Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Wednesday, September 25, 2019

Mengapa Monyet Masih Memiliki Ekor - Dongeng Brazil

courtesy of pngdownload.id
Dongeng Anak Dunia - Pada suatu hari sang monyet dan sang kelinci membuat rencana. Sang monyet itu akan membunuh semua kupu-kupu dan sang kelinci itu akan membunuh semua ular.

Ketika sang monyet sedang berjalan, dia melihat sang kelinci sedang tidur siang. Sang monyet itu berpikir bahwa dia akan mempermainkan kelinci itu sehingga dia menarik telinga sang kelinci itu dan berpura-pura dia mengira kalau telinga sang kelinci itu adalah kupu-kupu. Sang kelinci itu pun terbangun dengan sangat marah pada sang monyet dan sang kelinci merencanakan tentang bagaimana dia akan membalas dendam pada sang monyet itu.

Sang kelinci dan armadillo adalah teman yang sangat baik. Armadillo adalah kelinci yang sangat kuat dan dia lah yang diminta untuk membantunya.

Suatu hari, sang kelinci melihat sang monyet itu sedang tidur siang. Dia telah memperhatikan dan menunggu lama sekali untuk melihat monyet itu tidur siang. Kemudian sang kelinci memanggil teman baiknya armadillo dan bersama-sama mereka menggulingkan batu besar di atas ekor sang monyet. Sang monyet itu terbangun dan kesakitan karena ekornya terjepit batu besar, sang monyet pun menarik ekornya dengan keras untuk mengeluarkannya dari bawah batu sampai putus.

Pada waktu yang bersamaan, sang kucing yang tidak memiliki ekor lewat dan melihat ekor monyet, kemudian membawanya pergi. Sang monyet itu sangat marah pada sang kelinci. "Oooww, kami pikir itu hanya ular yang berbaring di sana," kata kelinci itu. "Ketika kamu menarik telingaku, kamu mengira itu adalah kupu-kupu."

Hidup sang monyet menjadi tidak nyaman karena ekornya terputus. Bagaimana dia bisa hidup tanpa ekornya! Bagaimana dia bisa naik tanpa ekornya! sang kucing harus mengembalikannya sehingga sang monyet segera pergi untuk mencari sang kucing itu.

Akhirnya sang monyet menemukan sang kucing itu dan berkata kepadanya, "Oh, kucing yang baik hati, tolong kembalikan ekorku."

"Aku akan memberikannya kepadamu," jawab sang kucing, "jika kamu mau memberi Aku susu."

"Di mana Aku harus mendapatkan susu?" tanya sang monyet.

"Pergi dan mintalah pada sapi itu," jawab sang kucing.

Sang monyet itu mendatangi sang sapi dan berkata, "Oh, sapi yang baik hati, tolong beri aku susu mu supaya aku bisa memberikan susu itu kepada kucing agar kucing itu mau mengembalikan ekorku kepadaku."

"Aku akan memberimu susu," jawab sang sapi, "jika kamu mau ambilkan aku rumput."

"Di mana Aku harus mendapatkan rumput?" tanya sang monyet.

"Pergilah, tanya petani itu," jawab sang sapi.

Sang monyet pergi ke petani dan berkata, "Oh, petani yang baik, tolong beri Aku beberapa rumput agar Aku dapat memberikan rumput kepada sapi sehingga sapi akan memberi Aku susu lalu Aku dapat memberikan susu kepada kucing dan kucing akan mengembalikan ekorku kepadaku. "

Petani itu berkata, "Aku akan memberimu rumput jika kamu mau memberiku hujan."

"Di mana Aku akan mendapatkan hujan?" tanya sang monyet.

"Pergilah, tanyakan pada awan," jawab sang petani itu.

Sang monyet pergi ke awan dan berkata, "Oh, awan yang baik, tolong turunkan Aku hujan agar Aku dapat memberikan hujan kepada petani sehingga petani akan memberi Aku rumput lalu Aku dapat memberikan rumput kepada sapi kemudian sapi akan memberi Aku susu lalu Aku bisa memberikan susu kepada kucing dan kucing akan memberikan Aku kembali ekor Aku. "

"Aku akan memberimu hujan," jawab awan-awan itu, "jika kamu mau memberiku kabut."

