Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Thursday, April 28, 2016

Sang Pangeran Ivan Dan Burung Merak Api - Dongeng Rusia

Courtesy of unpaged.blogspot.com
dongeng anak dunia - Tsar(Raja) yang memimpin sebuah negeri di Rusia zaman dahulu kala mempunyai tiga orang putra Pangeran yang gagah perkasa.

Taman istana kerajaan sang Raja adalah sebuah taman istana yang sangat istimewa dan bagus dan terutama dalam istana tersebut di tumbuhi satu pohon apel yang sangat langka sekali yang ada di dunia ini yaitu pohon apel emas.

Namun ada berita yang sampai kepada Tsar tentang datangnya pencuri yang mengambil buah apel emas kesayangan, tentu saja sang Tsar sangat gusar sekali.

Tsar atau Raja menugaskan sang anak tertua untuk menangkap sang pencuri dengan berjaga di dalam taman istana setiap malam, namun dia selalu tertidur tatkala sedang berjaga di taman tersebut.

Dan ketika pagi menjelang sang Tsar bertanya kepada sang anak tertua, "Apakah semalam engkau melihat pencuri yang mengambil apel emas ajaib milik kita?" bertanya sang Tsar.

"saya selalu berjaga semalaman, tetapi saya tidak melihat apapun," sang putra tertua berbohong dengan kata-katanya yang tidak bertanggung jawab.

Dan hari berikutnya giliran sang anak yang nomor dua untuk berjaga di dalam taman istana tersebut, lagi-lagi dia pun tertidur juga dengan pulasnya di atas rerumputan tebal yang terdapat di taman tersebut.

Dan jawaban yang dikemukakan hampir sama persis dengan apa yang diucapkan sang kakak pertama atau kakak tertua, kedua-duanya berbohong kepada Ayahanda sang Raja atau Tsar.

Tibalah kini giliran sang anak ketiga atau pangeran bungsu sang Pangeran Ivan. Rasa takut telah datang padanya bersama datangnya malam yang semakin larut saja.

Namun tugas yang dipikul untuk menjaga apel emas adalah segalanya baginya, tugas ini langsung diberikan sang Ayahanda tercinta sang Tsar Raja yang berkuasa kala itu.

Dia tidak ingin membuat kecewa sang Ayahanda yang bijak dan sangat menyayangi semua anak-anak tercintanya yang semua adalah tiga Pangeran yang tampan-tampan dan gagah-gagah.

Secara mendadak lamunannya telah dikejutkan dengan datangnya sebuah cahaya terang dari langit menuju pohon apel emas.

Ternyata seekor burung merak api yang hampir saja mencuri lagi apel emas milik sang Tsar, namun secara gesit sang Pangeran Ivan menerjang burung merak api, tetapi sayang burung tersebut telah mengelak dengan lincahnya.

Sang pencuri telah lolos dari gengaman tangan sang Pangeran Ivan, hanya satu ekor sayap yang dapat dia ambil dari burung merak api tersebut tetapi setidaknya itu akan membuat sedikit jera sang burung pikirnya.

"Saya gagal menjalankan tugas malam ini Ayahanda, namun saya telah tahu siapa yang mencuri apel tersebut!"
serunya kepada sang Tsar.

"Ini adalah buktinya!" dia pun mengeluarkan satu helai bulu ekor burung merak emas.

Raja sangat bangga dan terharu melihat kesungguh-sungguhan yang diperlihatkan sang Pangeran Bungsu dalam menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

Keberanian akan timbul tatkala ingat akan tanggung jawab yang dipikulnya, maka jalankanlah tugasmu dengan penuh tanggung jawab.

Bohong untuk menutupi kesalahan adalah tindakkan yang tidak bertanggung jawab sama sekali, minta maaflah apabila berbuat kesalahan kepada siapa pun. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga : Hari Pertama Kerja Ingin Bertanya?
Share:

Sang Gadis Gembala dan Penyapu Cerobong - Dongeng Belanda


Courtesy of books-parade4indah.blogspot.com
dongeng anak dunia - Sebuah lemari pajangan berdiri di sudut ruang tamu, lemari ini terbuat dari kayu ek. Usianya sudah sangat tua, sehingga warnanya telah menghitam. Dari atas ke bawah dipenuhi ukiran bunga mawar, tuli, dan dedaunan. Dikanan-kirinya terdapat ukiran 2 kepala rusa dengan tanduknya yang bercabang-cabang. Tepat ditengahnya, terdapat sebuah ukiran laki-laki aneh yang berkaki kambing, mulutnya menyeringai, kepalanya bertanduk dan berjenggot sangat panjang. Anak-anak pemilik rumah menjuluki lelaki aneh itu dengan nama Panglima Tertinggi "Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing".

Gelarnya sangat panjang dan susah untuk diingat, sedangkan lainnya yang terbuat dari batu maupun kayu, tak ada yang memiliki gelar sekeren itu. Dia berdiri tepat di tengah-tengah lemari dan matanya selalu menatap ke arah meja di bawah cermin. Sebab, di atas meja tersebut berdiri sebuah boneka gembala dari porselen yang sangat cantik, gaunnya mengembang dengan bunga mawar yang tersemat di dadanya, sepatu dan topinya bersepuh emas, tangannya memegang sebuah tongkat gembala.

Di sebelah patung gembala tersebut, berdiri sebuah patung penyapu cerobong yang juga terbuat dari porselen, patung pembersih cerobong ini bersih dan rapi, sebetulnya ia pantas untuk menjadi pangeran, walaupun seluruh tubuhnya hitam legam, wajahnya segar dan kemerahan. Mungkin pembuatnya keliru karena seharusnya wajah penyapu cerobong juga hitam, penyapu cerobong ini memiliki sebuah tangga kecil porselen di punggungnya. Dari dulu, ia dan gadis gembala berdiri berdekatan.

Akhirnya mereka jatuh cinta dan mengucapkan janji setia. Mereka adalah pasangan yang sangat serasi, keduanya masih muda juga sama-sama terbuat dari porselen, dan sama-sama mungil.

Disisi dekat mereka berdiri, terdapat sebuah patung lelaki cina tua yang besarnya 3 kali lipat dari mereka. Patung ini memiliki kepala yang dapat diangguk-anggukkan, patung ini mengaku bahwa dia kakek si gadis gembala. Meskipun tak dapat membuktikannya, dia selalu bersikeras berkata bahwa ia adalah kakek si gadis gembala. Karena itu, saat Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing melamar gadis gembala, dia mengangguk setuju.

Kemudian patung tua itu berkata pada gadis gembala bahwa gadis gembala akan menjadi istri dari Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing. Namun gadis gembala menolak sebab Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing telah memiliki 11 istri dari porselen. Lalu patung tua itu berkata bahwa gadis gembala harus menikah dengan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing pada malam itu, dan dia mengangguk lalu tertidur.

Gadis gembala itu menangis, lalu menoleh kepada tunangannya penyapu cerobong. Gadis gembala itupun langsung mengajak penyapu cerobong berkelana ke dunia luas. Penyapu cerobong itu setuju pada usul tunangannya. Namun, gadis gembala menjadi bingung sebab mana mungkin ia dan penyapu cerobong dapat turun dari meja tanpa cedera.

Dengan segera penyapu cerobong memberi contoh bagaimana menapakkan kaki pada ukiran sudut meja, lalu pada ukiran dedaunan yang melingkar sepanjang kaki meja, dia juga membantu dengan tangga kecilnya. Akhirnya mereka sampai di lantai. Tapi ketika menoleh melihat ke arah lemari pajangan, mereka melihat semuanya bergerak. Kepala menjulurkan lehernya sehingga tanduknya bertambah tinggi, dan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing meloncat-loncat dan memberi tahu patung tua bahwa mereka lari. Gadis gembala dan penyapu cerobong takut bukan main, mereka meloncat ke dalam sebuah laci terbuka di bawah ambang jendela.

Di dalam laci tersebut terdapat kartu-kartu dan boneka-boneka, mereka sedang bermain sandiwara yang mengisahkan dua orang yang saling cinta tapi tak dapat menikah. Gadis gembala itu terharu dan menangis karena kisah itu seperti kisahnya sendiri.

Karena tak tahan lagi, maka gadis gembala mengajak penyapu cerobong pergi. Ketika telah sampai di lantai, mereka melihat ke arah meja, mereka melihat patung tua itu sudah bangun. Tubuhnya bergoyang-goyang karena marah. Karena mengetahui kakeknya mengejar mereka, gadis gembala jatuh terduduk dan terisak-isak.

Penyapu cerobong itu kemuadian menenangkan gadis gembala. Lalu mengajak gadis gembala bersembunyi di balik vas bunga besar di sudut ruangan. Namun gadis gembala itu menolak karena vas bunga besar itu adalah tunangan kakeknya. Maka gadis gembala itu memutuskan untuk berkelana di dunia luas. Namun penyapu cerobong berusaha mengingatkan gadis gembala bahwa jika sudah keluar, mereka tidak akan dapat kembali lagi, karena dunia ini sangatlah luas. Namun gadis gembala itu sudah yakin akan keputusannya.

Lalu penyapu cerobong itu melihat kearah gadis gembala. Dilihatnya gadis itu memang sudah mantap, jadi ia mengajak gadis gembala keluar melalui cerobong asap. Dibimbingnya gadis itu keluar melalui Lubang perapian. Gadis gembala itupun mengeluh karena lubang cerobong itu sangat gelap, namun ia tetap masuk kedalam lubang perapian itu.

Dari dalam lubang perapian itu, penyapu cerobong menunjukkan sebuah bintang yang berkilauan di atas langit. Sinarnya masuk ke dalam cerobong asap, seolah menerangi jalan mereka. Mereka merambat naik pelan-pelan, pipa itu licin dan terasa seperti tak ada habisnya. Penyapu cerobong itu membantu gadisnya dengan hati-hati menunjukkan tempat-tempat dimana gadis itu dapat menapakkan kaki porselennya yang mungil.

Akhirnya mereka tiba di tepi pipa cerobong dan beristirahat disana.

Di langit, bintang-bintang bertaburan. Di bawah mereka atap-atap rumah, dari tempat-tempat tinggi itu mereka bisa melihat jauh sekali. Gadis gembala itu tak menyangka bahwa dunia sangat luas, dia menyandarkan kepalanya pada bahu penyapu cerobong dan menangis tersedu-sedu karena takut.

Gadis gembala pun membujuk penyapu cerobong agar dapat mengantarnya kembali ke meja kecil di bawah cermin. Penyapu cerobong membujuknya, mengingatkannya pada kakeknya dan Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing. Tapi si gadis menangis sedih sehingga akhirnya penyapu cerobong menyerah.

Dengan susah payah, mereka merambat menuruni pipa cerobong dan sampai ke perapian yang gelap mereka bersembunyi di belakang pintu sebentar dan mengintip ke dalam. Astaga, ternyata patung lelaki Cina tua itu terbaring di lantai. Patung lelaki Cina tua terjatuh karena ketika mengejar mereka, lalu pecah menjadi 3.

Kepalanya menggelinding ke sudut Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing yang masih berdiri ditempatnya dan memikirkan apa yang terjadi.

Gadis gembala itu merasa bersalah karena dia merasa yang membuat kakeknya pecah. Dan penyapu cerobong itu menghiburnya dengan cara memberi tahu cara membetulkan kakeknya. Lalu, mereka naik ke atas meja dan berdiri lagi di tempat semula.

Akhirnya, Patung tua itu dibetulkan oleh pemilik rumah itu. Dia menjadi utuh kembali namun tak dapat menganggukkan kepalanya lagi. Panglima Tertinggi Mayor Jenderal Kopral Sersan Kaki Kambing bersyukur karena patung tua itu utuh kembali dan dapat merestui pernikahannya dengan gadis gembala. Namun patung tua itu diam saja. Akhirnya, patung tua itu membiarkan gadis gembala dan penyapu cerobong menikah dan saling mencintai hingga mereka hancur berkeping-keping.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Perjuangan Melawan Sihir dari Sahabat
Tentara Rusia Bertempur Bersama Pasukan Rezim di Provinsi Latakia
Share:

Sang Panglima To Dilating - Dongeng Indonesia

Courtesy of www.scoop.it
dongeng anak dunia - Kerajaan Balanipa adalah Kerajaan yang terletak di suatu bukit yang bernama bukit Napo daerah Tammajarra Pulowali Mandar, dipimpin seorang Raja yang sudah berkuasa penuh selama kurang lebih dari tiga puluh tahun lamanya.

