dicurigai pencurinya.

Tentu saja sang kerbau menjadi sangat ketakutan lalu berkata berbisik kepada sang kancil, "celaka bapak petani telah datang melangkah kemari, kearah kita" kata sang kerbau.

"Santai saja kawan, tetap berjalan pelan-pelan saja jangan sampai menimbulkan kecurigaan Bapak petani," sahut kancil.

"Dan ini bagian hasil dari ketimun yang telah aku dapatkan," kata sang kancil, satu tumpukan ketimun diserahkan kepada sang kerbau lalu tanpa pamit lagi kepada sang kerbau dia berlari meninggalkan ladang Bapak petani sambil membawa hasil bagiannya yang telah dibagi dua.

Saat itu bapak petani telah ada dihadapan sang kerbau, "rupanya engkau yang telah mencuri ketimun-ketimunku, pantas saja tidak seperti biasanya engkau sering mondar-mandir dijalanan ini?" sang Bapak petani sangat marah sekali.

"Bukan-bukan aku! aku tidak berani mencuri ketimun-ketimunmu, tetapi sang kancillah yang mencurinya!" kata sang kerbau ketakutan.

"Itu yang ada disampingmu apa?" berteriak sang Bapak petani sambil telunjuknya mengarah kepada tumpukkan ketimun-ketimun yang ada disamping sang kerbau hasil bagian dari sang kancil yang telah menghilang lari meninggalkannya.

"Dan lagi sang kancil tidak mungkin berani mencuri ketimunku dia sudah berjanji tidak akan mencuri lagi," kata sang Bapak petani kemudian, dia tidak percaya pada ucapan sang kerbau yang menuduh sang kancil.

Sang kerbau kini tidak bisa lagi mengelak, barang bukti satu tumpukkan ketimun ada disampingnya, sekarang tidak bisa berkutik lagi, namun hatinya sangat marah kepada sang kancil yang tidak bertanggung jawab.

"Dan sabagai hukuman atas tindakkanmu! engkau mulai sekarang harus membajak sawah-sawahku yang ada diseberang sana," kata sang Bapak petani sambil menunjuk kearah sawah-sawahnya yang terhampar luas.

"Baiklah aku menerima hukumanmu tetapi dengan satu syarat, engkau harus memberiku makanan yang cukup, biar tenagaku tetap terjaga," kata sang kerbau mengajukan syarat.

"Tentu saja aku akan memberimu makan setelah selesai bekerja," jawab Bapak petani setuju atas syarat yang diajukan sang kerbau.

Sejak kejadian tersebut sang kerbau bekerja sebagai pembajak disawah-sawah kepunyaan Bapak-Bapak petani sampai saat sekarang ini.

Maka janganlah kita tertipu dengan ajakkan yang menggiurkan walaupun dari seorang teman sebab belum tentu ajakkan tersebut benar dan bermanfaat, bisa saja menjerumuskan kita kedalam kesengsaraan. Berpikiran matang-matang sebelum bertindak adalah hal terbaik bagi kita. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Friday, June 3, 2016

Sang Raja Harimau Dan Kera - Dongeng Yunani

Courtesy of www.wowkeren.com
dongeng anak dunia - Zaman dahulu kala tersebutlah cerita tentang seekor Harimau sang Raja hutan yang sangat terkenal dengan kegagahannya namun dapat tertipu seekor binatang kecil yang cerdik, dialah sang Kancil binatang yang telah membuat sakit hatinya.

http://robust-chemical.com/lemari-asam-lokal-kualitas-internasional/ .adv - Rasa dendam yang ada dilubuk hati sang Harimau yang berkuasa atas rimba belantara telah menimbulkan pemikiran serta pertanyaan dalam benaknya, "bagaimanakah caranya agar dapat membalas sakit hati kepada sang Kancil.?

Tingkah laku yang selalu marah-marah dari Raja hutan tersebut telah menjadi pengamatan dari seekor ajudan setia sang Serigala sehingga dalam satu kesempatan diapun bertanya kepada tuan Raja.

"Apakah gerangan yang membuat hati tuan Raja gelisah seperti sekarang?" tanya sang Serigala kala itu.

"Aku masih menaruh dendam terhadap si Kancil yang telah menipuku tempo dulu!" berkata sang Raja dengan sangat geramnya.

"Kita semua tahu dimana tempat tinggal sang Kancil, kita datangi saja tempatnya tuan Raja," berkata sang Serigala, memberikan saran.

"Alas Purwa, akupun tahu tempatnya Serigala!" seru Raja kembali, "namun,,,,,," sang Raja tidak bisa meneruskan kata-katanya.

"Namun apa Tuanku Raja?" sang Serigala semakin penasaran dari kata namun yang tidak diteruskan sang Raja hutan Harimau.