"Di mana Aku bisa mendapatkan kabut?" tanya sang monyet.

"Pergi, tanya sungai," jawab sang awan.

Sang monyet pergi ke sungai dan berkata, "Wahai sungai yang baik, tolong beri Aku kabut sehingga Aku dapat memberikan kabut ke awan lalu awan akan memberikan hujan sehingga Aku dapat memberikan hujan kepada petani lalu petani akan memberi Aku beberapa rumput untuk Aku berikan kepada sapi sehingga sapi akan memberi Aku susu untuk kucing sehingga kucing akan memberikan Aku kembali ekor Aku. "

"Aku akan memberimu kabut," jawab sang sungai, "jika kamu bisa menemukan mata air baru untuk memberiku makan."

"Di mana aku bisa menemukan mata air itu?" tanya sang monyet.

"Pergi dan carilah satu di antara bebatuan di lereng bukit," jawab sang sungai.

Kemudian sang monyet memanjat bukit yang curam dan mencari mata air di antara bebatuan sampai akhirnya ia menemukan mata air kecil untuk memberi makan sang sungai. Dia membawa mata air ke sang sungai dan sang sungai memberinya kabut. Sang monyet membawa kabut ke awan dan awan memberinya hujan. Sang monyet membawa hujan ke petani dan petani memberinya rumput. Sang monyet mengambil rumput untuk diberikan kepada sapi dan sapi itu memberinya susu. Sang monyet membawa susu ke kucing dan sang kucing mengembalikan ekornya. Sang monyet itu sangat senang memiliki ekornya lagi sehingga ia menari dan menari dengan gembira. Sejak saat itu sang monyet sangat berhati-hati dan menjaga ekornya dengan baik-baik.

Source: click disini
Share:

Thursday, September 19, 2019

Androcles dan Singa - Dongeng Yunani

courtesy of storiestogrowby.org
Dongeng Anak DuniaB - Cerita ini terjadi di Roma, di mana seorang budak Yunani bernama Androcles melarikan diri dari tuannya ke arah hutan. Di sana dia mengembara cukup lama sampai dia lelah dan hampir mati karena kelaparan dan rasa putus asa. Saat itu dia mendengar seekor singa di dekatnya mengerang dan kadang-kadang mengaum dengan sangat keras. Androcles bangkit dan bergegas pergi, tetapi ketika dia berjalan melalui semak-semak, dia tersandung akar pohon dan jatuh yang mengakibatkan kakinya lumpuh. Ketika dia mencoba untuk bangkit, dia melihat seekor singa datang ke arahnya sambil tertatih-tatih dengan tiga kaki karena kaki satunya lagi terangkat agak kedepan seperti sedang kesakitan.

Androcles yang malang dan sudah putus asa itu tidak memiliki kekuatan untuk bangkit dan melarikan diri dari seekor singa yang menghampirinya. Tetapi ketika binatang buas itu menghampirinya yang Androcles kira akan menyerangnya, singa tersebut hanya mengerang dan mengerang sambil menatap Androcles dan singa mengulurkan kaki kanannya yang berlumuran darah dan banyak bengkak. Androcles mencoba untuk melihat lebih dekat dan dia melihat ada duri besar yang menusuk ke kaki si singa yang merupakan penyebab singa mengerang kesakitan. androcles memberanikan diri untuk mencabut duri itu, ia menangkap duri itu dan menariknya keluar dari kaki singa, si singa mengerang dengan keras saat duri itu dicabut keluar tetapi setelah si singa menyadari kalau kaki nya sudah membaik, ia menjilat Androcles dan sebagai tanda ucapan terima kasihnya. Androcles mengira singa itu akan memakannya, tetapi singa itu malah membawa rusa muda yang telah dia bunuh dan Androcles membuat makanan dari rusa muda yang diberikan oleh singa.

Tiba-tiba di suatu hari ada sejumlah tentara datang berbaris melewati hutan dan menemukan Androcles. Karena dia tidak dapat menjelaskan apa yang dia lakukan, mereka menangkapnya dan membawanya kembali ke kota tempat dia melarikan diri. Di sini tuannya segera menemukannya dan membawanya ke hadapan penguasa. Kemudian Androcles dihukum mati karena melarikan diri dari tuannya. Di tempatnya Androcles sudah menjadi kebiasaan melempar pembunuh dan penjahat lain ke kandang singa dalam sirkus besar, sehingga banyak orang-orang yang dapat menikmati tontonan pertempuran antara mereka dan binatang buas.