Ambisinya sang Raja ingin berkuasa seumur hidup, sang baginda memiliki empat orang anak namun dua anak lelakinya telah dibunuh karena dia tidak ingin sang anak lelaki tersebut menjadi penggantinya.

Sang permaisuri hanya bisa menangis, tidak bisa berbuat apa-apa tatkala sang suami membunuh dua anak bayi lelakinya saat lahir ke dunia.

Dua anak lelaki darah dagingnya telah menjadi korban dari ambisi sang Ayah, betapa sedihnya hati sang Ibu.

Namun dia sendiri merasa ketakutan akan tindakkan sang suami, apabila tidak dituruti kehendaknya dia akan berbuat semena-mena terhadap siapa pun tidak terkecuali terhadap dirinya sebagai permaisurinya.

Seperti yang sedang dialaminya sekarang, sang permaisuri sedang mengandung lagi, hatinya selalu gundah gulana takut bayi yang ada dalam rahim kandungannya seorang bayi lelaki kembali.

Betapa sakitnya hati ini melihat buah hati yang telah diurus selama sembilan bulan dalam kandungan ada yang membunuhnya dan yang lebih sakit lagi hatinya sang pembunuh tersebut adalah sang suaminya sendiri yang berhati sangat kejam sekali.

"Baiklah panglimaku, Puang Mosso! engkau kuperintahkan menjaga permaisuriku sekiranya dia melahirkan bayi lelaki maka tugasmulah membunuhnya," beginda Raja Balanipa bertitah.

"Dengan senang hati Paduka, hamba akan menuruti kehendak Raja," menjawab Puang Mosso dengan penuh hormat.

Raja pun berserta rombongan berangkat untuk berburu dalam waktu yang cukup lama, kebiasaan sang Raja yang senang berburu sampai berbulan-bulan lamanya dan tambuk pemerintahan kerajaan untuk sementara dipegang Panglima Puang Mosso.

Berselang beberapa minggu kemudian permaisuri melahirkan seorang bayi dan ternyata bayi tersebut seorang anak bayi lelaki yang berwajah sangat tampan namun lidahnya berwarna hitam serta tumbuh bulu, Penglima Puang Mosso bukan orang jahat yang bakal kejam membunuh seorang anak bayi, hatinya sangat tidak tega.

Akhirnya dia pun mendapatkan akal untuk segera membawa bayi tersebut jauh dari istana dan dititipkan pada satu keluarga yang terletak jauh disuatu kampung halaman pelosok negeri Balanipa.

Selanjutnya sang Panglima menyembelih seekor kambing dan menguburkan dekat makam dua anak Raja terdahulu, lalu dibuatkan sebuah nisan dengan demikian sang Raja pasti akan mengira bahwa makam tersebut berisi mayat anak bayi lelakinya yang baru lahir.

Beberapa minggu kemudian sang Raja telah kembali dari berburu, segerahlah Puang Mosso menghadap, "apakah yang terjadi dengan Kerajaan, Panglima?" tanya Raja.

"Semua berjalan dengan semestinya, Baginda Raja," menjawab sang Panglima dengan tegas.

"Dan permaisuri telah melahirkan seorang anak bayi lelaki dan telah hamba bunuh serta menguburkan dekat makam anak-anak Baginda yang terdahulu," jawabnya kemudian dengan hati sedikit bergetar namun kata-katanya dibuat sedemikian mantap.

Hati sang Raja belum yakin benar kalau belum melihat dengan kepala sendiri apa yang diucapkan Panglima tersebut walaupun dia adalah Panglima kepercayaan yang telah mengabdi lama sekali di Kerajaan yang dipimpinnya.

Sampailah Raja memeriksa tempat kuburan anak bayinya dan benar saja ada nampak kuburan kecil baru, kini hatinya mulai yakin bahwa tugas sang Panglima benar-benar telah dilaksakan dengan sangat baik, hatinya pun merasa sangat puas sekali.

Kini dia pun kembali duduk di singahsana mengatur kembali pemerintahan Kerajaan setelah beberapa bulan yang lalu dia tinggal, sebagai Raja yang sangat berkuasaa dan akan bertindak kejam kepada siapa pun yang berani melanggar perintahnya.  

Pertukaran waktu sangatlah cepat berlalu, kini sang anak Raja telah tumbuh besar dan memiliki wajah yang sangat tampan serta badan yang terlihat sangar dan kekar, Panglima Puang Wosso sangatlah sayang kepadanya dia pun sangatlah dekat atau akrab sekali.

Hampir setiap saat bila ada waktu memungkinkan Panglima akan menumui sang anak Raja, banyak sudah cerita yang didengar sang anak tentang asal-usulnya mengapa sampai ada di kampung halaman sang Panglima dan megapa sang Raja Ayahnya tega menyuruh Panglima untuk membunuh anak lelakinya sendiri.

Dan untuk menjaga hal tidak dimungkinkan, sang Panglima pun akhirnya menitipkan kembali sang anak Raja kepada seorang saudagar yang akan berlayar menuju pulau yang sangat jauh pulau Salerno namanya.

Kini sang anak Raja tinggal di pulau Salerno bersama saudagar, dia sangat rajin membantu sehingga sang saudagar sangat sayang kepadanya, cerdas serta gagah sudah menjadi bawaannya dia pun sangat pandai memanjat pohon kelapa yang banyak terdapat di pulau tersebut.

Sampai pada suatu hari tatkala dia sedang memanjat pohon kelapa tiba-tiba saja tubuhnya disambar seekor burung rajawali raksasa melesat terus membawa terbang sangat jauh dari tempat tersebut.

Barulah cengkeraman sang burung raksasa kendor ketika sudah sampai di daerah Gowa dan jatuhlah di daerah persawahan, seorang petani yang kebetulan ada di tempat tersebut menemukannya, bapak petani ini sangatlah kaget melihat sesosok pemuda tampan yang tergolek disawah garapannya.

Dengan segera dia pun melaporkan kejadian itu kepada sang Raja Gowa yang bernama Tumaparissi Kalonna, "Bawalah anak tersebut kehadapanku," titahnya.

Dan ketika diperhatikan "sang anak yang tampan tersebut memiliki postur tubuh yang sangat bagus kalau dilatih akan menjadi anak yang tangguh dan akan menjadi panglima yang gagah perkasa" pikir sang Raja dalam hatinya.

Maka sejak saat itu anak Raja Balanipa tingggal di Kerajaan Gowa dan dilatih perang dan dalam setahun saja sang anak telah menjadi Panglima yang telah beberapa kali ikut bertempur melawan kerajaan mana pun yang menjadi musuh Kerajaan Gowa, satu gelar besar langsung dianugerahkan sang Raja Gowa yaitu Panglima Perang I Manyambungi.

Sisi gelap Kerajaan Balanipa sedang melanda ketika Raja terdahulu telah meninggal dunia kini Kerajaan tersebut dipimpin seorang Raja yang sengat kejam dan rakyatnya sungguh hidup dalam kemiskinan.

Tidak seperti dulu walaupun mempunyai Raja jahat namun rakyat selalu hidup dalam kemakmuran dan sejahtera tatkala dipimpin Raja dari orang tuanya Panglima I Manyambungi.

Lantas kemanakah Raja terdahulu?, ternyata telah meninggal dunia dan penggantinya bernama Raja Lego yang kejam dan sangatlah bengis, rakyat dipaksa bayar upeti yang begitu mencekik leher.

Tidak sampai disitu, Kerajaan-Kerajaan kecil diluar kekuasaannya menjadi korban keserakahan seperti negeri Mossa, Samsundu serta Todang-Todang. Dengan demikian, Raja-Raja kecil bawahannya menjadi sangatlah resah akan hal tersebut.

Akhirnya seluruh Raja-Raja kecil memutuskan untuk mangadakan muysawarah mencari jalan keluar menyangkut hal yang sangat genting mengenai masalah tersebut.

Musyawarah memutuskan untuk meminta bantuan dari negeri Kerajaan Gowa yang terkenal dengan Panglima perangnya yang gagah perkasa I Manyambungi yang sudah termasyur sampai ke Kerajaan-Kerajaan kecil.

Maka beberapoa orang utusan pun telah dipersiapkan untuk berlayar ke negeri Kerajaan Gowa, "Dengan segala hormat kami semua adalah utusan yang sengaja datang dari daerah Polewali Mandar, kami semua utusan Kerajaan-Kerajaan kecil yang meminta bantuan panglima atas kekejaman Raja Lego yang sangat kejam dan tamak," seorang utusan mewakili semua temannya.

"Baikalah, namun aku tidak tahu siapa Raja Lego yang kalian maksud?" Panglima I Manyambungi bertanya.

"Raja baru yang manggantikan Raja terduhulu dari Kerajaan Balanipa, sang Raja akan bertindak semena-mena terhadap siapa pun juga serta sekarang rakyat dalam keadaan miskin tidak seperti Raja terdahulu walaupun sama-sama kejamnya namun rakyat hidup cukup makmur dan sejahtera," utusan yang lainnya menerangkan kepada Panglima.

Jawaban tersebut membuat kaget sang Panglima kala itu, Raja Balanipa terdahulu adalah Ayahandanya dan bagaimana nasib Ibunda serta kedua kakak perempuannya, "Apakah keluarga Raja yang lain masih hidup juga Panglima Puang Mosso?" tanyanya dengan nada yang sewot karena khawatir.

Lalu sang Panglima bercerita siapakah dirinya sebenarnya, asal-usulnya, juga mengenai Panglima Puang Mosso yang telah menyelamtkan hidupnya ketika masih bayi merah yang baru lahir ke dunia ini.

Betapa kagetnya seluruh utusan tersebut serta merta mereka semua memberi hormat kepada Panglima I Manyambungi Sebagai anak Raja dari Kerajaan Balanipa terdahulu.

"Raja serta Permaisuri sudah meninggal dunia namun keluarga yang lain masih hidup, Panglima Puang Mossolah yang menyelamatkan keluarga istana,"  kata sang utusan menerangkan.

"Tentu saja saya siap membantu kalian semua sampai titik darah penghabisan, ini menyangkut Kerajaan Balanipa namun aku harus berjumpa dulu dengan Panglima Puang Mosso maka datanglah kemari dan jemputlah aku olehnya," katanya tegas.

Dalam perjalanan menuju Kerajaan Gowa, Puang Mosso hatinya selalu bertanya-tanya mengapakah Panglima perang yang terkenal gagah dan sakti ini menyuruhku untuk menjemputnya.

Kerajaan Gowa telah diambang mata, Puang Mossso kini telah berhadapan dengan Panglima yang terkenal tersebut, matanya tidak berkedip memandang sang pemuda tampan yang sangat gagah sekali dan senyuman tersunging dari bibirnya menyambut kedatangannya.

"Engkaulah Panglima Puang Mosso yang berhati sangat baik?" tanya Panglima I Manyambungi

"Tidak salah sama sekali Tuan Panglima yang terhormat" menjawab Puang Mosso, "Namun sebelumnya maaafkan atas kelancangan saya, maukah Tuan menjulurkan lidah sebentar saja untuk memastikan prasangka saya?" pinta Panglima tua Puang Mosso.

Maka terlihatlah lidah yang berwarna hitam serta ada bulu-bulu yang tumbuh dilidah tersebut, tidak salah lagi dialah anak Raja Balanipa yang terdahulu.

"Tidak salah lagi engkau adalah anak Raja Balanipa terdahulu" langsung dia memeluk sang Panglima terkenal I Manyumbungi juga membalas pelukan tersebut dengan sangat eratnya.

"Benar sekali akulah anak Raja yang telah engkau selamatkan 20 tahun yang lalu, terima kasih Tuan atas semuanya," sahut I Manyumbungi dengan sangat terharu, perjumpaan yang tidak disangka-sangka.

Waktu tengah malam telah disepakati untuk pergi meninggalkan Kerajaan Gowa menuju bukit Napo, dan semenjak saat itu I Manyumbungi terkenal dengan sebutan Panglima To Dilating.