"Aku telah terikat perjanjian nenek moyangku dulu yang tidak bisa aku langggar, sebagai rasa hormatku kepada leluhurku," ucap Raja kepada sang Serigala.

"Hamba semakin tidak mengerti saja apa yang tuan Raja katakan?" kata sang Serigala.

"Zaman dahulu kala hutan ini diperintah leluhurku yang sangat sakti dan gagah perkasa sehingga dia menjadi Raja yang sombong atas kesaktiannya." kata sang Raja.

"Leluhurku manjadi Raja yang selalu bertindak semena-mena terhadap rakyatnya karena kesombongan yang telah menguasi dirinya." katanya kembali.

"Suatu ketika nasib sial telah datang kepada sang Raja sakti yang menjadi leluhurku, dia terjebak dalam sebuah lumpur isap yang bisa menghisap apapun yang masuk kedalamnya," kata sang Raja.

"Dan akhirnya walaupun dia begitu hebat juga sakti tetapi tidak bisa berbuat apa-apa melawan sang lumpur, selain minta pertolongan kala itu," kata sang Raja.

"Namun siapa yang perduli dengan nasib Raja sakti nan jahat tersebut, tidak ada seekor binatang pun yang mau menolongnya yang pada akhirnya datangnya seekor Kera yang sangat pintar dan bijak mendekat tempat tersebut," kata sang Raja.

"Sang Kera mau menolongnya tetapi dengan perjanjian yang harus ditaati selamanya, karena sudah tidak ada lagi jalan keluar untuk menyelamatkan diri, akhirnya leluhurku Raja hutan menerima perjanjian sepihak dari sang Kera," berkata sang Raja hutan Harimau.

"Dalam perjanjian tersebut sang Kera meminta menjadi Raja dari Alas Purwa sepenuhnya dan tidak boleh diganggu untuk selamanya dan yang kedua adalah bangsaku Harimau sampai sekarang generasiku tidak boleh memangsa bangsa Kera, itulah isi dalam perjanjian tersebut," sang Raja hutan mengakhiri riwayat ceritanya.

"Oh, begitu Tuanku Raja, hamba baru mengerti kalau begitu," kata sang Serigala.

"Ya begitulah Serigala aku tidak bisa melanggar perjanjian tersebut," kata sang Raja hutan Harimau.

"Tapi apakah tuan Raja tidak bisa minta izin sang Raja Kera untuk menangkap sang Kancil di wilayah kekuasaannya?" kata sang Serigala menghasutnya.

"Bisa saja tetapi apakah Sang Raja Kera akan memberikan izin rakyatnya untuk dibunuh di Kerajaannya?, itu tidak mungkin dan tidak masuk akal, mereka pasti akan melindungi rakyatnya dari tindak kekerasan yang dilakukan dari luar negerinya," sang raja Hutan Harimau menjawab tegas.

"Akupun akan bertindak sama bila mana ada penyusup dari luar yang akan bertindak keras terhadap rakyatku," tegasnya lagi.

"Tapi menurut hamba, sang Raja Kera akan takut terhadap Tuan Raja loreng yang sudah terkenal akan kehebatannya," kata-kata teror untuk menghasut telah ditebar kembali sang Serigala yang berhati selalu iri dan benci kapada sang Kancil.

"Maaf bukan masalah takut atau tidaknya sang Raja Kera terhadapku namun aku tidak ingin mengecewakan leluhurku, aku akan menunggu saja saat dimana aku bertemu dengan si Kancil yang bukan diwilayah hutan Alas Purwa tetapi dimana saja," tegas sang Raja hutan Harimau tidak terpancing kata-kata menghasut dari Serigala.

Serigala pun yakin tuan Raja Harimau tidak akan terhasut ucapannya, untuk itu dia pun lalu undur diri dari hadapan Raja dengan alasan masih banyak pekerjaan yang menyangkut hal lainnya dari urusan kerajaan yang diembannya.

Pikirkanlah seluruh ucapan-ucapan dari siapa pun, jangan sampai kita langsung percaya, jadikanlah semua tindakkan dengan pikiran yang tenang juga bijak serta selalu memilih jalan yang lurus. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Wednesday, June 1, 2016

Sang Semut Dan Sang Belalang Pemalas - Dongeng Inggris

Courtesy of plus.google.com
dongeng anak dunia - Tersebutlah belantara hutan yang sangat lebat, tempat tinggalnya satu koloni besar semut sang pekerja ulet yang selalu bekerja siang malam untuk kesejahteraan kelompoknya.

Bahu membahu dalam bekerja sudah menjadi ciri khas dari kebiasaan sang semut yang telah mereka lakukan sejak dari zaman dahulu kala yang telah menjadi satu adat kebiasaan yang tidak pernah mereka tinggalkan sampai zaman sekarang.

