|
Courtesy of paskalina.wordpress.com |
dongeng anak dunia - Pulau Buyan adalah perkampungan nelayan pada zaman dahulu kala, tempat tinggalnya sepasang suami istri yang sudah tua yang menghuni sebuah rumah yang sangat sederhana.
Sang kakek dan sang nenek hidupnya serba kekurangan dari hasil pekerjaannya menangkap ikan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja.
Seperti biasanya sang kakek telah berangkat dari rumahnya menuju laut untuk menangkap ikan, jala pun telah dilempar ke laut, lalu ditariknya secara perlahan-lahan.
Namun hari itu dia belum mendapatkan tangkapan sama sekali, dia tidak putus asa dengan sabar dia terus melempar jalanya.
Dan kemudian untuk kesekian kalinya dia menarik napas panjang, tetap saja hasil belum diperolehnya hari ini walaupun telah berbagai cara dia berusaha melempar jalanya.
Selanjutnya sang kakek pun melempar jala kembali berharap kali ini mendapat tangkapan yang sesuai dengan harapan hatinya, dan ketika jala ditariknya sepertinya ikan yang tersangkut di jalanya sangat berat sekali.
"Ikan besar", pikirnya dalam hati dengan sekuat tenaga jala pun terangkat namun seperti tadi dalam jala tidak terdapat ikan yang diharapkan hanya ikan emas kecil tersangkut di dalam jalanya.
Tetapi ikan yang tersangkut bukanlah sembarang ikan walaupun terlihat kecil namun badannya sangat berkilau bagaikan emas mutiara tatkala tertimpa sinar mentari siang hari itu dan yang lebih aneh lagi sang ikan cantik ini bisa berbicara layaknya manusia.
"Lepaskanlah diriku, hai kakek nelayan! Dan aku akan mengabulkan semua permintaanmu" berkata sang Ikan Emas Ajaib.
Sang kakek tertegun sebentar. "Baiklah aku akan melepaskanmu dan aku tidak akan meminta apapun darimu, ikan kecil pergilah engkau sekarang," sang kakek melepaskan ikan emas yang cantik itu.
Dan kemudian sang kakek pun pulang ke rumahnya dengan tangan hampa tidak mendapatkan apa-apa hari ini, namun sesampai di rumahnya sang kakek pun ditegur sang nenek yang telah menunggunya dari semenjak pagi.
"Hari ini aku hanya memperoleh ikan emas kecil yang sangat lucu sekali dan bisa berbicara layaknya seorang manusia," katanya.
"Lalu mana ikannya?" tanya sang nenek kemudian.
"Maaf ikan tersebut aku lepas kembali, karena ikan tersebut berkata seandainya aku melepasnya dia akan mengabulkan semua permintaanku," berkata sang kakek kepada sang nenek.
"Terus apa yang engkau minta?" tanya sang nenek.
"Aku tidak meminta apapun sebab aku tidak percaya ucapannya," katanya.
"Mengapa engkau tidak mencoba meminta roti saja untuk kita makan hari ini, ayo engkau balik lagi kembali ke pantai dan pintalah roti untuk kita!" seru sang nenek.
Dengan langkah yang malas sang kekek pun balik kembali ke pinggir pantai lalu berteriak-teriak dengan suara keras mengimbangi suara deru ombak pantai.
"Sang Ikan Emas Ajaib datanglah, nampakkan dirimu disini dan kabulkan permintaan yang telah engkau janjikan kepadaku!" seru sang kakek dengan teriakkannya.
Tidak selang beberapa lama muncullah di hadapan sang kakek Emas Ajaib tersebut, "permintaan apakah yang engkau kehendaki kakek?" tanya sang Ikan Emas Ajaib.
"Ketika aku sampai di rumah tadi istriku meminta padaku, dia inginkan roti untuk bersantap makan kami," kata sang kakek.
"Baiklah aku akan mengirim roti yang banyak dan enak-enak ke rumahmu kakek," sang ikan pun pergi menghilang setelah mengabulkan permintaan sang kakek.
Betul saja setelah tiba di rumah meja makan yang ada di dapur rumahnya telah terisi banyak sekali roti yang enak-enak tertata dengan sangat rapih sekali.
Namun sikap sang istri masih saja belum puas dengan apa yang didapatnya sekarang, lalu berkata kembali, "makanan roti kita telah banyak tetapi untuk mencuci piring wastafel kita rusak, mintalah yang baru kepada Ikan Emas Ajaibmu" katanya.
Sang kakek pun balik lagi ke pinggir pantai dan memintanya.
"Sang Ikan Emas Ajaib datanglah kemari," katanya.
Sang ikan emas pun telah muncul dihadapan sang kakek lalu berkata, "ada apa lagi kakek?" tanyanya.
"Istriku di rumah menginginkan wastafel untuk mengganti yang lama yang telah rusak," sang kakek memintanya.
"Pulanglah, wastafel nanti aku kirim," katanya singkat dan sang ikan pun telah berlalu kembali masuk kedalam air laut.