Jadi Androcles dihukum untuk dilemparkan ke dalam kandang singa dan pada hari yang ditentukan dia dibawa ke Arena dan dibiarkan di sana sendirian dengan hanya tombak untuk melindunginya dari singa. Sang Kaisar yang berada di dalam kerajaan hari itu memberi sinyal kepada pengawalnya agar singa keluar dan menyerang Androcles. Tetapi ketika ia keluar dari sangkar dan mendekati Androcles, menurut kamu apa yang terjadi?

Orang-orang yang menontonnya akan mengira si singa melompat atau menerjang Androcles, tetapi si singa malah memeluk Androcles dan membelainya dengan kaki-kakinya dan tidak berusaha melukainya.

Mengapa bisa begitu?, karena singa tersebut adalah singa yang ditemui Androcles di hutan.

Sang Kaisar pun terkejut melihat perilaku aneh pada singa yang begitu kejam itu, sang Kaisar memanggil Androcles dan bertanya kepadanya "bagaimana hal itu bisa terjadi dan kenapa singa itu seperti kehilangan watak buasnya saat bertemu denganmu?".

Maka Androcles memberi tahu kepada Kaisar tentang semua yang terjadi padanya dan bagaimana si singa itu menunjukkan rasa terima kasihnya karena telah membebaskannya dari duri. Setelah itu sang Kaisar memaafkan Androcles dan memerintahkan tuan dari Androcles untuk membebaskannya, sementara si singa dibawa kembali ke hutan dan dilepaskan untuk menikmati kebebasan hidupnya lagi.

Source: click disini
Share:

Wednesday, September 18, 2019

Putra yang Tidak Taat - Dongeng Amerika Selatan

courtesy of rosediana.net
Dongeng Anak Dunia - Ada seorang anak lelaki yang memiliki sifat kasar dan tidak mau menuruti ibunya. Anak lelaki itu akan berjalan-jalan dan tidak akan kembali sampai larut malam, sekitar jam sepuluh atau sebelas malam. Pada jam sepuluh malam ibunya masih menunggu dan mengkhawatirkannya.

"Apa yang kamu lakukan, Nak?" ibunya bertanya. "Ibu mau tidur karena sudah larut malam dan aku masih menunggumu. Kamu tidak memperhatikan apa pun yang Ibu katakan. Ibu akan mengirimmu ke ayah baptismu jika kamu masih saja tidak mendengarkan perkataan Ibu". Kemudian sang Ibu dari anak laki-laki itu pergi untuk menemui pendeta pendampingnya.

"Compadre (Ayah Baptis), apa yang bisa dilakukan untuk putra baptismu? Dia benar-benar nakal dan tidak menaatiku. Anda adalah seorang imam dan Anda dapat menasihati dan mendisiplinkan putra baptis Anda ini; Aku sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk merubah sifatnya. Ini anak baptismu yang nakal Compadre. Biarkan dia tinggal di sini bersamamu untuk melihat apakah dia akan belajar berperilaku dengan baik. "

"Baiklah, kawan, suruh dia datang ke sini. Kenapa dia tidak melakukan apa yang kukatakan padanya? Aku memang seorang pendeta. Aku akan mengajari anak baptisku untuk bekerja. Jangan khawatir, kawan, anak baptisku akan patuh terhadap perintahku."

Wanita itu berkata kepada putranya: "Nak, pergilah dengan Ayah baptismu. Dia akan mengajarimu berperilaku dengan baik karena kamu tidak pernah mematuhiku, pergi dan bekerjalah di sana."

"Baiklah ibu, aku akan pergi ke rumah ayah baptisku. Karena aku tidak ada gunanya bagimu, aku akan pergi dan bekerja dengan ayah baptisku."

