Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Tuesday, June 8, 2021

Ratu Salju dan Cermin Penyihir - Dongeng Finlandia

 

courtesy of storiestogrowby.org

Dongeng Anak Dunia - Kisah berawal dari adanya sang Penyihir jahat yang membuat cermin dengan sihirnya. Jika ada sesuatu yang baik atau indah diletakkan di depan cermin, maka yang ada dipantulan cermin berubah menjadi busuk dan abu-abu. Contoh, jika wanita cantik bercermin di depan cermin tersebut, maka wanita cantik itu akan terlihat jelek dan menjijikan.

Sang Penyihir tertawa, dia ingin menunjukkan cermin jahatnya ke seluruh dunia!. Lalu, dia mengambil cermin tersebut tersebut dan terbang tinggi ke langit.

Dia terbang begitu cepat membuat cermin yang dibawanya bergetar dan dia pun tidak bisa lagi memegangnya dan akhirnya cermin itu pun jatuh, membentur tanah hingga terpecah belah dan banyak pecahan kaca kecil yang tajam di tanah.

Hembusan angin membuat pecahan kaca itu bertebaran keman-mana. Sejak saat itu, Sedikit saja pecahan dari kaca jahat itu tertiup ke mata siapa pun, orang itu hanya akan melihat yang buruk dan gelap saja pada orang yang dilihatnya, bukan yang baik.

Beberapa tahun kemudian, ada seorang anak laki-laki bernama Kai dan seorang gadis bernama Gerda, mereka berteman dengan sangat baik. Mereka tinggal bersebelahan. Keduanya memiliki kamar tidur di loteng rumah. Apabila mereka membuka jendela loteng rumah mereka, jari mereka bisa saling bersentuhan, bahkan bisa saling menggenggam karena jarak rumah mereka sangat dekat.

Diantara rumah mereka terdapat selokan tempat air mengalir, keluarga mereka memanfaatkan selokan air tersebut dengan menanami sayuran dan bunga mawar. Keluarga Kai dan Gerda tergolong keluarga yang tidak mampu. Mereka tidak memiliki mainan untuk dimainkan. Tapi mereka tidak keberatan. Hal tersebut dijadikan tempat arena bermain bagi Kai dan Gerda dan mereka bahagia.

Suatu hari, Gerda dan Kai sedang di loteng rumahnya sedang menyirami bunga mawar. Tiba-tiba, ada embusan angin bertiup dan hembusan angin itu membawa serpihan kaca jahat yang sedikit tajam mengarah tepat ke mata Kai. Dia berdiri dan menginjak bunga mawar.

"Aku tidak ingin menyiangi kebun bodoh ini lagi!" Kata Kai.

"Oke," kata Gerda. "Apakah kamu tahu kamu sudah menginjak bunga mawar itu? Bagaimana kalau kita bermain tepuk tangan?"

Tapi Kai menjawab dengan berteriak, "Aku tidak peduli jika aku menginjak semua bunga mawar ini! Dan aku tidak pernah ingin bermain denganmu lagi, Gerda."

Keesokan harinya, Kai membawa sepedanya ke kota.

"Ah, sepeda ini sangat lambat!" kata Kai.

Sebuah kereta yang ditarik dengan dua kuda sedang melaju di jalan dengan sangat cepat. Kereta kuda itu mendekati Kai dan kereta itu sedikit melambat. Kai pun punya ide, dia dengan cepat mengikat tali di sepedanya ke bagian belakang kereta kuda itu. Akhirnya, Kai bisa menaiki sepedanya dengan cepat! Tapi yang tidak Kai ketahui bahwa yang mengemudikan kereta luncur tersebut adalah sang Ratu Salju yang jahat.

Sang Ratu Salju dengan mantel bulu putihnya tahu betul bahwa Kai ada di belakangnya. Dia telah memperlambat kereta kudanya saat semakin dekat dengan Kai dan memberinya kesempatan untuk mengikat tali. Sang Ratu Salju tidak berbalik untuk melihat. Dia tahu bahwa Kai sedang melaju kencang di belakangnya. Karena cuaca saat itu sedang musim dingin, Kai hampir membeku karena kedinginan. Kemudian, sang Ratu Salju akan dengan mudah untuk memiliknya.