Lalu sampailah mereka dibukit Napo yang menjadi tujuan sang panglima To Dilating, diapun mengatur setrategi perang dengan cara mengajak semua rakyat yang merasa tertindas dan sambutan rakyat begitu hebat mereka sepakat untuk melawan Raja Serakah Sang Lego.

Waktu yang telah ditentukan kini telah tiba seluruh pasukan dan rakyat yang sudah siap berkorban nyawa demi tegaknya keadilan di negeri tercinta ini.

Perintah segara dikomandankan dan serangan yang secara tiba-tiba sangatlah mengagetkan semua pasukan prajurit yang sedang asyik menikmati malam hari yang sangat dingin, kebetulan penyerbuan itu dilakukan antara jam sepuluh malam.

Rakyat dan seluruh pasukan terlatih dari panglima To Dilating merangsek masuk kedalam istana tidak memberi kesempatan pasukan dolim sang Raja Lego yang tidak sempat membalas serangan mendadak tersebut.

Pertempuran sengit tidak dapat dielakkan lagi, I Manyumbungi sang panglima To  Dilating telah berhadapan Raja dzolim sang Lego, mereka berkelahi sangat seru.

Raja Lego ternyata mempunyai ilmu berkelahi yang tinggi namun pada satu kesempatan tombak pusaka Panglima To Dilating telah menewaskan sang Raja Dzolim yang sangat kejam.

Pasukan dan rakyat dapat menakhlukan pasukan Raja Lego, Kerajaan kini telah dikuasai penuh, seluruh kemenangan gemilang telah ada ditangan sang Panglima To Dilating yang perkasa.

Panglima To Dilating dengan sendiri kini menjadi Raja Balanipa yang baru, dia memerintah dengan sangat adil, rakyat pun sangat mencintai Raja baru mereka yang gagah berani dan juga arif bijaksana.

Bukit Napo kini mempunyai pimpinan seorang Raja yang syah dan berhati mulia, sampai sekarang makam Raja yang berhati mulia ini masih terdapat dibawah sebuah pohon beringin besar di bukit Napo, Polewari Mandar Provinsi Sulawesi Barat.

Berusaha keraslah dan belajarlah dengan sungguh-sungguh pada suatu ketika akan membuahkan hasil yang sangat baik pula demi cita-cita hidupmu. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Asal Muasal Lagu Nina Bobo - Dongeng Belanda

Courtesy of tobeeinspired.blogspot.com
dongeng anak dunia - Zaman dahulu kala ada satu keluarga kecil yang sangat bahagia dengan seorang putri kecilnya yang cantik dan sangat lucu sekali, kedua orang tuanya sangat sayang terhadap putri tercintanya.

virtual office di jakarta .adv - Lahir dari seorang Ibunda bangsawan jawa yang bersekolah di negara Belanda dan menikah dengan sang suami yang orang Belanda asli, tentu saja sang anak perempuannya ini begitu lucu dan cantik.

Sang anak kecil yang cantik dan lucu ini bernama Helenina dan sang Ibunda bernama Mustika serta sang papah bernama Van Rodjnik, dan untuk nama kesayangan kepada sang anak mereka memanggilnya dengan sebutan pendek saja yaitu Nina.

Mereka kini tinggal di negeri Belanda mengikuti sang Papah yang berkebangsaan Belanda, keluarga kecil ini sangatlah bahagia, sang papah sangat menyayangi sang anak yang lucu dan istri cantiknya anak keturunan bangsawan jawa yang bernama Mustika.

Namun sang anak perempuan kecil yang lucu mempunyai masalah susah tidur, dengan sendirinya sang Ibunda selalu menemani sang anak tatkala malam menjelang tidur dengan bernyanyi atau bersenandung sampai sang anak tercinta tertidur pulas.

Dengan demikian sang anak tidak akan tertidur manakala sang Ibunda tidak bersenandung dengan nyanyian pengantar tidurnya.

Sang Papah yang sering mendengar istrinya bersenandung setiap malam dengan nyanyian yang selalu berbeda-beda sampai sang anak tertidur memberikan saran agar lirik lagunya di rubah saja.

lagu sederhana yang mudah diingat dan sang anak mengerti lagu senandung yang dinyanyikan maka tercipta lagu yang sering kita dengar dari dahulu yaitu, " Nina bobo ooh nina boboo....., kalau tidak bobo.. di gigit nyamuk...."

Setiap malam hari tiba, sang Ibunda akan bersenandung sampai sang anak pun sangat hafal benar dengan lirik senandung lagu tersebut dan mengikuti sang Ibunda bernyanyi dengan riangnya dan akhirnya terlelap tidur dengan pulasnya.

Nasib manusia yang hidup di alam semesta ini sudah ada yang mengatur kita, hanya makhluk ciptaannya yang hanya mampu berusaha serta berdoa sebab semua telah ditetapkan dan akan dikembalikan kepada sang penciptanya.

Seperti yang dialami keluarga kecil yang bahagia ini, sang Nina pun sakit dan akhirnya meninggal dunia tentu saja sang Ibunda dan sang Ayahanda sangat sedih sekali anak semata wayang mereka kini telah kembali ke pangkuan sang penciptanya Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kesedihan yang sangat mendalam telah tergores dalam hati sang Ibunda tercinta kala malam hari tiba seakan sang anak menghantui dan berbisik untuk sebuah lirik lagu yang sering mereka nyanyikan bersama yaitu Nina Bobo.

Bisikkan dan tangisan sang anak yang telah tiada meninggalkan dunia selalu menghantui dalam setiap langkahnya maka tak ayal lagi ketika malam menjelang sang Ibunda selalu bersenandung sampai malam larut dan dia sendiri pun akhirnya ikut tertidur karena kelelahan.

Hampir setiap malam kebiasaan yang dilakukan Mustika Ibunda sang Helenina tidak pernah berhenti untuk bersenandung lagu lirik nini bobo dengan penuh perasaan seakan-akan dia sedang menina bobokan sang anaknya tercinta.

Dan sampai akhirnya dia pun ikut menyusul sang anak tercinta ke surga, Ibunda Helenina Ibu Mustika meninggal dunia kini telah hidup damai di surga bersama sang anak tercinta Nina.

Tetapi tidak sampai disitu walaupun sang Ibunda telah meninggal dan menyusulnya ke surga namun bisikkan arwah dari anaknya yang selalu ingin dinyanyikan lagu senandung tidurnya, Nina bobo kini beralih ke Papahnya.

Tetapi pikiran sang Ayahnda tatkala bersenandung selalu sangat terganggu dan mengakibatkan pikiran yang bukan-bukan dan aneh-aneh akan timbul begitu saja, perasaan hatinya menjadi tidak enak sekali.

Sampai akhirnya karena pikiran yang tidak tenang dan selalu dihantui arwah sang anak tercinta yang telah meninggal dunia, Ayahanda menjadi sering sakit-sakitan jarang makan dan minum, angan-angannya melayang jauh entah kamana.

Dan pada suatu hari dia pun ikut pula menyusul sang anak tersayang Helenina dan istri tercinta Mustika meninggalkan dunia fana ini menghadap Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dan sampai sekarang pun di seluruh dunia seseorang yang akan menidurkan sang anaknya dengan bersenandung lagu pengantar tidur nina bobo, "konon," akan didatangi arwah Nina dan turut membantu sang anak untuk segara tidur dan bermimpi indah, katanya.

Demikianlah nyanyian senandung pengantar tidur anak, "Nina Bobo," tercipta. Dan mudah-mudahan dari cerita tadi di atas, kita semua dapat mengambil hikmahnya serta membuat kesimpulan, bahwa kasih sayang yang diberikan orang tua kita akan selalu abadi selamanya. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Tuesday, April 26, 2016

Sejarah Kelelawar Keluar Di Malam Hari - Dongeng Nigeria

Courtesy of mystorieslusia.blogspot.com
dongeng anak dunia - Emiong sang Kelelawar yang selalu ceria sedang mencari makanan di dalam hutan yang luas dengan perasaan hati yang sangat senang di pagi hari yang cerah dan udara sejuk yang segar.

Dahulu kala sebelum melakukan kesalahan, sang Kelelawar pergi mencari makan dan beraktifitas di siang hari saat matahari terbit dan terbenam di sore hari menjelang malam.

Di tengah perjalanan yang sedang ditempuhnya, dia berjumpa sang sahabat lama si Tikus yang bernama Oyot.

"Kebetulan aku bertemu denganmu, sobat!"  seru sang Emiong kala itu.

"Benar juga, kita bisa mencari makanan yang ada di hutan ini bersama-sama," menyahut sang Oyot Tikus sahabatnya.

"Baiklah!" seru Emiong dengan langkah ringannya mereka berdua pun mencari makanan yang terdapat banyak di hutan belantara itu.

virtual office di jakarta .adv - Mereka berdua pun berjalan di dalam hutan menyusuri jalan yang sudah menjadi jalur yang biasa ditempuh sang Tikus Oyot, dengan sendirinya makanan yang banyak didapat dan dikumpulkan, sang Oyotlah yang paling banyak.

Hal ini menimbulkan rasa iri yang dipendam dalam hati sang Emiong, dalam hatinya dia sangat membenci sang Oyot yang menurutnya sangat rakus dan tamak ketika mencari makanan.

Sepanjang perjalanan dia pun mengatur rencana untuk mencelakai sang Oyot yang telah menyakitinya, hatinya dipenuhi oleh rasa dendam yang tertanam dalam hatinya.

"Hai kawan mengapa denganmu yang sedari tadi aku lihat hanya diam saja?" tanya sang Oyot sambil tangannya sibuk mengambil makanan umbi-umbian yang banyak sudah memenuhi kantung makanannya.

Sementara dirinya hanya sedikit mendapatkan buah-buahan yang menjadi makanan kesukaan, hatinya tambah membencinya.

"Oh tidak, aku hanya ingin diam saja dan tidak ada yang perlu dibicarakan," katanya datar-datar saja nada bicaranya.

"Sahabat kalau suatu hari nanti engkau lewat di depan rumahku mampirlah, mungkin engkau ingin memcicipi lagi sup masakkan yang aku masak sendiri," berkata sang Emiong.

"Atau mungkin engkau ingin belajar cara memasaknya?, maaf sahabat aku tidak bisa menemanimu terus," Emiong pun terbang dari tempat tersebut tanpa menunggu jawaban dari sang Oyot.
 
"Uh! dasar Kelelawar, tingkahnya selalu terburu-buru mentang-mentang punya sayap," gerutu sang oyot.

Tapi batinnya berkata sambil membayangkan sup yang pernah dia makan ketika beberapa waktu yang lalu dia mampir bersama sang Istri tercinta di rumah sang Emiong, "memang itu sup enak banget."

Tikus itu pun pulang ke rumahnya sambil membawa makanan yang akan di masak Istri tercinta di rumahnya untuk dimakan bersama anak dan Istri tercinta dalam satu keluarga besar Tikus.

Hari-hari pun berlalu dari semenjak pertemuan dengan sang sahabat Emiong, kebetulan hari itu dia melewati rumahnya.

"Sekalian aku akan mampir sebentar ke rumahnya, siapa tahu dia sedang berada di rumah," kata hatinya sang Tikus berbicara.

"Tok!tok!" pintu pun di ketuknya dua kali.

"Siapa? silahkan masuk pintu tidak saya kunci," terdengar sahutan dari dalam rumah sang Kelelawar Emiong.

"Apa kabar kawan?" Emiong menyambut sang Oyot dengan berpura-pura senang sekali.

"Kebetulan aku sedang merebus air untuk membuat sup yang sangat lezat, mungkin kamu pun ingin tahu resep masakan yang akan aku bikin!" tanyanya dengan ramah yang dibuat-buat.

"Tentu sahabat!" menjawab sang Tikus tanpa ada rasa curiga sedikit pun.

"Baiklah! lihatlah air yang aku rebus telah mendidih bukan," katanya walaupun sebenarnya panci belangga yang berisi air baru saja dia taruh sebentar di atas perapian.

Lalu dia pun masuk sebentar ke dalam air yang telah mendidih tersebut dan setelah itu dia pun naik kembali keluar dari panci belangga besar tersebut, kemudian dia berkata kembali.

"Aku sengaja merebus diriku ini sendiri karena dagingku memang enak dan manis sehingga nanti akan menghasilkan masakkan yang lezat dari cara tersebut!" serunya bersemangat sekali dan kayu bakar pun ditambah untuk membuat air di dalam panci tersebut benar-benar mendidih.