Namun di hutan itu masih banyak binatang jenis serangga lainnya yang tinggal berdekatan dengan koloni semut tersebut yang selalu bekerja dengan rajin dan sangat giat.

Ring-ring adalah nama seekor serangga laba-laba yang ahli dalam menenun kain sutra dengan jaringnya tanpa mengenal waktu, untuk menghasilkan berbagai macam kain untuk dijual.

kain-kain tersebut nantinya akan dijahit lalu dijadikan bahan membuat mantel atau gaun pesta bagi para serangga-serangga yang memesannya.

Serta Mada, nama serangga dari jenis kaki seribu yang bekerja sebagai pengantar para serangga-serangga lainnya ketempat-tempat bekerja atau tempat-tempat lain yang mereka tuju dengan cepat, aman, serta bayaran yang cukup terjangkau atau murah.

Juga ada Lala dan Lola, sang lalat pembersih yang bertugas membersihkan sampah-sampah diseluruh tempat area pemukiman serangga yang terdapat dibelantara lebat tersebut dengan sangat rajin dan giat pula.

Namun dari semua serangga yang tinggal di hutan belantara lebat tersebut, ada satu serangga yang sangat malas sekali dalam bekerja, dialah sang belalang yang bernama si Kiko.

Kerjanya hanyalah menghayal dengan cita-citanya yang sangat tinggi tanpa sedikit pun mau berusaha keras dengan semua yang diingikannya.

Dia pemain biola yang handal yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya, ketika sang Kiko telah hanyut dalam permainan biola mautnya yang akan memukau para pendengar yang mendengarkannya menurut khayalan pada dirinya.

Banyak sudah lirik-lirik syair lagu yang sudah ditulis sang seniman belalang Kiko, dia sudah yakin benar suatu saat seluruh hutan akan mengenal dirinya sebagai musisi besar yang sangat populer bahkan terkenal keseluruh dunia, itulah cita-cita tinggi sang pemalas si belalang Kiko.

Namun ada hal lain yang sangat disesali semua sahabat-sahabatnya yang mengenalnya, si Kiko tidak pernah mau mendengarkan nasihat orang lain atau sahabat dan kawannya, dia selalu egois merasa dirinya yang paling hebat serta paling pintar.

Dalam hatinya, dia selalu berpikir hanya dialah yang paling tahu mengenai musik yang digeluti serta masa depan tentang karir yang sedang dirintisnya, tidak satu pun masukkan atau nasihat semua sahabatnya yang didengarkan olehnya.

Semua yang mengenal si Kiko memang sangat salut dengan kerasnya keinginannya, namun sayang kemampuannya tidak sekeras cita-citanya, dia hanya sebatas mengetahui atau mengenal saja yang namanya seni musik.

Waktu terus berlalu tidak mengenal lelah untuk berjalan, sang waktu berjalan begitu cepat melindas semua penghuni alam dunia ini, tidak terasa musim gugur hampir mau meninggalkan penghuni hutan belantar dan beralih ke musim dingin.

Seluruh penghuni hutan telah jauh-jauh hari dari awal bekerja dengan sangat giatnya mempersiapkan perbekalan untuk menyambut musim dingin yang panjang.

Begitu pun keluarga semut sudah sejak dari musim gugur koloni ini mempersiapkan segala keperluan menjelang musim dingin, apa lagi keluarga semut memang sudah sejak dulu paling terkenal dengan sebutan pekerja tangguh yang sangat rajin dan giat dalam berusaha.

namun apa yang sedang dilakukan sang belalang Kiko, dengan asyiknya dia masih bergulat bersama biola kesayangannya tetapi satu lagu pun yang diciptakannya tak kunjung selesai-selesai.

Suatu hari seekor semut lewat di depan rumahnya, "Hai sahabatku! mengapa engkau hanya diam saja tidak bekerja untuk persiapan musim dingin?" bertanya sang semut tersebut.

Si Kiko menjawab, "Kau tahu apa mengenai aku yang sudah digariskan akan menjadi seorang musisi besar yang dikenal seluruh dunia, bukan seperti engkau yang hanya seekor kuli angkut....hahhahaha," sang Kiko menjawab dengan congkaknya.

"Baiklah aku hanya mengingatkan saja sebab aku sebagai kawanmu dan kebetulan aku lewat rumahmu, tapi ingat tanpa persiapan untuk musim dingin akan membuat hidupmu susah, bisa saja engkau akan mati kelaparan," kata semut itu dengan sabar memberi nasihat kepada si Kiko.