Sang Ratu Salju terus melaju kencang. Ketika dia tahu Kai pasti kedinginan, dia menghentikan kereta kudanya lalu menghampiri Kai.

"Kau ingin naik di belakang kereta kudaku?" kata sang Ratu Salju.

"Aku bisa membuatmu tidak kedinginan, aku akan memberimu satu ciuman di pipimu, maka kamu tidak akan merasa kedinginan lagi."

Kai mengangguk. Sang Ratu Salju mencium pipinya. Lalu, Kai tidak lagi merasa kedinginan.

"Sekarang, satu ciuman lagi," kata Ratu Salju.

"Dengan ciuman satu ini, kamu akan melupakan semua tentang Gerda dan keluargamu."

Sebelum Kai mengatakan apa-apa, sekali lagi sang Ratu Salju telah mencium pipinya.

Dia tertawa dan berkata, "Jika aku menciummu untuk ketiga kalinya di dahimu, kamu akan mati. Tapi ada hal yang harus kau lakukan untukku di istanaku." Kemudian dia naik ke kereta kudanya dan melanjutkan perjalanan.

Kai tidak pulang ke rumah hari itu. Kalian bisa bayangkan betapa kesalnya keluarga Kai! Mereka menganggap kalau Kai pasti telah tenggelam di sungai. Gerda segera berlari ke sungai. Dia memanggil Kai diderasnya air yang mengalir. Namun, tidak ditemukan keberadaan Kai.

Gerda pergi dari satu tempat ke tempat yang lain untuk mencari Kai. Dia pergi menemui seorang penyihir. Penyihir itu mencoba menipu Gerda agar tinggal bersamanya selamanya. Gerda berlari sangat cepat, tepat pada waktunya. Kemudian dia bertemu dengan seekor burung gagak. Sang Gagak memberi tahu Gerda bahwa untuk menemukan Kai, dia harus pergi ke istana seorang Putri.

Maka berangkatlah Gerda ke istana Putri. Sang Putri yang tinggal di istana tidak tahu apa-apa tentang Kai. Tapi dia memberikan Gerda pakaian hangat dan kereta kuda untuk menemaninya dalam pencarian Kai.

Saat Gerda sedang dalam perjalanan, ada sekelompok perampok melompat dari belakang. Para perampok itu dipimpin oleh seorang Gadis. Gadis Perampok itu membuat Gerda masuk ke belakang pengendali kereta. Kemudian dia mengambil kendali. Dan Gerda adalah tawanannya!

Kini Gerda telah kehilangan kereta kudanya. Dia telah menjadi seorang tahanan. Dan dia tidak tahu lagi harus kemana untuk menemukan Kai.

Gadis Perampok membawa Gerda kembali ke rumah tempat dia tinggal. Gerda harus tidur di lumbung, di pojok di sebelah rusa.

Ketika Gadis Perampok itu pergi, Gerda berteriak, "Kai, di mana kamu?" Dua burung merpati putih di loteng gudang mendengarnya.

Merpati pertama berkata, "Kami ingat pernah melihat anak laki-laki bernama Kai yang kamu bicarakan."

"Kau tahu, dimana dia sekarang?" kata Gerda.

"Sungguh malang nasibnya Kai!. Saat itu, sang Ratu Salju lewat dengan kereta kudanya dan dibelakangnya ada anak laki-laki, kereta kuda itu melaju sangat cepat." Kata merpati kedua.

"Saat itu, kami sedang duduk di sarang kami." kata merpati pertama.

"Ketika sang Ratu Salju yang jahat itu lewat, dia berbalik dan mengembuskan napas pada kita." Merpati pertama tidak bisa menyelesaikan perkataannya, dan merpati kedua berkata, "Hanya Aku dan saudaraku yang hidup setelah kejadian itu!"

"Sangat mengerikan! Kasihan kalian," kata Gerda. "Tapi kalian tahu kemana Kai dibawa?"

"Kemungkinan besar sang Ratu Salju akan pulang ke istananya, di lapland" kata merpati pertama.

"Bagaimana aku bisa menuju ke lapland?" tanya Gerda.