Dan seterusnya bermacam-macam bubuh telah masuk ke dalam panci besar tersebut, menambah aroma wangi sedap yang memenuhi isi ruangan rumah sang Emiong.

Tak lama kemudian mereka berdua telah menyantap makanan lezat yang dimasak sang Emiong yang cerdik namun berhati sangat picik dan jahat sekali.

"Engkau pun boleh memasak seperti yang tadi aku lakukan, namun resep ini jangan tersebar kepada siapa pun, sebab resep tersebut adalah resep rahasia keluargaku."

"Hanya engkaulah satu-satunya yang tahu tentang resep rahasia ini," berkata sambil tersenyum kepada sang Tikus Oyot.

Oyot pun sangat percaya kepada sang sahabat yang menurutnya begitu baik kepadanya, dia pun mengucapkan rasa terima kasihnya.

"Baiklah sahabatku aku ucapkan banyak terima kasih atas jamuan makan yang telah engkau berikan hari ini," Oyot berlalu dari rumah Kelelawar sahabatnya.

Dalam perjalanan pulang dia tidak sabar ingin cepat sampai rumahnya untuk segera mempraktekkan resep baru cara memasak sup.

"Tentu saja aku pun akan mengajarkan sang Istri tercinta supaya pintar memasak masakan yang lezat-lezat," hatinya terus berbicara sambil berjalan pulang menuju rumahnya.

"Istriku," katanya. "Kita dulu pernah mampir ke rumah seorang sahabat dan kita diberi makan sup yang begitu lezat serta enak sekali."

"Iya suamiku, memangnya kenapa?" tanya sang Istri tercinta.

"Aku sekarang telah tahu resepnya dan akan aku ajarkan kepadamu juga Istriku," katanya bangga sekali.

"Sekarang tolong masakkan air dalam panci belangga besar sampai mendidih," berkata lagi sang suami.

"Baiklah," sang Istri pun mengambil panci belangga besar lalu diisi air dan kemudian tungku perapian pun ditambahkan kayu bakar yang cukup banyak maka menyala tungku perapian tersebut.

Sebentar saja air dalam panci belangga telah mengeluarkan asap uap panas tanda air telah mendidih panas sekali.

Tanpa ragu sedikit pun sang Oyot pun naik ke atas panci belangga besar lalu turun merebus dirinya dalam air mendidih tersebut, seketika itu pula sang Oyot tewas.

Tentu saja sang Istri tercinta menangis histeris sangat sedih sekali melihat sang Suami tercinta tewas mengenaskan dalam panci belangga.

Dia pun melaporkan kejadian tersebut kepada sang Raja Hutan, Singa yang budiman untuk meminta keadilan yang telah diperbuat sang Emiong terhadap Suaminya.

Raja pun dengan amarahnya memerintahkan seluruh pengawal Kerajaan rimba belantara untuk menangkap sang Emiong untuk diadili dan dihukum penjara yang sangat berat.

Mendengar dirinya sedang dicari pengawal Kerajaan, sang Emiong pun melarikan diri ke dalam goa-goa yang sangat gelap dan tidak bisa ditemukan.

Semenjak kejadian tersebut sang Emiong atau Kelelawar tidak berani keluar di siang hari, sebab takut tertangkap pengawal, dia memilih malam hari untuk keluar dan beraktifitas mencari makanan.

Janganlah kecerdikan itu dipergunakan untuk maksud mencelakakan orang lain yang bodoh dan tidak tahu akan bahayanya. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Monday, April 25, 2016

Sang Mustahil - Dongeng Irak

Courtesy of diwicoi.blogspot.com
dongeng anak dunia - Pengembaraan suci tengah dilakukan sang Abu Nawas bersama seorang Pendeta dan ahli yoga yang sudah berlangsung berhari-hari lamanya yang telah mereka lalui bertiga.

Ketiga orang hebat ini sedang mencari ketenangan diri mereka masing-masing menyelami arti dari sebuah kehidupan dialam terbuka yang penuh dengan ketenangan jauh dari hirup-pikuk kehidupan manusia dengan rutinitasnya sehari-harinya.

Namun sebernarnya sang Abu Nawas saat ini sedang diperlukan pemikirannya oleh Baginda Raja yang berkuasa saat itu yang bernama Harun Al Rasyid, beliau berencana ingin membangun istana diatas awang-awang.

Sebagian Raja-Raja tetangga Kerajaan telah mempunyai bangunan yang sungguh bagus-bagus dan megah-megah, sementara dirinya ingin membangun bangunan yang lain dari pada yang lainnya yaitu istana di atas langit, biar namanya terkenal dan lebih unik serta keren habis.
   
Terang saja utusan Kerajaan telah datang kerumah Abu Nawas untuk menyampaikan undangan khusus dari sang Baginda Raja yang mulia, namun sesampai di rumahnya hanya disambut oleh sang istri dari tokoh paling populer saat itu.

"Suamiku sedang pergi tidak ada di rumah, dia pergi mengembara menjauh dari keramaian dunia mencari ketenangan dan kedamaian hidup bersama dua orang sahabat dekatnya yaitu pendeta dan ahli yoga dalam waktu yang tidak bisa ditentukan," berkata sang istri Abu Nawas.

Sang utusan Raja dengan segera berlalu dari tempat kediaman Abu Nawas untuk melaporkan berita bahwa Abu Nawas sedang mengembara menunaikan tugas suci.

Mendengar laporan tersebut Raja segera memerintahkan beberapa utusan untuk mencari Abu Nawas keberbagai penjuru negeri. Para utusan segera saja menyebar mencari Abu Nawas, namun yang dicari tidak dapat ditemukan karena sang empu yang sedang dicari lagi asyik-asyik saja berada dirumah berserta sang istri tercinta.

Ketika utusan Raja datang kerumahnya, Abu Nawas baru saja tiba dari belakang rumahnya dan tentu saja dia tidak bertemu sang utusan Raja tersebut.

Sang istri pun telah menyampaikan perihal utusan Raja yang datang khusus mengundangnya, namun Abu Nawas yang baru saja datang dari mengembara masih mau beristrirahat dulu melepas lelah bersama sang istri tercinta yang telah lama ditinggalkan pergi selama ini.

"Baiklah istriku, aku hanya ingin beristirahat dulu beberapa hari ini di rumah bersamamu sebelum menemui sang Raja di istana Kerajaan ," berkata sang suami Abu Nawas kepada istrinya.

"Tentu saja engkau harus istirahat dulu selang beberapa hari suamiku, kitakan sudah beberapa minggu tidak bertemu aku sangat kangen sekali kepadamu," sambil tersenyum istrinya menyahuti perkataan Abu Nawas suaminya.

Hari yang telah ditentukan sang Abu Nawas pun menghadap Raja di istana Kerajaan, Banginda tentu saja sangat senang menyambut kedatangannya, karena rasa gembiraannya sang Raja memulai pertemuan dengan canda gurauannya.

Dan mereka berdua layaknya dua orang sahabat lama saling tukar menukar pengalaman lucu yang pernah masing-masing meraka alami semasa umur mereka masih pada muda belia.

Sampai pada suatu saat sang Raja Harun Al Rasyid berkata pada pokok permasalahan yang selama ini mengganjal benaknya, dia meminta pertolongan khusus kepada Abu Nawas yang tidak pernah kehilangan akal dalam cara berpikir.

"Aku punya cita-cita yang mungkin kurang masuk diakal namun aku meminta pendapatmu tentang hal masalah ini, Abu Nawas?" seru sang Raja.

"Hamba kurang mengerti maksud yang Baginda utarakan tadi?" Abu Nawas balik bertanya.

"Begini, apakah mungkin aku membagun sebuah istana megah di awang-awang yang menggantung di langit biru, sebab Raja-Raja yang lain telah mempunyai istana yang megah namun tidak unik, aku ingin mereka mengenalku dengan istana megah dan unik seperti cita-citaku tersebut," katanya lagi.

"Kenapa tidak mungkin Tuanku Raja, di dunia ini semuanya bisa dilakukan," berkata Abu Nawas dengan ucapan yang tidak tertahan mengalir begitu saja mengikuti irama ucapan yang keluar dari mulut sang Raja Harun Al Rasyid.

Raja sangat terperangah mendengar ucapan orang yang terkenal akan kecerdikkan akalnya Abu Nawas, dia sangat yakin ucapan dan jawaban yang keluar dari mulut orang ini akan menjadi kenyataan.

"Baiklah kalau begitu semua rancangan untuk membangun istanaku di awang-awang aku serahkan sepenuhnya kepadamu," sang Raja memberikan emban tugas kepada Abu Nawas orang yang sangat cerdik di negerinya.

Abu Nawas sangat menyesal dengan pertanyaan menjebak dari sang Raja tentang sebuah kemungkinan dalam mewujudkan sebuah angan-angan untuk membuat istana di atas langit atau awang-awang.

Namun semua pertanyaan dan jawaban telah terucap terlontar dari bibirnya yang memang tidak bertulang, ibarat nasi telah menjadi bubur dia tidak bisa lagi mengelak atau menarik lagi ucapan tersebut.

Dia kini hanya melamun memikirkan cara untuk membuat istana. Jangankan untuk sebuah istana, membuat rumah gubuk kecil pun adalah sesuatu tindakkan yang amat mustahil sekali angannya terus berbicara dalam hati.

Telah beberapa hari ini Abu Nawas hanya terpaku dengan pemikiran seriusnya mengenai rancangan cara untuk membuat sebuah istana di awang-awang.

Pemikirannya terpusat pada satu titik cara yang menurutnya tidak mungkin akan terlaksana, satu cara dengan cara lainnya dia kait-kaitkan.

Dan yang terakhir dia memikirkan khayalan waktu masih kecil tentang istana di atas angin yang dihuni para dewa-dewi yang tinggal di negeri langit ketujuh dalam dongeng anak-anak yang didengarnya tatkala masih kecil dahulu.

Sampai teringat ketika dia bersama teman-teman kecilnya bermain-main dan diantaranya main layang-layang yang sungguh mengasyikkan saat-saat itu.

"Baiklah aku diburu oleh waktu yang seakan-akan mengejarku dengan tidak pernah berhenti," bisiknya dalam hatinya.

Lalu sang Abu Nawas pun mengumpulkan beberapa kawan-kawannya untuk diajak bekerja membuat racangan layang-layang atau raksasa yang begitu super besar dengan bentuk persegi empat.

Dan pekerjaan yang melibat banyak orang tersebut akhirnya rampung juga, maka untuk selanjutnya dia pun melukis sebuah istana yang sangat indah lengkap dengan seluruh ornamen-ornamen sebuah istana yang megah.

"Sempurna!" bisiknya dalam hati, lalu dia pun membawa layang-layang raksasa tersebut bersama beberapa orang kepercayaannya kesebuah tempat rahasia untuk diterbangkan.

Dan pada hari berikutnya layang-layang raksasa tersebut segera saja diterbangkan, seluruh negeri dibuat gempar melihat sebuah istana mengapung di angkasa raya.

Abu Nawas sangat berterima kasih kepada semua kawan-kawan yang telah membantu terbuatnya layang-layang raksasa yang bergambar istana megah tersebut, hatinya kini telah tenang dan sangat puas sekali.

Kabar pun segera diterima sang Baginda dengan sangat cepat, tentu saja Raja sangat senang mendengar kabar tersebut, "tidak salah Abu Nawas adalah orang yang sangat cerdik dan pandai," katanya.

Hari itu juga Baginda bergegas menemui sang Abu Nawas bersama beberapa pengawalnya dan sampailah di rumah orang hebat tersebut dengan senyuman puasnya mengembang dibibir sang Raja tatkala bertemu dengan empunya Tuan rumah.

"Baginda Rajaku yang mulia, istana megah yang paduka pesan telah berdiri di awang-awang," berkata Abu Nawas.

"Aku percaya kepadamu bahwa engkau memang sanggup membuat istana yang menurut seluruh ahli bangunan-bangunanku tidak mungkin bahkan mustahil," Raja sangat bangga kepada Abu Nawas.

"Lalu bagaimanakah caranya aku pergi kesana?" paduka bertanya kembali.

"Tentu saja dengan sebuah tambang paduka Raja," menjawab Abu Nawas.