"Apa, kawanmu?. Aku rasa selama tinggal disini aku tidak pernah punya kawan sepertimu dan aku sendiri tidak akan pernah mau berkawan denganmu, kamu juga tahukan aku calon orang besar yang tidak sepantasnya berkawan dengan hewan sepertimu, pergilah dari hadapanku jangan buat seluruh imajinasiku untuk menciptakan sebuah lirik lagu hilang gara-gara kehadiranmu." Dengan perlakuan kasarnya, dia pun menghardik sang semut yang berbaik hati kepadanya.

Sang semut yang baik hati itu pun berlalu dari depan rumah belalang sombong si Kiko dengan perasaan sakit hati, maksud baiknya untuk menasihati sang tetangga yang tinggal berdekatan malah mendapatkan cacian dan makian serta hinaan yang keterlaluan kepadanya, kecewalah sekarang sang semut terhadap sang belalang.

Semua hewan serangga telah masuk rumahnya dengan perasaan yang begitu nyaman sebab perbekalan yang cukup telah tersedia, libur panjang istirahat dari semua pekerjaan yang setiap hari selalu ditekuninya.

Dengan rajin mereka semua menikmati hari-hari dengan bersantai bersama istri dan anak-anaknya selama musim dingin yang panjang. Wow!!! indah sekali.

Namun hal sebaliknya terjadi kepada sang belalang pemalas, dia tidak punya sedikit pun perbekalan makanan. Akhirnya dia pun hidup menjadi peminta-minta dari satu rumah kerumah yang lainnya umtuk tetap bertahan hidup.

Dan yang lebih membuat nasibnya begitu malang, sang belalang pemalas si Kiko harus tidur disembarang tempat karena sekarang dia tidak mempunyai rumah lagi, sehingga dengan terpaksa dia pun tidur dimana saja sambil melawan hawa dingin yang begitu mencekam.

Dan pada akhirnya sampailah si Kiko disebuah rumah semut yang cukup besar dan kelihatan sedikit mewah, "Tuan semut sahabatku yang baik hati!! tolonglah aku yang kelaparan ini, berilah sedikit makanan," kata si Kiko memelas sekali.

"Sahabat, dalam hidupku aku tidak pernah mempunyai sahabat pengemis dan harus engkau tahu makananku tidak akan aku berikan kepada siapa pun kecuali untuk keluargaku sendiri," kata sang semut menjawab.

Sang belalang Kiko hanya terdiam mendengar jawaban sang tuan rumah yang tidak akan memberikan dia sedikit pun makanannya.

Tetapi kemudian sang Tuan rumah semut berkata kembali, "Kenapa dengan bekal makananmu sampai-sampai engkau mengemis?" Tanya sang semut kemudian.

Ternyata semut tersebut telah mengenali belalang, dia yang dahulu mampir didepan rumahnya yang dimaki-maki serta dihardik sang belalang sombong tatkala memberikan nasihat, namun sang semut pura-pura tidak mengenalinya untuk membalas sakit hatinya.

"Oh mengenai itu....selama musim gugur aku tidak ada waktu untuk mencari bekal persiapan musim dingin sebab sebagai seniman aku terus sibuk menulis syair dan lirik lagu," jawab sang belalang Kiko dengan mantap.

"Berarti engkau telah hebat membuat dan menulis lagu dong?" Bertanya sang semut dengan mimik muka mengejeknya.

"Tentu saja satu buah lagu telah aku selesaikan dengan liriknya yang begitu bagus dan indah," si kiko bangga ketika sedang berbicara sambil tersenyuman.

"Tepat sekali!!" seru sang semut. "Sekarang waktunya engkau memainkan lagu ciptaanmu dengan riang gembira, semoga saja lagu tersebut akan membuat dirimu tidak kelaparan dan juga bisa membuatkan rumah untuk kamu tempati dengan nyaman," kata sang semut sambil tersenyum pahit penuh ledekkan lalu menutup pintu rumahnya serta menguncinya rapat-rapat.

Kesombongan yang dulu dia perbuat kepada orang lain telah menjadikan dirinya sengsara dengan segala sifat buruk masa lalu yang begitu angkuh tidak pernah mau menurut nasihat sahabat-sahabatnya yang telah datang dengan maksud baik.

Sekarang dirinya sendiri yang merasa sangat hina serta rendah dihadapan mereka, sekarang telah menjadi pengemis yang hanya mengharapkan belas kasihan dari mereka yang mau menolongnya.

Dalam renungannya, dia akan berusaha untuk merubah serta memperbaiki seluruh sifat buruknya yang hanya mencelakakan dirinya saja, dimulai waktu itu sang belalang Kiko akan bersikap rendah diri dan baik hati.

Selalu giat dan rajin dalam segala hal adalah usaha yang mengarah kepada kesejahteraan hidup. Janganlah sombong dalam segala hal bentuk kehidupan, sebab kesombongan tidak akan bisa menolongmu bilamana engkau dalam kesusahan hidup. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...