Kemudian rusa kutub yang diikat ke tiang angkat bicara. "Aku tahu semua tentang lapland, karena ditempat itu Aku dilahirkan" kata rusa.

"Tolong, bisakah kamu membawaku ke sana?" kata Gerda.

"Ya, saya bisa, jika saja kita berdua bebas dari tempat ini. Tapi siapa yang tahu berapa lama kita harus ditempat ini?"

Sang Gadis Perampok yang dari tadi berada di luar pintu gudang telah mendengar pecakapan antara Gerda, rusa dan dua burung merpati. Lagipula, dia tidak terlalu jahat. Dia masuk ke gudang dan memotong tali yang mengikat rusa. Dia membantu Gerda menaiki rusa kutub dan memberinya bantal untuk duduk. Dia bahkan memberi Gerda sepasang sepatu bot bulu, dua potong roti, dan sepotong daging asap.

"Pergi sekarang, temukan temanmu itu" kata Gadis Perampok.

Lalu, Gerda dan rusa keluar dari gudang dan mereka tampak senang dan bahagia. Gerda yang berada diatas rusa, berkuda dan berkuda sampai hari mulai gelap. Kemudian mereka perlu mencari tempat untuk bermalam.

Mereka mengetuk pintu disebuah gubuk. Seorang wanita tua membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk. Gerda dan rusa kutub memberitahunya tentang pencarian mereka untuk menemukan Kai.

Wanita tua itu berkata, "Perjalananmu masih panjang untuk sampai ke Lapland. Istana Ratu Salju berjarak 100 mil."

"Bagaimana kita akan menemukannya?" kata Gerda.

Wanita tua menjawab, "Jendela istananya menyala dengan cahaya biru yang bisa dilihat bermil-mil jauhnya. sesampainya disana, jangan langsung naik ke istana. Pertama, cari kabin di dekatnya dengan pintu yang berwarna merah. Di dalam kabin itu tinggal seorang wanita yang saya kenal."

Lalu, wanita tua itu mengambil sepotong ikan kering dan menulis beberapa kata di atasnya. "Jika kamu bertemu dengannya, berikan ikan ini, maka dia akan membantumu" kata wanita tua itu.

Keesokan harinya, rusa kutub dan Gerda berkuda secepat mungkin. Mereka terbang seperti angin selama tiga hari. Pada hari ketiga, mereka melihat cahaya biru dari jauh. Ketika mereka semakin dekat, mereka melihat itu adalah istana yang besar dan disekitarnya sangat gelap, seperti yang dikatakan wanita tua itu, mereka mencari kabin dengan pintu merah.

Saat itu, mereka sangat kedinginan dan juga lapar. Akhirnya, mereka telah menemukan kabin dengan pintu berwarna merah, lalu Gerda mengetuk pintu tersebut dan mereka senang ketika ada seorang wanita Lapland yang membuka pintu dan membiarkan mereka menghangatkan diri di dekat perapiannya.

Gerda memberitahunya bahwa mereka datang untuk mencari temannya, Kai. Dan Kai terakhir terlihat bersama sang Ratu Salju. Dia menyerahkan ikan kering yang diberikan wanita tua kepada wanita Lapland.

Dia membaca kata-kata yang terdapat di atas ikan itu sebanyak tiga kali. Kemudian dia memasukkannya ke dalam panci di atas api untuk sup, karena dia tidak pernah ingin menyia-nyiakan apa pun.

"Apakah yang kamu lakukan itu dapat memberitahu tentang Kai?" teriak Gerda.

Rusa kutub berkata, "Sesuatu untuk memberi Gerda kekuatan sepuluh orang?"

"Kekuatan sepuluh orang!, yang baru saja aku lakukan tidak ada pengaruhnya terhadap dirimu Gerda" kata wanita Lapland sambil menoleh ke Gerda.

Lalu, wanita Lapland berkata, "Dimata temanmu Kai terdapat serpihan pecahan kaca jahat milik Ratu Salju. Itulah mengapa Ratu Salju membawanya. Mungkin dia sudah mencium Kai dua kali. Hal itu memberinya kekuatan penuh atas dirinya."

"Pasti ada yang bisa dilakukan!" seru Gerda.