"Baiklah kalau begitu siapkan sekarang juga tambangnya aku sudah tidak sabar ingin melihat-lihat istanaku," perintahnya kepada Abu Nawas.

"Dengan sangat menyesal pula Tuanku Raja, hamba kemarin lupa memasang tambangnya, sehingga sampai sekarang pun seorang kawan hamba yang bekerja belum juga turun ke bumi," kata Abu Nawas.

"Lantas engkau turun ke bumi dengan bantuan apa?" tanya Baginda.

"Hamba memakai sayap, Baginda," sahut Abu Nawas dengan mendongakkan kepalanya dengan bangga sekali.

"Oh, begitu! buatkanlah aku sayap, aku akan terbang kesana," Baginda mulai tidak sabar, terdengar dari nada bicaranya.

"Sayap hanya dapat digunakan atau dibuat dalam mimpi semata," sang Abu Nawas menjelaskan kepada sang Raja.

"Berarti engkau telah menganggap aku sebagai orang gila saja, ya!" mata sang Baginda Raja seperti mau copot, melotot penuh amarah kepada Abu Nawas.

"Ya kurang lebih mungkin seperti itulah kenyataannya," menjawab dengan segera sang Abu Nawas.

"Apa maksud jawabanmu dengan mimpi semata itu?" tanya Baginda Raja sambil membentak keras semakin emosi saja.

"Istana di awang-awang adalah hal yang sungguh mustahil dan hanya dapat dibuat atau dibangun dalam mimpi semata sebagai khayalan dari sebuah angan-angan."

"Namun Tuanku Raja tetap saja menyuruh hamba untuk membangunnya, padahal hamba juga tahu Baginda Raja adalah orang bijak yang sangat pandai dan pintar pengetahuannya dalam cara berpikir. Tetapi sebuah istana megah di awang-awang mustahil terlaksana," Abu Nawas memberikan penjelesan sambil sedikit menyanjung sang Baginda Raja.

Raja Harun Al Rasyid tidak marah sedikit pun selagi mendengar penjelasan sang Abu Nawas demikian, dia pun kini maklum dengan semua yang diinginkannya diluar batas kemampuan akal seseorang manusia biasa.

Permintaannya yang sungguh-sungguh sangat gila kepada Abu Nawas adalah permintaan yang tidak masuk diakal atau gila, lantas saja sang Baginda Raja bertanya kembali kepada Abu Nawas sambil tertawa.

"Sebenarnya aku yang gila atau memang engkau yang sudah gila, hai Abu Nawas?" tanya sang Raja sambil tertawa ngakak.

"Memang kita berdua sudah menjadi gila Tuanku Raja," jawab Abu Nawas tanpa ragu sama sekali kepada sang Raja.

Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit tetapi janganlah cita-cita tinggi itu diluar hal yang sangat mustahil menjadi kenyataan.

Berusaha dan belajarlah dengan giat, niscaya hal mustahil pun akan menjadi sesuatu kenyataan yang ada dalam menggapai sebuah cita-cita yang mulia dan benar yang engkau inginkan. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Karakteristik Anggota Team Work Yang Jelek
Hantu Spanyol Santa Compana
Share:

Friday, April 22, 2016

Sang Anak Yatim - Dongeng Indonesia

Courtesy of menulisaja.wordpress.com
dongeng anak dunia - Pada zaman dahulu hiduplah seorang Raja yang sangat kejam di daerah Jambi, namun selain kejam sang Raja juga kurang pintar dalam cara berpikir atau bodoh.

Dengan kebodohannya sang Raja akan dengan mudahnya bertindak menjatuhkan hukuman yang sangat berat bagi siapa saja orang yang dianggapnya bersalah atau melanggar peraturan yang dibuatnya sendiri dan tidak berpedoman dengan kebenaran hidup.

Namun dalam kebodohannya ini sang Raja menjadi sasaran orang pintar untuk membodohinya, sang Raja mudah saja tertipu atau dikelabuhi oran-orang yang berada di lingkungan sekitarnya yang langsung berhubungan dengannya.

Dan kebiasaan Sang Raja yang sangat hobby memelihara kerbau, sehingga kerbau-kerbaunya sangatlah banyak dan diurus seorang anak remaja yang sudah tidak memiliki kedua orang tua dialah si yatim, begitulah orang-orang memberikan panggilan akrab terhadapnya.

Dipadang rumput yang luas itulah sang anak yatim mengembalakan kerbau-kerbau yang menjadi tanggung jawabnya dari pagi sampai menjelang senja, hampir seharian penuh dia bekerja mengembala.

Waktu senggang yang begitu banyak dia manfaatkan dengan satu kebisaan yang mungkin bisa dibilang aneh, namun si anak yatim sangat suka melakukannya yaitu menangkap ekor kerbau-kerbau yang tidak pernah diam menghalau lalat atau nyamuk dengan menggunakan ruas bambu.

Tentu saja hampir semua kerbau peliharaan yang dijaganya menjadi banyak yang luka kena goresan ruas bambu yang dipakai alat untuk menangkap ekor-ekor tersebut.

Senja hari saat sang kerbau-kerbau pulang masuk kandang, dia pun tidak lupa untuk mengitung kembali jumlah dari kerbau-kerbau yang masuk kandang dengan sangat teliti, sebab kalau hilang satu ekor saja hukuman berat akan segera dia dapatkan dari sang Raja yang sangat kejam dalam bertindak menghukum orang-orang yang menurutnya bersalah.

Hari-hari pun berjalan dengan sangat cepat tidak terasa si yatim telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang berwajah tampan dan sangatlah gagah dengan badannya yang berukuran yang sangat tegap.

Hari itu kebetulan sang Raja ingin memeriksa kerbau-kerbau miliknya yang dijaga sang pemuda yatim.

Mendapati jumlah kerbau yang semakin bertambah banyak, Sang Raja sangatlah senang sekali hatinya namun tatkala melihat ekor-ekor kerbau yang hampir semuanya dalam keadaan bekas ada cacat atau luka, hati sang Raja menjadi sangat marah.

Dengan marahnya sang Raja mulai menyelidiki dengan pertanyaannya, "mengapa dengan semua ekor kerbau-kerbauku yang nampak ada cacat bekas luka?" bertanya sang Raja dengan suara keras sekali membuat hati si yatim ketakutan.

Lantas saja si yatim menjawabnya dengan jujur sekali, "sebelumnya hamba mohon ampun Baginda Raja, begini setiap kali hamba selalu menangkap ekor-ekor kerbau tersebut dengan satu ruas bambu untuk menghilangkan rasa jenuh selama seharian penuh hamba berada dipadang tempat mengembala ini," ujar dengan permohonan maaf terlebih dahulu tatkala menjawab pertanyaan.

Bukan main marahnya sang Raja kala itu, namun dengan raut dan mimik muka biasa saja dia menutupi segala kemarahan, secara diam-diam hukuman berat telah direncanakan dalam hatinya.

Sang Raja memandang wajah si yatim dengan sorot mata biasa saja, tidak memperlihatkan kemarahan kemudian berkata, "tidak sepantasnya engkau menjadi anak gembala lagi melainkan menjadi seorang prajurit perang dengan postur badan yang tegap yang engkau miliki seperti ini!" seru sang baginda mengagetkan si yatim.

"Gerakkanmu sangatlah gesit, namun engkau harus aku uji dengan beberapa tes!" katanya kembali melanjutkan perkataan sebelumnya.

"Beribu-ribu maaf kalau boleh hamba tahu Baginda Raja, ujian apakah yang hendak hamba lalui?" bertanya si yatim.

"Karena ujian untuk menjadi prajurit perang, hendaknya engkau menangkap berbagai macam jenis senjata antara lain tombak, pedang dan keris yang akan aku tusukkan. Mengertikah engkau?" kata Baginda Raja.

"Hamba mengerti, Tuan Raja," si yatim menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang diucapakan Baginda Raja.

"Namun apakah boleh hamba meminta sarung dari semua senjata yang Tuan Raja ujikan kepadaku?" bertanya dengan sebuah permintaannya.

"Tentu saja engkau akan kuberikan sarung senjata yang akan aku ujikan," sang Raja setuju dengan usulan si yatim.

Dalam hati Baginda berkata lain, "Hukuman akan segera dimulai, sekarang engkau akan menyangka ini merupakan ujian namun sebenarnya hanyalah hukuman jika engkau lengah maka senjata yang akan aku tusukkan akan melukaimu bahkan bisa saja membunuhmu serta aku tidak akan disalahkan atas tindakkan ini," bibirnya tersenyum picik.

Akhir semua sarung senjata telah berada ditangan si yatim, sang Baginda dengan gesit menusukkan keris pusakanya dengan gerakan menusuk dada si yatim, namun dengan mudah keris pusaka tersebut telah masuk didalam sarungnya yang dipegangnya, dengan mudah pula keris pusaka itu telah pindah tangan, si yatimlah yang kini memegangnya.

Dengan mudahnya dia mengimbangi semua gerakan sang Tuan Raja seperti dia menangkap ekor kerbau dengan ruas bambu yang biasa dia latih setiap hari dan menjadi hobby kebiasaannya dikala waktu luang.

Namun lain halnya dengan sang Tuan Raja, dia tidak menyangka gerakan menusuk tersebut dapat dengan mudah diatasi si yatim dengan sangat cekatan sekali.

Lalu diambilnya pedang yang bagitu tajam dengan gerakan yang sangat mendadak sang Raja pun menyabetkan lagi senjata tajam tersebut dengan gerakan yang lebih hebat lagi.

Namun lagi-lagi sang Raja dibuat terkaget-kaget, pedang tajam dengan sangat mudahnya telah berada didalam sarungnya dan berpindah tangan, kini si yatimlah yang memegang pedang tajam tersebut untuk kedua kalinya dua senjata telah berpindah tangan.

Dan terakhir sebuah tombak menghujam kearah tubuh si yatim, lagi-lagi hujaman tombak dapat dielakkan si yatim dengan mudah serta dimasukkan dalam sarungnya, tombak tersebut kini telah berpindah tangan dan si yatimlah yang memegangnya.

Raja akhirnya kewalahan sendiri untuk mengalahkan si yatim, dengan segera dia pun memberikan perintah penangkapan kepada prajurit yang mengawalnya, si yatim pun ditangkap dan dimasukkan kedalam keramba serta selanjutnya ditenggelamkan kedalam sungai.

Didalam sungai dalam keramba si yatim mengeluarkan pisau yang kecil sangat tajam yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi malah sudah menjadi teman setianya setiap hari.

Tali keramba dapat dengan mudah dipotongnya dengan mengiris ikatannya lalu dia pun naik kembali kepermukaan air sungai yang sangat dalam menuju tepi pinggirannya.

Si yatim merasa sakit hatinya diperlakukan tidak adil dan semena-mena dari sang Raja yang berkuasa dinegeri tercintanya ini, dia pun berencana membalas sakit hatinya kepada Baginda Raja yang berhati sangat jahat dan kejam .

"Hukaman yang sama harus dirasakan oleh sang Raja seperti dia menghukumku kali ini", pikirannya terus berputar untuk mencari cara akal yang dapat membuat sakit hatinya terbayarkan lunas, "Wow!" tiba-tiba dia berteriak sendiri dalam hatinya, lantas saja dari sela bibirnya mengulas sebuah senyuman tipis.

Tidak membuang waktu lama, dia pun bergegas menuju rumahnya dan mengambil seluruh uang dari tabungan yang selama ini dia simpan didalam celengannya hasil dari bekerja mengurus kerbau-kerbau sang Baginda Raja.

Dengan uang tersebut si yatim cepat-cepat membelikan pakaian yang mahal-malah dan tentu saja pakaian yang indah-indah juga bagus, pakaian lamanya lalu dibuangnya begitu saja.

seorang pemuda tampan yang berbadan tegap dan gagah menghadap sang Raja, tentu saja Baginda sangat kaget sekali mendapati pemuda tersebut adalah si yatim yang tiba-tiba berubah menjadi seorang pemuda yang berpenampilan sangat menawan layaknya seorang bangsawan kaya yang berpakaian sangat rapih dan indah.

"Mengapa orang ini masih hidup, bukankah telah dihukum mati ditengelamkan dalam sungai yang begitu dalam", hatinya menjadi bertanya-tanya dengan semua kejadian yang tengah dihadapinya kini.