Namun sang nenek yang tidak pernah puas telah siap menghadang di depan rumahnya, sang kakek yang baru saja datang telah disuruhnya kembali ke pantai di pinggir laut.
"Sekarang pergilah kembali ke laut suamiku, pintalah kepada ikan ajaibmu sebuah rumah yang baru, sebab kita tidak bisa diam terus di rumah yang sudah hampir roboh seperti ini," kata sang nenek.
"Sang Ikan Emas Ajaib datanglah kembali!" kata sang kakek berteriak.
Maka tidak lama kemudian sang Ikan Emas Ajaib telah berada kembali dihadapan sang kakek lalu berkata kembali.
"Sekarang engkau menginginkan apalagi? bertanya sang Ikan Emas Ajaib.
"Istriku telah marah besar dengan keadaan rumah kami yang hampir mau roboh sehingga dia meminta saya untuk meminta kepadamu rumah baru," cerita sang kakek kepada sang Ikan Emas Ajaib.
"Baiklah jangan takut, permintaanmu akan aku kabulkan dengan segera, pulanglah dan lihatlah rumah barumu!" serunya.
Alangkah senangnya hati sang kakek ketika melihat sebuah rumah telah berdiri dengan segala keindahan seninya yang asri, rumah kayu dengan ukiran di setiap tiang-tiang yang megahnya.
Namun rasa bahagia segera sirna ketika melihat wajah sang nenek yang cemberut di depan pintu rumah barunya, wajahnya kini lebih di tekuk menandakan dia marah besar.
"Hai kakek! aku masih belum puas dengan semua ini sebab aku tidak ingin menjadi istri seorang nelayan, jadikanlah aku seorang nyonya besar dari bangsawan kaya raya biar semua orang tunduk dan menurut segala perintahku!" serunya kembali dengan nada bicaranya yang sangat keras dan kasar sekali.
Sudah beberapa kali hari itu, sang kakek mondar-mandir ke pinggir pantai untuk memohonkan permintaan sang nenek istri tercintanya.
Sang Ikan Emas Ajaib pun telah kembali mengabulkan permintaan sang kakek kembali untuk kesekian kalinya tanpa banyak cerita lagi.
Kakek pun cepat berlalu dari pinggir pantai hatinya sangat ingin melihat apa yang terjadi sekarang dengan rumahnya, dan ketika sampai didepannya jantungnya hampir copot melihat rumahnya telah berubah drastis sekali.
Kini rumahnya telah berubah menjadi lantai tiga bangunan batu yang sangat megah sekali, dia pun langsung saja masuk kedalam rumah besar tersebut dengan segera merasa dirinya sebagai pemiliknya.
Dilihatnya sang istri tercinta sedang duduk di atas kursi besar dan tinggi dengan busa empuk yang melapisinya, baju yang dikenakannya sangat bagus terbuat dari kain sutra yang mahal, maka kini terlihat begitu cantik walaupun umur tuanya masih tetap nampak.
Memberi perintah kepada beberapa pelayan-pelayan yang selalu siap disampingnya melaksanakan tugas yang akan diberikan.
"Istriku tercinta! engkau kini kelihatan cantik sekali," sang kakek menyapa sang nenek dengan tatapan matanya tidak lepas melihat sang istri dengan penampilan mewahnya.
"Hai! siapakah engkau kakek tua yang berani sekali mengaku sebagai suamiku, pelayan mengapa engkau diam saja ikat dan lempar ke gudang berilah hukuman 40 cambuk," hardiknya sambil memberi perintah terhadap para pelayan.
Sang kakek kini telah berada di gudang dengan kondisi badannya yang hampir tidak bisa berdiri karena telah dicambuk 40 kali oleh pelayan, sang nenek kini telah sombong karena menjadi nyonya bangsawan yang kaya raya.
Dan setelah beberapa lama berada dalam gudang akhirnya sang kakek dilepaskan dan disuruh bekerja menjadi tukang taman yang mengurus semua isi taman dari menyiram sampai membersihkan halaman taman yang harus tertata dengan rapih dan indah.
Harta benda dan kekayaan telah menggelapkan mata sang nenek, dia sudah lupa dari mana semua kekayaan yang didapatnya kalau bukan dari sang kakek suaminya yang baik hati yang sederhana dan selalu mencintainya walaupun dalam keadaan miskin ketika dahulu.
Tetapi sang kakek yang bersifat sangat sederhana tidak pernah mau membalas sakit hatinya, hanya saja dia telah tahu bahwa sang istri tercinta mempunyai watak yang sangat tamak, sombong dan jahat.
Setelah sekian lama menjadi nyonya bangsawan yang kaya raya sang nenek yang tidak pernah merasa puas akhirnya bosan juga, dia kini menemui sang kakek suaminya yang telah dipekerjakan sebagai tukang pemelihara tamannya.
"Hai kakek tua!" serunya. "Pergilah dan katakan permintaanku kepada Ikan Emas Ajaibmu, kini aku telah bosan menjadi bangsawan aku ingin menjadi Ratu saja, cepatlah engkau pergi lelaki tua," katanya setengah membentak suaminya.