"Mungkin," kata wanita Lapland itu.

Dia berbalik ke rusa. "Antar Gerda ke istana Ratu Salju. Kamu akan melihat semak dengan buah beri merah yang setengah tertutup salju. Turunkan dia di semak-semak untuk pergi mencari Kai dan tunggu dia di sana" katanya sambil menoleh ke Gerda, "ada sesuatu yang harus kamu ketahui. Ketika kamu menemukan Kai, dia tidak akan mau pergi. Karena dia berada dalam kekuasaan Ratu salju. Dia berpikir bahwa istana Ratu Salju adalah tempat terbaik di dunia ini. Dia telah melupakan semua tentangmu dan juga tentang keluarganya."

"Apa yang harus Aku lakukan?" Gerda berteriak.

"Lihat apa yang telah kamu lakukan!" kata wanita Lapland. "Lihatlah seberapa jauh kamu telah melangkah."

Maka Gerda menaiki rusa, dan mereka pergi.

"Oh tidak!" kata Gerda setelah kabin itu tidak terlihat lagi. "Aku meninggalkan sepatu bot buluku!" Namun, sudah tidak ada waktu lagi untuk kembali. Jadi mereka melanjutkan untuk pergi.

Di semak-semak dengan buah beri merah, Gerda turun dari rusa.

Di sana dia tidak memakai sepatu bot dan kakinya telanjang di salju yang dingin. Tapi istana Ratu Salju berada tepat di depannya, lampu birunya menyala di jendela. Jadi Gerda melanjutkan perjalanannya.

Saat dia pergi, dia memanggil-memanggil nama Kai. Akhirnya, dia melihat Kai sedang duduk di atas danau yang membeku. Ratu Salju telah memberi Kai tugas untuk menyusun potongan-potongan es menjadi kata-kata. Potongan es harus dia buat menjadi angka.

"Kai!" panggil Gerda. Tapi dia tidak menoleh ke arah Gerda.

Kulit Kai berwarna biru tua, seolah-olah dia membeku. Dia hanya memiliki begitu sedikit perasaan yang tersisa sehingga dia bahkan tidak merasakan kedinginan lagi. Ratu Salju sedang pergi dan Kai sibuk dengan tugasnya, mengerjakan danau yang membeku. Dia memindahkan sepotong es ke sana-sini, membuat kata-kata dan angka-angka.

"Kai!" panggil Gerda lagi. Namun, Kai tidak menoleh. Gerda berlari ke arah Kai.

"Kai! Kai!"

Akhirnya Kai menoleh. Tapi dia tidak melihat keberadaan Gerda, yang dia lihat hanyalah bayangan semu. Gerda menangis sambil merasakan dingin yang sangat menusuk. Saat Gerda berteriak, "Kai," salah satu air matanya mengalir tepat ke wajah Kai.

Air mata itu membakar wajahnya hingga seluruh wajahnya terasa panas. Kemudian Kai juga menangis.

"Gerda!" kata Kai, "Apakah itu kamu?" Tanya Kai sambil menggigil. Dia menangis bahagia, karena pecahan kaca yang jahat telah keluar dari matanya. Kai meraih tangan Gerda. Meskipun mereka berdua kedinginan, masing-masing dari mereka merasakan kehangatan.

Gerda dan Kai berjalan bergandengan tangan untuk kembali ke semak-semak dengan buah beri merah, tempat rusa kutub menunggu. Saat mereka berjalan, matahari telah terbit dan menghangatkan tubuh mereka. Angin berhenti berhembus dan burung mulai berkicau. Mereka telah sampai ditempat rusa kutub menunggu.

Rusa kutub membawa mereka kembali ke wanita tua pertama yang memberi Gerda sepasang sepatu bot bulu baru. Masing-masing dari mereka juga mendapat topi bulu. Saat rusa membawa mereka dalam perjalanan pulang, mereka melihat Gadis Perampok!. Dia mengendarai kereta yang dia ambil dari Gerda, tetapi Gerda senang melihatnya.

Gadis Perampok itu berkata kepada Gerda, "Jadi, ini adalah teman yang harus kamu selamatkan!" Mereka semua tersenyum.