"Sebelumnya, hamba haturkan banyak-banyak terima kasih yang tidak terhingga terhadap Tuan Baginda Raja yang terhormat," seraya si yatim berkata-kata untuk memulai percakapan yang lainnya dengan sang Baginda Raja.

"Apa maksudmu dengan semua ini?" Baginda Raja makin keheranan saja mendengar tutur kata yang mengucapkan terima kasih dari si yatim.

"Begini Tuanku Raja, keramba yang engkau tenggelamkan bersama hamba ternyata adalah jalannya menuju surga dan ketika hamba berada dalam surga tidak disangka hamba pun bertemu dengan kedua orang tua hamba dan mereka memberikan hamba baju yang indah-indah diantaranya yang sekarang hamba kenakan sekarang."

"Kemudian hamba pun berjalan-jalan disurga nan indah tersebut dan akhirnya hamba pun dapat bertemu dangan orang tua Baginda, beliau pun berpesan untuk menyampaikan pertemuan itu kepadamu duhai Tuan Raja."

"Orang tua paduka Raja sangat merindukan kedatanganmu disurga, namun hamba tidak dapat berbicara terlalu lama dengan beliau disana sebab hamba keburu diusir dari surga karena belum waktunya hamba meninggalkan dunia ini." si yatim menutup pembicaraannya, dia mau melihat apa yang akan dilakukan sang Raja kejam setelah mendengar karangan kata yang disusun sedemikian rupa olehnya.  

"Kamu jangan pernah berbohong terhadapku yatim!" hardik sang Raja dengan suara berang sekali. "Kalau benar kamu bertemu dengan orang tuaku pasti kamu tahu siapa orang tuaku?" tanya sanga Raja.

Dengan serentak si yatim pun menjawab tidak mau kalah cepat dalam berpikir. "Tentu saja saya tahu Baginda, siapa sih yang tidak mengenal orang tua Tuan Raja, walaupun beliau sudah meninggal namun Raja terdahulu yang sangat terkenal dengan keadilannya yang bijaksana dalam berkuasa dikerajaan ini," jawab si yatim dengan mantap sambil sedikit mengeluarkan kata-kata pedas sebagai sindiran kepada sang Raja kejam yang bodoh ini.

Sang Raja yang pada dasarnya memang sangat bodoh percaya saja apa yang diucapkan si yatim, dia pun lalu memerintahkan pengawal istana kepercayaan untuk membuatkan keramba yang berukuran besar yang memuat dengan leluasa ukuran badannya yang tinggi besar.

Dan sebelum berangkat menempuh perjalanan menuju surga, seluruh tambuk kepemimpinan kerajaan dia serahkan kepada si yatim yang ditunjuk menjadi wakilnya menjadi Raja sementara.

Sungguh anugerah yang tidak terkira, si yatim kini telah menjadi Raja sementara atau wakil Raja yang memegang penuh kekuasaan seorang Baginda Raja.

Sang Baginda Raja telah siap berada dipinggir sungai tempat yang dahulu si yatim ditenggelamkan. "Cepatlah tenggelamkan aku, aku sudah tidak sabar ingin bertemu orang tuaku di surga," titahnya kepada seluruh pengawal yang sudah dari tadi siap dipinggir sungai.

Kerajaan kini dipimpin oleh Raja sementara si yatim yang bekerja dengan sangat baik dan hati-hati sekali memegang amanah rakyat.

Betapa rakyat sangat senang dan damai kini dalam pemerintahan Raja baru yang dipimpin si yatim dan seluruh rakyat berharap Raja mereka yang selalu kejam dan jahat berada dalam perjalanan menuju surga dengan sangat lama.

Dan selang satu minggu berlalu prajurit yang bertugas berjaga dipinggir sungai tempat sang Baginda ditenggelamkan dibuat terkejut dengan muncul keramba besar mengapung kepermukaan air sungai.

Didalamnya didapati sang Baginda Raja telah tewas jasadnya, kemudian dibawa ke Istana Kerajaan untuk diserahkan kepada wakil Raja si yatim.

"Mungkin sang Baginda salah mengambil jalan menuju surga sebab kini dia telah tewas," berkata si yatim.

"Atau mungkin sang Baginda dikeroyok prajurit-prajurit surga karena sifatnya yang serakah, dia ingin berkuasa disana," timpal beberapa prajurit yang tahu sifat Raja mereka yang tamak dan serakah berkomentar.

Akhirnya setelah Raja dimakamkan, yatim pun melamar putri Raja yang cantik tentu saja putri bersedia dijadikan istri seorang pemuda yang sangat tampan seperti si yatim serta selalu sopan dalam bertutur kata.

Yatim kini telah bersandingkan seorang istri cantik anak dari Raja yang telah meninggal dunia, rakyat pun menunjuk si yatim menjadi Raja.

Dari empat penjuru negeri Kerajaan melalui perwakilan, masing-masing telah setuju si yatim menjadi Raja mereka menggantikan Raja yang telah tewas sewajarnya, seorang wakil Raja naik menjadi Raja sebenarnya serta mampu menjalankan tambuk kepemimpinan yang selaras.

Seluruh abdi Kerajaan dan para tokoh sesepuh Kerajaan pun setuju dengan usulan empat utusan rakyat dan dengan segera si yatim dinobatkan menjadi Raja yang syah memimpin Kerajaan.

Seluruh rakyat sangat mencintai Raja baru mereka yang banyak berjuang demi makmurnya negeri Kerajaan dan seluruh rakyatnya, pemerintahan dijalankan dengan adil dan bijaksana seluruh rakyat pun kini hidup dengan damai dan sejahtera penuh dengan kebahagiaan.

Bertindak tidak bijak atau sewenang-wenang adalah tindakkan bodoh yang akan merugikan orang lain serta pada akhirnya akan berbalik merugikan diri kita sendiri sebagai pelakunya.

Pikirkanlah semua tindakkan yang akan kita kerjakan, jangan sampai bertindak bodoh serta membawa petaka bagi kehidupan diri sendiri dan orang lain.

Bertindaklah secara bijaksana serta penuh dengan perhitungan yang matang. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Air Garam Untuk Membilas Mulut
Matinya Teman Sekamar - Urban Legend
Share:

Sang Ikan Emas Ajaib - Dongeng Rusia

Courtesy of paskalina.wordpress.com
dongeng anak dunia - Pulau Buyan adalah perkampungan nelayan pada zaman dahulu kala, tempat tinggalnya sepasang suami istri yang sudah tua yang menghuni sebuah rumah yang sangat sederhana.

Sang kakek dan sang nenek hidupnya serba kekurangan dari hasil pekerjaannya menangkap ikan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja.

Seperti biasanya sang kakek telah berangkat dari rumahnya menuju laut untuk menangkap ikan, jala pun telah dilempar ke laut, lalu ditariknya secara perlahan-lahan.

Namun hari itu dia belum mendapatkan tangkapan sama sekali, dia tidak putus asa dengan sabar dia terus melempar jalanya.

Dan kemudian untuk kesekian kalinya dia menarik napas panjang, tetap saja hasil belum diperolehnya hari ini walaupun telah berbagai cara dia berusaha melempar jalanya.

Selanjutnya sang kakek pun melempar jala kembali berharap kali ini mendapat tangkapan yang sesuai dengan harapan hatinya, dan ketika jala ditariknya sepertinya ikan yang tersangkut di jalanya sangat berat sekali.

"Ikan besar", pikirnya dalam hati dengan sekuat tenaga jala pun terangkat namun seperti tadi dalam jala tidak terdapat ikan yang diharapkan hanya ikan emas kecil tersangkut di dalam jalanya.

Tetapi ikan yang tersangkut bukanlah sembarang ikan walaupun terlihat kecil namun badannya sangat berkilau bagaikan emas mutiara tatkala tertimpa sinar mentari siang hari itu dan yang lebih aneh lagi sang ikan cantik ini bisa berbicara layaknya manusia.

"Lepaskanlah diriku, hai kakek nelayan! Dan aku akan mengabulkan semua permintaanmu" berkata sang Ikan Emas Ajaib.

Sang kakek tertegun sebentar. "Baiklah aku akan melepaskanmu dan aku tidak akan meminta apapun darimu, ikan kecil pergilah engkau sekarang," sang kakek melepaskan ikan emas yang cantik itu.

Dan kemudian sang kakek pun pulang ke rumahnya dengan tangan hampa tidak mendapatkan apa-apa hari ini, namun sesampai di rumahnya sang kakek pun ditegur sang nenek yang telah menunggunya dari semenjak pagi.

"Hari ini aku hanya memperoleh ikan emas kecil yang sangat lucu sekali dan bisa berbicara layaknya seorang manusia," katanya.

"Lalu mana ikannya?" tanya sang nenek kemudian.

"Maaf ikan tersebut aku lepas kembali, karena ikan tersebut berkata seandainya aku melepasnya dia akan mengabulkan semua permintaanku," berkata sang kakek kepada sang nenek.

"Terus apa yang engkau minta?" tanya sang nenek.

"Aku tidak meminta apapun sebab aku tidak percaya ucapannya," katanya.

"Mengapa engkau tidak mencoba meminta roti saja untuk kita makan hari ini, ayo engkau balik lagi kembali ke pantai dan pintalah roti untuk kita!" seru sang nenek.

Dengan langkah yang malas sang kekek pun balik kembali ke pinggir pantai lalu berteriak-teriak dengan suara keras mengimbangi suara deru ombak pantai.

"Sang Ikan Emas Ajaib datanglah, nampakkan dirimu disini dan kabulkan permintaan yang telah engkau janjikan kepadaku!" seru sang kakek dengan teriakkannya.

Tidak selang beberapa lama muncullah di hadapan sang kakek Emas Ajaib tersebut, "permintaan apakah yang engkau kehendaki kakek?" tanya sang Ikan Emas Ajaib.

"Ketika aku sampai di rumah tadi istriku meminta padaku, dia inginkan roti untuk bersantap makan kami," kata sang kakek.

"Baiklah aku akan mengirim roti yang banyak dan enak-enak ke rumahmu kakek," sang ikan pun pergi menghilang setelah mengabulkan permintaan sang kakek.

Betul saja setelah tiba di rumah meja makan yang ada di dapur rumahnya telah terisi banyak sekali roti yang enak-enak tertata dengan sangat rapih sekali.

Namun sikap sang istri masih saja belum puas dengan apa yang didapatnya sekarang, lalu berkata kembali, "makanan roti kita telah banyak tetapi untuk mencuci piring wastafel kita rusak, mintalah yang baru kepada Ikan Emas Ajaibmu" katanya.

Sang kakek pun balik lagi ke pinggir pantai dan memintanya.

"Sang Ikan Emas Ajaib datanglah kemari," katanya.

Sang ikan emas pun telah muncul dihadapan sang kakek lalu berkata, "ada apa lagi kakek?" tanyanya.

"Istriku di rumah menginginkan wastafel untuk mengganti yang lama yang telah rusak," sang kakek memintanya.

"Pulanglah, wastafel nanti aku kirim," katanya singkat dan sang ikan pun telah berlalu kembali masuk kedalam air laut.

Namun sang nenek yang tidak pernah puas telah siap menghadang di depan rumahnya, sang kakek yang baru saja datang telah disuruhnya kembali ke pantai di pinggir laut.

"Sekarang pergilah kembali ke laut suamiku, pintalah kepada ikan ajaibmu sebuah rumah yang baru, sebab kita tidak bisa diam terus di rumah yang sudah hampir roboh seperti ini," kata sang nenek.

"Sang Ikan Emas Ajaib datanglah kembali!" kata sang kakek berteriak.

Maka tidak lama kemudian sang Ikan Emas Ajaib telah berada kembali dihadapan sang kakek lalu berkata kembali.

"Sekarang engkau menginginkan apalagi? bertanya sang Ikan Emas Ajaib.

"Istriku telah marah besar dengan keadaan rumah kami yang hampir mau roboh sehingga dia meminta saya untuk meminta kepadamu rumah baru," cerita sang kakek kepada sang Ikan Emas Ajaib.

"Baiklah jangan takut, permintaanmu akan aku kabulkan dengan segera, pulanglah dan lihatlah rumah barumu!" serunya.

Alangkah senangnya hati sang kakek ketika melihat sebuah rumah telah berdiri dengan segala keindahan seninya yang asri, rumah kayu dengan ukiran di setiap tiang-tiang yang megahnya.