Sang kakek kini telah berada di pinggir pantai, dan dia pun seperti biasa mengutarakan keinginan sang istri memohon permintaan sang nenek istrinya yang tamak.
"Apa yang kini engkau minta kakek? katanya.
"Sang istriku kini telah lupa daratan, kini dia meminta menjadi seorang Ratu," kakek mengutarakan keinginan sang Istri.
Sang Ikan Emas Ajaib menjawab dengan cepat, "Pulanglah kakek! keinginanmu telah terkabulkan."
Sang kakek telah sampai di depan bekas rumahnya yang kini berdiri sebuah istana mewah beratap emas dengan para pengawal kerajaan lengkap dengan senjata di tangan dan bahu mereka, hilir mudik menjaga istana mewah tersebut.
Sementara sang nenek istrinya kini berpakaian seorang Ratu sedang berdiri di sebuah balkon lengkap dengan para Jenderal dan para Gubenur yang siap menerima titah sang Ratu.
Segalanya menjadi mudah setelah menjadi orang yang berkuasa atas apapun, namun semua tetap harus kembali kepada apa yang seharusnya terjadi.
Sang Ratu dengan istana mewahnya telah membuat sang nenek lupa akan waktu yang dijalaninya sudah berbulan-bulan dia menjadi Ratu di dalam istana mewahnya, kebosanan kini telah melanda dirinya kembali.
Sang nenek yang serakah kini telah bosan kembali menjadi Ratu, dia ingin menjadi orang yang sangat berkuasa lagi melebihi pangkat Ratu yang kini dia sandang.
Maka titah pun berkumandang dengan lantangnya, semua Jenderal dan Gubenur juga abdi keraton sibuk mencari sang kakek tua untuk dibawa kehadapan sang Ratu.
Sang kakek ditemukan di dalam taman keraton istana, lalu dia dibawa menghadap kepada sang Ratu, "baiklah kalian keluar semua aku akan berbicara dengan lelaki tua ini sendirian saja tanpa pengawalan," berkata sang Ratu.
Dan setelah hanya berdua saja sang Ratu lalu berkata kepada sang kakek, "Temuilah kembali sang Ikan Ajaibmu dan katakan keinginanku kini, aku ingin menjadi Dewi laut yang bisa memerintah seluruh laut yang ada di dunia ini," katanya lantang sekali dan tegas.
Sang kakek mencoba menolak namun tetap saja keinginan sang Ratu adalah ancaman yang harus dilaksanakan sebab nyawa sebagai taruhannya.
Sang kakek pun berjalan menuju pantai yang biasa dia kunjungi tatkala meminta permohonan, dan setelah sampai di pinggir pantai seperti biasa dia mengutarakan keinginan yang diperintahkan sang Ratu atau sang nenek istrinya.
Tetapi telah beberapa kali dia berteriak dan memohonkan keinginannya, sang Ikan Emas Ajaib tidak muncul-muncul menampakkan dirinya.
Namun dengan sabar sang kakek memanggil lagi sang Ikan Emas Ajaib untuk yang kesekian kalinya, laut pun bergejolak seperti marah, ombak besar membungbung tinggi laut mengamuk untuk beberapa saat.
Setelah laut tenang kembali barulah sang Ikan Emas Ajaib muncul kepermukaan air, namun tatapan matanya tidak menunjukkan rasa keperdulian terhadap keinginan sang nenek yang tamak, serakah, rakus, dan sombong, kemudian dia menghilang kembali ke dasar laut tanpa ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.
Dan ketika sang kakek pulang kini nampak lagi rumah yang dahulu dia tempati, apa yang terjadi dengan istana megahnya kini telah hilang yang ada hanyalah rumah reyot yang telah lama menemani kehidupan miskinnya sebagai nelayan penangkap ikan.
Dan ketika masuk kedalam rumah reyot tersebut dijumpai sang nenek tua yang berpakaian jelek penuh tambalan, hidup miskin kembali menjadi bagian hidup mereka berdua suami istri.
Sang nenek yang tamak hanya bisa menyesal dengan ketamakkannya setelah apa yang terjadi sekarang ini, namun semua telah ada yang mengatur, Sang Maha Pencipta yang berhendak lain atas makhluknya yang serakah.
Kehidupan miskin telah kembali kepada sang kakek dan sang nenek seberapa kerasnya usaha yang dikerjakan sang kakek dan sang nenek tidak bisa menjadi kaya, Hanyalah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya saja.
Bersyukur atas kelebihan yang didapatkan ketika kita kekurangan atau miskin, sebab kelebihan itu akan membuahkan rasa bahagia yang sangat nikmat.
Namun merasa tidak puas dan selalu haus akan kelebihan bisa mengurangi rasa nikmat dalam bersyukur sebab akan mencari dan terus mencari sampai semua tenaga dan pikiran terkuras habis serta tidak berdaya lagi. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Tips Membuat Green Office
- Sumpah Pembantu Membuat Petaka