Gadis Perampok berkata mereka harus naik kereta luncurnya dan dia akan memberi mereka tumpangan pulang. Akhirnya, mereka telah sampai di rumah dengan selamat.

Lalu, Gerda dan Kai tetap berteman baik. Tidak ada lagi petualangan dengan Ratu Salju atau utara yang dingin membeku, dan masing-masing menjalani kehidupan yang tenang. Tetapi mereka tahu jauh di lubuk hati bahwa apa pun yang terjadi, mereka akan selalu saling menjaga.

Selesai.

Source : click disini

Share:

Thursday, June 3, 2021

Kejutan di Oven - Cerita Perancis Kanada

courtesy of storiestogrowby.org

Dongeng Anak Dunia - Alkisah ada seorang wanita tua gemuk bernama Tante Adela tinggal di Perancis Kanada. Dia tinggal sendirian dan hanya di temani dengan kucing abu-abunya yang besar dan sapi-sapi di kandangnya.

Suatu pagi dia bangun sangat pagi karena dia harus memanggang dan ada banyak lagi yang harus dilakukannya. Dia mengambil banyak kayu dari luar ke ovennya.

"Mengapa pintu ovennya terbuka?" katanya sambil berpikir. Dia mencoba menusukkan sebatang tongkat ke dalam oven untuk memastikan tidak ada daun atau ranting.

Wanita tua itu membungkuk untuk melihat ke dalam. Ketika dia melihat kedalam oven, Tante Adela terkejut dan langsung membanting pintu oven hingga tertutup. Dia berlari keluar rumah secepat yang dia bisa.

Saat dia berlari, di sebuah pertanian dia melihat Felix tetangganya sedang mengambil seember air dari sebuah sumur.

"Felix, Felix!" dia memanggil. "Tolong Aku! Ada Sigung di ovenku!"

"Apa kamu yakin dengan yang kamu lihat?, Mungkin saja itu kucingmu." Kata Felix.

"Tentu saja aku yakin!, Kucingku tidak memiliki garis putih dipunggungnya" kata Tante Adela.

"Aku akan datang kerumahmu dan memastikannya tapi setelah Aku selesai mengambil seember air ini," kata Felix.

Tante Adela berbalik dan berlari kembali ke jalan. Dia menuju pertanian milik Louis Ross.

"Louis, Louis!" dia berteriak sambil menangis dan sampai kehabisan napas. "Ayo ikut Aku cepat! Ada Sigung di ovenku."

"Seekor Sigung?" kata Louis. "Apakah kamu yakin?, mungkin saja itu mantel bulu tua yang tidak sengaja kamu buang."

"Aku tidak pernah merasa membuang mantel buluku?" kata Tante Adela. "Aku bukanlah tipe orang yang melakukan hal seperti itu?"

"Baiklah, Aku akan segera datang ke rumahmu setelah Aku selesai memberi makan ayam ternakku."

Setelah mendengar pernyataan Louis, Tante Adela langsung menuju ke pertanian Samuel Roy.

"Samuel, Samuel!" dia berteriak. "Kamu harus datang ke peternakanku. Ada Sigung di ovenku!"

"Apakah kamu yakin?, Mungkin saja itu hanya bayangan saat Kamu membuka pintu ovenmu." Kata Samuel.

Lalu, Tante Adela berkata, "Apakah bayangan memiliki ekor yang lebat?, Apakah bayangan menggertakkan giginya ke arahku?."

"Aku akan segera datang kerumahmu setelah Aku selesai menyirami kebunku." kata Samuel.

Tante Adela pergi berlarian dari satu pertanian ke pertanian lainnya untuk mencari bantuan. Pada saat dia kembali ke rumah, Felix dan Louis sudah ada di sana. Tak berapa lama, Samuel pun juga datang dan ada beberapa orang lain yang turut mendengar tentang Sigung di oven Tante Adela.

"Ya benar, ada Sigung di sana," kata Madame Ross, yang telah membuka dan menutup pintu oven tersebut.

"Aku tahu itu!" kata Tante Adela. "Pertanyaannya adalah, apa yang harus kita lakukan?"

"Aku akan pulang untuk mengambil senjataku," kata Felix.