Namun rasa bahagia segera sirna ketika melihat wajah sang nenek yang cemberut di depan pintu rumah barunya, wajahnya kini lebih di tekuk menandakan dia marah besar.

"Hai kakek! aku masih belum puas dengan semua ini sebab aku tidak ingin menjadi istri seorang nelayan, jadikanlah aku seorang nyonya besar dari bangsawan kaya raya biar semua orang tunduk dan menurut segala perintahku!" serunya kembali dengan nada bicaranya yang sangat keras dan kasar sekali.

Sudah beberapa kali hari itu, sang kakek mondar-mandir ke pinggir pantai untuk memohonkan permintaan sang nenek istri tercintanya.

Sang Ikan Emas Ajaib pun telah kembali mengabulkan permintaan sang kakek kembali untuk kesekian kalinya tanpa banyak cerita lagi.

Kakek pun cepat berlalu dari pinggir pantai hatinya sangat ingin melihat apa yang terjadi sekarang dengan rumahnya, dan ketika sampai didepannya jantungnya hampir copot melihat rumahnya telah berubah drastis sekali.

Kini rumahnya telah berubah menjadi lantai tiga bangunan batu yang sangat megah sekali, dia pun langsung saja masuk kedalam rumah besar tersebut dengan segera merasa dirinya sebagai pemiliknya.

Dilihatnya sang istri tercinta sedang duduk di atas kursi besar dan tinggi dengan busa empuk yang melapisinya, baju yang dikenakannya sangat bagus terbuat dari kain sutra yang mahal, maka kini terlihat begitu cantik walaupun umur tuanya masih tetap nampak.

Memberi perintah kepada beberapa pelayan-pelayan yang selalu siap disampingnya melaksanakan tugas yang akan diberikan.

"Istriku tercinta! engkau kini kelihatan cantik sekali," sang kakek menyapa sang nenek dengan tatapan matanya tidak lepas melihat sang istri dengan penampilan mewahnya.

"Hai! siapakah engkau kakek tua yang berani sekali mengaku sebagai suamiku, pelayan mengapa engkau diam saja ikat dan lempar ke gudang berilah hukuman 40 cambuk," hardiknya sambil memberi perintah terhadap para pelayan.

Sang kakek kini telah berada di gudang dengan kondisi badannya yang hampir tidak bisa berdiri karena telah dicambuk 40 kali oleh pelayan, sang nenek kini telah sombong karena menjadi nyonya bangsawan yang kaya raya.

Dan setelah beberapa lama berada dalam gudang akhirnya sang kakek dilepaskan dan disuruh bekerja menjadi tukang taman yang mengurus semua isi taman dari menyiram sampai membersihkan halaman taman yang harus tertata dengan rapih dan indah.

Harta benda dan kekayaan telah menggelapkan mata sang nenek, dia sudah lupa dari mana semua kekayaan yang didapatnya kalau bukan dari sang kakek suaminya yang baik hati yang sederhana dan selalu mencintainya walaupun dalam keadaan miskin ketika dahulu.

Tetapi sang kakek yang bersifat sangat sederhana tidak pernah mau membalas sakit hatinya, hanya saja dia telah tahu bahwa sang istri tercinta mempunyai watak yang sangat tamak, sombong dan jahat.

Setelah sekian lama menjadi nyonya bangsawan yang kaya raya sang nenek yang tidak pernah merasa puas akhirnya bosan juga, dia kini menemui sang kakek suaminya yang telah dipekerjakan sebagai tukang pemelihara tamannya.

"Hai kakek tua!" serunya. "Pergilah dan katakan permintaanku kepada Ikan Emas Ajaibmu, kini aku telah bosan menjadi bangsawan aku ingin menjadi Ratu saja, cepatlah engkau pergi lelaki tua," katanya setengah membentak suaminya.

Sang kakek kini telah berada di pinggir pantai, dan dia pun seperti biasa mengutarakan keinginan sang istri memohon permintaan sang nenek istrinya yang tamak.

"Apa yang kini engkau minta kakek? katanya.

"Sang istriku kini telah lupa daratan, kini dia meminta menjadi seorang Ratu," kakek mengutarakan keinginan sang Istri.

Sang Ikan Emas Ajaib menjawab dengan cepat, "Pulanglah kakek! keinginanmu telah terkabulkan."

Sang kakek telah sampai di depan bekas rumahnya yang kini berdiri sebuah istana mewah beratap emas dengan para pengawal kerajaan lengkap dengan senjata di tangan dan bahu mereka, hilir mudik menjaga istana mewah tersebut.

Sementara sang nenek istrinya kini berpakaian seorang Ratu sedang berdiri di sebuah balkon lengkap dengan para Jenderal dan para Gubenur yang siap menerima titah sang Ratu.

Segalanya menjadi mudah setelah menjadi orang yang berkuasa atas apapun, namun semua tetap harus kembali kepada apa yang seharusnya terjadi.

Sang Ratu dengan istana mewahnya telah membuat sang nenek lupa akan waktu yang dijalaninya sudah berbulan-bulan dia menjadi Ratu di dalam istana mewahnya, kebosanan kini telah melanda dirinya kembali.

Sang nenek yang serakah kini telah bosan kembali menjadi Ratu, dia ingin menjadi orang yang sangat berkuasa lagi melebihi pangkat Ratu yang kini dia sandang.

Maka titah pun berkumandang dengan lantangnya, semua Jenderal dan Gubenur juga abdi keraton sibuk mencari sang kakek tua untuk dibawa kehadapan sang Ratu.

Sang kakek ditemukan di dalam taman keraton istana, lalu dia dibawa menghadap kepada sang Ratu, "baiklah kalian keluar semua aku akan berbicara dengan lelaki tua ini sendirian saja tanpa pengawalan," berkata sang Ratu.

Dan setelah hanya berdua saja sang Ratu lalu berkata kepada sang kakek, "Temuilah kembali sang Ikan Ajaibmu dan katakan keinginanku kini, aku ingin menjadi Dewi laut yang bisa memerintah seluruh laut yang ada di dunia ini," katanya lantang sekali dan tegas.

Sang kakek mencoba menolak namun tetap saja keinginan sang Ratu adalah ancaman yang harus dilaksanakan sebab nyawa sebagai taruhannya.

Sang kakek pun berjalan menuju pantai yang biasa dia kunjungi tatkala meminta permohonan, dan setelah sampai di pinggir pantai seperti biasa dia mengutarakan keinginan yang diperintahkan sang Ratu atau sang nenek istrinya.

Tetapi telah beberapa kali dia berteriak dan memohonkan keinginannya, sang Ikan Emas Ajaib tidak muncul-muncul menampakkan dirinya.

Namun dengan sabar sang kakek memanggil lagi sang Ikan Emas Ajaib untuk yang kesekian kalinya, laut pun bergejolak seperti marah, ombak besar membungbung tinggi laut mengamuk untuk beberapa saat.

Setelah laut tenang kembali barulah sang Ikan Emas Ajaib muncul kepermukaan air, namun tatapan matanya tidak menunjukkan rasa keperdulian terhadap keinginan sang nenek yang tamak, serakah, rakus, dan sombong, kemudian dia menghilang kembali ke dasar laut tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Dan ketika sang kakek pulang kini nampak lagi rumah yang dahulu dia tempati, apa yang terjadi dengan istana megahnya kini telah hilang yang ada hanyalah rumah reyot yang telah lama menemani kehidupan miskinnya sebagai nelayan penangkap ikan.

Dan ketika masuk kedalam rumah reyot tersebut dijumpai sang nenek tua yang berpakaian jelek penuh tambalan, hidup miskin kembali menjadi bagian hidup mereka berdua suami istri.

Sang nenek yang tamak hanya bisa menyesal dengan ketamakkannya setelah apa yang terjadi sekarang ini, namun semua telah ada yang mengatur, Sang Maha Pencipta yang berhendak lain atas makhluknya yang serakah.

Kehidupan miskin telah kembali kepada sang kakek dan sang nenek seberapa kerasnya usaha yang dikerjakan sang kakek dan sang nenek tidak bisa menjadi kaya, Hanyalah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja.

Bersyukur atas kelebihan yang didapatkan ketika kita kekurangan atau miskin, sebab kelebihan itu akan membuahkan rasa bahagia yang sangat nikmat.

Namun merasa tidak puas dan selalu haus akan kelebihan bisa mengurangi rasa nikmat dalam bersyukur sebab akan mencari dan terus mencari sampai semua tenaga dan pikiran terkuras habis serta tidak berdaya lagi. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Tips Membuat Green Office
Sumpah Pembantu Membuat Petaka
Share:

Thursday, April 21, 2016

Burung Hantu Pemalas - Dongeng Rusia

Courtesy of gandie22.blogspot.com
dongeng anak dunia - Hiduplah pada zaman dahulu seekor burung hantu di sebuah rimba belantara. Burung hantu ini berwarna abu-abu mulus gemuk dan sangat lucu, namun sayang dia seekor burung yang sangat pemalas sekali.

Kerjanya hanya diam mematung dalam satu dahan saja, tatkala istirahat siang hari sehabis mencari makan tikus buruannya dimalam hari dalam hutan.

Pada suatu hari yang sangat cerah tatkala sedang tidur mendengkur, bertengger di sebuah dahan pohon yang sangat besar, sekoyong-koyong di atas dahan lain di pohon tersebut buru pelatuk datang.

Serta merta sang burung pelatuk mematuk-matuk pohon tersebut dengan cepatnya mencari ulat kayu yang tersimpan di dalam dahan kayu tersebut.

Tentu saja sang burung hantu pun marah, namun dengan malasnya dia pun mengusir burung pelatuk tersebut dengan kata-kata yang sangat kasar.

"Enyahlah burung jahat! apakah engkau sudah tidak punya mata ataukah engkau sengaja menantangku untuk berkelahi!" seru burung hantu penuh amarah.

"Maaf aku hanya mencari makanan yang terletak di dalam dahan yang aku patuk tadi," menjawab burung pelatuk.

"Mengapa engkau mancari makan di dahan pohon ini, carilah di tempat lain masih banyak pohon di hutan ini," burung hantu menbentak kembali dengan suara lantangnya.

"Semua hewan yang ada di hutan ini sedang sibuk bekerja mengapa engkau hanya diam mematung, dasar pemalas!" seru sang burung pelatuk.

Dan dengan cepat dia pun berlalu dari tempat tersebut dengan perasaan sangat kesal sekali kepada burung hantu sang pemalas dan juga pemarah.

"Kini aku akan tenang kembali tidur tanpa ada hewan lain yang akan menggangguku", dia pun kembali melanjutkan acara tidur siangnya yang sempat terganggu sang burung pelatuk.

Namun baru saja sebentar matanya tertutup, terdengar suara siulan keras menakutkan dari seekor burung yang ukuran badannya hampir sama dengannya.

Siapakah yang punya suara seram seperti itu, oh ternyata seekor burung gagak Magpie atau gagak dari dataran eropah.

Suaranya begitu melenting keras memekakkan telinga yang mendengarnya, tentu saja hal ini membuat sang burung hantu semakin marah saja.

"Hai kau, berisik sekali! pergilah dari sini burung jelek," burung hantu mengusir sang Magpie burung gagak.

Burung Magpie hanya diam saja, dia sedikit pun tidak takut sama sekali terhadap burung hantu yang galak tersebut.

"Dari tadi engkau hanya tidur dan tidur saja kerjaannya, apakah engkau tidak berminat mempunyai sarang sendiri?, buatlah sarang selagi engkau tidak sibuk mencari makan," berkata burung Magpie dan terus terbang berlalu dari tempat tersebut dengan rasa kesal terhadap burung hantu sang pemarah.

Sesaat kemudian terlihat seekor burung kecil pipit terbang di atas kepalanya sambil membawa ranting kecil sebagai bahan untuk membuat sarangnya.

Terus menerus bolak-balik mengakut berbagai jenis daun-daun kering dan ranting kecil yang kemudian dia susun rapih, sang burung kecil pipit atau tompit sedang membangun sarang dengan tekun dan telaten.

Kemudian sang burung hantu pun berpikir, "suatu saat aku pun akan membuat sarang yang bagus untuk tempat tinggalku dan anak-anak istriku" pikirnya.