"Tidak tidak, jangan kau bunuh Sigung itu karena baunya akan sangat menyengat!" seru Tante Adela.

"Ya benar, Dia tidak akan bisa memanggang roti di oven itu selama sebulan karena baunya akan sangat lama hilang!" kata Madame Roy, dan semua orang setuju.

"Dan itu akan merusak kulitnya," kata Samuel yang ingin memiliki bulu Sigung.

"Bagaimana jika kita bawa anjing untuk menakut-nakuti Sigung itu?" kata Alice, putri Samuel dan Madame Ross. "Anjing yang kita bawa akan menggonggong dan Sigung keluar dari oven karena merasa takut."

"Jika Sigung ketakutan, pikirkan apa yang akan dilakukannya!" kata Tante Adela.

"Bagaimana jika kita pancing dengan sepotong daging dan mengikat daging tersebut dengan tali?" kata orang lain yang berada disekitar rumah Tante Adela. "Sigung akan keluar dengan sendirinya saat mencium aroma dari daging yang kita ikat dengan tali lalu perlahan kita tarik keluar."

"Aku tidak punya daging, jika Aku punya daging, Aku pasti tidak akan menyia-nyiakan daging itu untuk Sigung, lebih baik aku jual atau Aku masak dan makan sendiri!"

Rencana tersebut dibatalkan. Tidak ada orang lain yang peduli menggunakan daging mereka sendiri untuk memancing Sigung keluar dari oven karena Tante Adela pun tidak mau menggunakan daging miliknya.

"Oh, sial sekali nasib aku hari ini!" ratap Tante Adela.

Saat itu, semua orang mulai bosan dengan pertanyaan Sigung. Dan sepertinya Tante Adela tidak akan menyajikan makanan atau minuman untuk semua orang yang datang. Lalu, Felix Bell dan istrinya ingat bahwa mereka harus memerah susu sapi. Louis Ross berkata dia harus kembali untuk membersihkan gudang. Dan satu per satu, semua orang menemukan alasannya masing-masing untuk pulang.

Saat itu, Tante Adela melihat Jules Martel masuk ke halaman. Pemuda itu mungkin berpikiran sederhana, pikirnya. Namun, siapa lagi yang bisa dia mintai bantuan?.

"Jules!" dia memanggil pemuda itu. "Jules Martel. Tolong Aku, ada Sigung di ovenku. Bisakah kamu mengeluarkannya tanpa membuatnya takut? "

Jules hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkata apapun.

Semua orang yang hendak akan pulang, berbalik arah dan ingin melihat apa yang akan dilakukan pemuda itu.

Jules Martel berjalan menuju oven. Dia membuka pintu oven dan bersandar. Dia berbicara dengan suara yang sangat rendah. Tidak ada yang bisa mendengar apa yang dia katakan. Akhirnya dia bangun dari sandarannya dan melangkah mundur. Kemudian wajah Sigung yang tajam mencuat keluar dari pintu oven. Semua orang mundur beberapa langkah.

Perlahan Sigung itu berjalan melewati halaman rumah Tante Adela, mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dan tatapannya menuju ke arah hutan, lalu Sigung berlari dengan cepat ke arah hutan dan menghilang dari penglihatan semua orang.

Tante Adela sangat senang. Semua orang tercengang melihatnya.

"Bagaimana kamu membuatnya keluar?" kata Samuel kepada Jules.

"Apa yang kamu katakan padanya?" kata orang lain.

"Aku hanya memberitahunya, jika dia tinggal di oven, dia akan mulai mencium bau seperti roti Tante Adela. Dan jika itu terjadi, tidak ada Sigung lain yang akan mendekatinya karena aroma bau badannya tidak lagi seperti Sigung lainnya."

"Siapa yang tahu?, Makhluk rendahan seperti Sigung peduli tentang apa yang dipikirkan makhluk lain tentang dia." Kata Samuel Roy sambil menggelengkan kepalanya. 

"Kurasa semua makhluk hidup pasti memiliki rasa harga diri, tidak peduli siapa mereka." kata Alice Roy.

Alice Roy dan yang lainnya mengangguk dalam diam.

Selesai.

Source : click disini
Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...