Hari pun telah berganti malam, udara yang sangat dingin menusuk tulang sumsum hawa udara malam yang sangat menyiksa saat itu.

Sang burung hantu pemalas berpikir, "seandainya aku tertidur di dalam sarang alangkah hangatnya", bisik hati kecilnya.

"Namun malam hari adalah dimana aku akan mencari makan tikus sebagai mangsaku yang akan memuaskan rasa laparku malam ini", dia berlalu mancari mangsa.

Namun sampai menjelang subuh dia tidak dapat menemukan mangsa untuk dimakan, baru ketika ayam jantan berkokok dia dapat seekor tikus yang cukup besar, mungkin sang tikus kesiangan untuk pulang ke sarangnya.

"Lumayan sebagai pemuas nafsu makanku hari ini, aku mendapatkan makanan juga akhirnya," pikirnya dalam hati.

Pagi yang dingin dengan perut yang sudah terisi, tidak menjadi tambah dingin karena semua akan kembali hangat setelah matahari pagi menyingsing memperlihatkan sinar merah menyalanya membawa hangat pagi yang nan cerah.

Sang burung hantu telah siapkan tenaga dan pikiran untuk membuat sebuah sarang yang sangat bagus untuk dirinya.

Namun setelah dia berada dalam sebuah dahan di atas pohon, pikiran untuk membuat sarang pun telah hilang dalam ingatannya, dia kembali dengan rasa malas yang telah mengalahkan segalanya.

Sampai sekarang pun burung hantu tidak pernah membuat sarang untuk dirinya dan anak istrinya, namun dia selalu berangan-angan ingin membuatnya sarang.

Rasa malas adalah penyakit yang harus disembuhkan dengan segera sebab malas akan mengalahkan semua harapan dan angan-angan, kalahkan penyakit malasmu dengan berpikir positif. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

Wednesday, April 20, 2016

Arti Dari Sebuah Persahabatan - Dongeng Inggris

Courtesy of www.kurakuraku.com
dongeng anak dunia - Pada Zaman dahulu kala hiduplah seekor kura-kura kecil yang selalu hidup dengan ceria dan bahagia setiap harinya, dia akan sibuk mencari makan disemak belukar dalam hutan dekat dengan sebuah sungai besar yang membelah rimba belantara.

Tersebutlah disisi lain kehidupan sang elang yang sebagian waktunya dipergunakan untuk terbang, namun pada suatu hari sang elang dan sang kura-kura berjumpa saat mereka berdua sama-sama mengambil air minum di sungai besar yang membelah hutan belantara.

Pertemuan yang secara kebetulan tersebut menjadikan mereka dua menjadi sahabat yang sangat akrab sekali sang elang selalu mampir di rumah sang kura-kura, mereka ngobrol sambil memakan makanan yang disajikan keluarga tuan rumah.

Keramah-tamahan keluarga kura-kura yang selalu menyambut siapa saja tamu yang berkunjung ke rumahnya termasuk sang elang, dengan senang hati keluarga ini menyediakan makanan yang royal dan terkanal dengan lezatnya makanan yang mereka masak.

Makanan gratis yang selalu dinikmati sang elang manakala berkunjung ke rumah keluarga kura-kura menjadi tertawaan dalam hatinya.

Sang elang sangat picik dalam bergaul dia hanya beranggapan kawannya yang bodoh ini, makan makanan yang aku nikmati hampir setiap kali aku mampir kerumahnya.

"Sementara keluarga sang kura-kura yang bodoh tidak mungkin menikmati makanan keluargaku yang tempatnya sangat jauh tinggalnya diatas puncak gunung nun jauh disana," bisiknya sambil tersenyum-senyum picik.

Sang elang yang sering sekali berkunjung ke rumah keluarga kura-kura dengan maksud ingin makan dan menghabiskan makanan keluarga kura-kura yang selalu disajikan, membuat sebagian penghuni hutan merasa curiga.

Penduduk hutan rimba belantara menjadi tidak suka atas sikap semena-mena sang elang terhadap keluarga yang selalu ramah dan baik hati seperti keluarga sang kura-kura.

Dan selalu mengatakan keluarga sang kura-kura yang bodoh dan selalu dapat dibodohi dengan sikap pura-puranya sebagai sahabat karib yang setia, "aku hanya memanfaatkan kebodohan sang kura-kura," kata sang elang sambil tertawa terkekeh-kekeh.

Namun kata-kata tersebut dapat didengar secara kebetulan oleh sang kodok yang sedang melintas dan bersembunyi disemak belukar, tentu saja sang kodok menjadi sangat kasihan tehadap keluarga yang ramah sang kura-kura sebagai tetangga penghuni hutan.

Lalu hari berikutnya tatkala dia berjumpa dengan bapak kura-kura yang sedang minum air di tepi sungai, sang kodok mau memberi kabar tetangga yang baik hati dan ramah tentang siapa sang elang sebenarnya.

"Bapak kura-kura yang baik hati!" serunya. "Berilah makanan yang lezat satu mangkok kacang polong, maka aku akan membalas dengan kata-kata yang bijak untuk kebaikkan keluargamu," katanya kemudian.

"Baiklah aku akan memberikan apa yang engkau minta sang kodok," balas bapak kura-kura dengan senang hati.

"Kapan engkau akan berkunjung ke rumahku?" tanyanya kemudian.

"Nanti sore aku pasti berkunjung ke rumahmu, bapak kura-kura," sang kodok membalas ucapan sang Bapak kura-kura.

Sore hari sesuai yang dijanjikan, sang kodok telah berada di rumah sang kura-kura sambil mengusap-usap perutnya yang telah terisi satu mangkok kacang polong yang sangat lezat untuk dinikmati sambil melihat ceria langit sore.

"Sahabat baikmu sang elang adalah sahabat yang tidak tahu berterima kasih kepadamu, aku mendengar sendiri kata-kata yang terucap ketika dia habis berkunjung ke rumahmu," katanya.

"Apa yang dia ucapakan, wahai sahabatku sang kodok?" sang bapak kura-kura bertanya.

Begini katanya, "betapa bodohnya keluarga kura-kura, aku dapat makan dengan gratis di rumahnya namun mereka tidak mungkin makan di rumahku, karena mereka tidak akan sanggup sampai di rumahku di atas puncak gunung nun jauh di sana."

"Dan sang elang pun telah berencana untuk datang kembali dengan membawa keranjang kosong dan akan memintamu untuk mengisi penuh keranjang tersebut dengan makanan yang terdapat di rumah keluargamu."

Setelah berkata demikian sang kodok pun berpamitan berlalu dari rumah bapak kura-kura dan berkumpul kembali bersama teman-temannya di sebuah kolam yang airnya sangat jernih di dalam hutan rimba belantara ini untuk bersenandung bersama.

Benar saja tidak selang beberapa hari sang elang telah datang dengan satu keranjang kosong yang di bawanya ketika berkunjung ke rumahnya.

Sang Bapak kura-kura menyambut kedatangan tamunya dengan senyum yang tersungging girang, hatinya tetap saja bersih tidak terhasut omongan sang kodok yang belum tentu kebenarannya.

"Begini sahabatku, sengaja aku datang jauh-jauh dengan membawa keranjang ini karena istriku sedang mempersiapkan makanan untuk anak dan istrimu, dia mau bertukar makanan dengan makanan keluargamu,"

"Makanya istriku tidak bisa ikut sekarang kerumahmu, dia sedang sibuk masak di puncak gunung sana di rumah sarangku," kata sang elang dengan tersenyum.

"Untuk itu tolong isi keranjang ini dengan makanan yang tersedia di sini, aku ada urusan dulu sebentar," katanya lalu terbang meninggalkan rumah sang kura-kura.

Sang kura-kura pun menyuruh sang istri untuk mengisi penuh keranjang yang di bawa sang elang dan sebelumnya dia telah masuk duluan lalu badannya di tutup sayuran dan makanan lainnya sesuai permintaan sang sahabat elang.

Tak selang beberapa lama sang elang telah datang kembali ke rumah sang kura-kura lalu bertanya, "Ibu kura-kura dimanakah suamimu sekarang?" tanyanya ketika di rumah tidak dijumpai sang kura-kura sahabatnya.

Istri sang kura-kura menjawab, "biasa dia sedang mencari sayuran di dalam hutan."

Setelah mendengar jawaban tersebut sang elang pun pamit dan cepat terbang kembali menuju rumah sarangnya di atas puncak gunung yang sangat tinggi, hatinya sangat senang sekali telah membodohi kembali sahabatnya.

"Dasar kura-kura yang bodoh, dia tidak tahu aku telah menipunya dan membohonginya, ha! ha! hahaha!" tawanya sangat senang sekali kala itu.

Perkataan sang elang sahabatnya kini jelas terdengar ditelinganya, betapa selama ini dia telah di bodohi sang elang sahabatnya yang berhati sangat jahat sekali.

Tidak lama kemudian sang elang yang membawa keranjang berisi makanan telah sampai di sarang rumahnya dengan segera dia pun menyantap makanan lezat tersebut.

Habislah sudah makanan yang begitu banyak dalam sekejap, hingga tidak tersisa sedikit pun, betapa rakusnya cara makan sang elang yang picik ini.

"Perutku telah terisi penuh dan aku akan tertidur dengan nyaman sekali hari ini," bisiknya sambil mengusap-usap perutnya.

Namun betapa terkejutnya saat itu sang elang tatkala sang kura-kura keluar dari dalam keranjang makanan yang telah kosong dari makanan yang dibawanya dari rumah sang kura-kura.

"Oh alangkah bagusnya rumahmu sang elang, engkau yang hampir tiap hari datang ke rumahku namun aku yang bodoh ini belum sekali pun datang ke rumahmu dan kini aku sekarang telah berada di rumah sarangmu, tolonglah aku disajikan makanan yang lezat buatan istrimu," sang kura-kura bertutur kata.

Sang elang sangat marah dengan kata-kata yang menyindir dirinya, dia pun sangat marah lalu paruhnya yang sangat tajam mematuk sang kura-kura, tetapi dia tidak bisa membuatnya luka, kulit kura-kura begitu kuat dan keras.

"Persahabatan antara kita kini telah berakhir sang elang dan jangan pernah lagi engkau datang berkunjung ke rumahku, sebab persahabat yang engkau tawarkan diwarnai dengan kelicikkan yang nyata untuk membodohi aku," kata sang kura-kura dengan kata-kata yang sangat tegas sekali.

"Antarkan aku sekarang ke rumahku dan engkau boleh meninggalkanku untuk selamanya," berkata kembali sang kura-kura lugu yang baik hati dengan penuh penyesalan.

"Baiklah aku pun dengan senang hati akan mengantar engkau pulang dari rumah sarangku," katanya, namun hatinya sudah timbul niat jahat lagi yang sangat keji sekali.

"Aku akan membawamu terbang tinggi dan ketika sudah begitu tinggi maka aku akan menjatuhkannya dan aku akan memakan sisa-sisa tubuhnya," bisiknya dalam hatinya yang sangat jahat.

Dengan satu kali kepakan sayapnya, sang elang telah terbang sangat tinggi sekali membawa sang kura-kura yang memegang kakinya, lalu dia pun menukik dan menggoyang-goyangkan tubuhnya berharap sang kura-kura terlepas dari kakinya.

Namun cara memegang sang kura-kura pada kakinya sangat kuat sekali sehingga dia tidak akan terlepas dari kaki sang elang walaupun digoyang-goyangkan oleh sang elang.

"Lepaskanlah kakiku, hai sang kura-kura!" seru sang elang dengan teriakkan kerasnya.

"Baiklah! aku pun ingin sekali lepas dari kakimu asalkan telah sampai di depan rumahku," sang kura-kura menjawabnya.

Akhirnya sampai sudah di depan rumah sang kura-kura, dengan segera sang elang berangkat dari rumah tersebut, rasanya malu sekali perasaan hatinya kala itu.

Sahabat sejati adalah sahabat yang selalu berbagi dalam suka maupun duka dan tidak akan pernah tertawa atas tindakkan bodoh sahabatnya atau kesalahan sang sahabat, sebaliknya akan memberikan nasihat yang baik dan berguna bagi sang sahabat tercinta supaya tidak berbuat kebodohan dan kesalahan kembali. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Persiapan Mudik dan Mudik Bersama Balita
Cerita Hantu di Toko Roti - Brasil
Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...