"Aku datang, ayah baptis. Apa yang bisa kulakukan untukmu? 'Tetaplah bersama ayah baptismu,' kata ibuku. Itulah sebabnya aku datang ke sini untukmu. Ibuku yang menyuruh aku untuk pergi ke ayah baptisku,"

"Baiklah, anak baptisku," kata pendeta itu kepadanya, "Kau akan bekerja untukku."

"Baiklah, ayah baptis, aku akan bekerja. Aku akan melakukan apa pun yang kamu perintahkan kepadaku; semua yang kamu katakan padaku, akan kulakukan, ayah baptis."

"Baiklah. Sekarang aku akan memberitahumu sesuatu," kata sang pendeta. "Anak baptis, besok sekitar jam 3 pagi kamu akan menyapu. Aku tidak akan membangunkanmu, aku hanya memberitahumu sekarang."

"Baiklah," kata anak itu. Saat fajar dia pergi dan menyapu. Setelah selesai menyapu, dia pergi untuk memberi tahu Ayah baptisnya sang pendeta.

"Ayah baptis, aku sudah selesai menyapu semua gereja. Jadi aku ke sini untuk memberitahumu."

"Baiklah, anak baptis, aku senang kamu sudah selesai. Sekarang istirahatlah." Satu hari berlalu dan ayah baptis memberinya tugas berikutnya:

"Sekarang anak baptisku, aku akan memberitahumu apa yang harus kamu lakukan besok pagi. Kamu akan membunyikan bel pada pukul enam pagi. Aku ingin kamu bunyikan tiga kali dan ketika kamu selesai, datang dan katakan kepadaku dan aku akan pergi untuk mengucapkan Misa. "

"Baiklah," kata anak itu. Ketika hari berikutnya usai, anak itu pergi untuk membunyikan bel. Dia pergi untuk memberi tahu ayah baptisnya:

"Ayah baptis, aku membunyikan bel tiga kali. Sudah waktunya untuk bangun dan pergi mengucapkan Misa," katanya kepada ayah baptisnya.

"Baiklah," kata ayah baptis itu. Satu hari lagi berakhir dan sang pendeta berbicara sekali lagi kepada putra baptisnya:

"Sekarang aku akan memberitahumu sekali lagi apa yang harus kamu lakukan besok."

"Baiklah," kata anak itu.

"Bunyikan bel itu lagi jam tiga pagi."

"Baiklah," kata anak itu. Anak itu bangun dan teringat untuk membunyikan bel. Dia pergi untuk membunyikan bel di menara tempat lonceng bergantung, tetapi sang pendeta yaitu ayah baptisnya, telah memberikan anak itu ujian. Dia telah meninggalkan kerangka di menara tempat lonceng bergantung. Anak itu tiba di sana pada pukul tiga pagi dan menemukan kerangka berdiri di depannya. Dia berkata kepada kerangka:

"Pergilah dari hadapanku! Aku datang untuk membunyikan bel. Jangan menghalangi jalanku. Pergi dari hadapanku, karena ayah baptisku mengirimku untuk membunyikan bel. Pergi dari hadapanku atau aku akan membunuhmu!" Kerangka itu tetap tidak menyingkir dari hadapan anak itu, dia tidak bergerak dan tidak menjawab. "Jawab, atau kamu ingin aku membunuhmu?" anak itu bertanya pada kerangka itu. "Jika untuk ketiga kalinya kamu tidak menjawabku, aku akan menghancurkanmu berkeping-keping. Apakah itu yang kamu inginkan. Aku akan melemparmu jauh-jauh dari sini. " Dan anak itu mendorong kerangka tersebut keluar dari menara tempat lonceng bergantung. Ketika dia telah menghancurkan kerangka itu, dia membunyikan bel dan turun dari menara tempat lonceng bergantung. Dia pergi ke kamar ayah baptisnya dan mengetuk pintu untuk membangunkannya. Ayah baptis itu bangun dan menjawab:

"Apa itu?" tanya sang pendeta kepada anak itu.

"Bangun ayah baptis, aku sudah membunyikan bel," kata anak itu kepada sang pendeta. Mendengar hal tersebut, sang pendeta terkejut.

"Oh, apakah kamu membunyikan bel itu?" tanya sang pendeta itu.

"Ya, aku membunyikan bel itu, ayah baptisku," kata anak itu.

"Apakah kamu tidak melihat sesuatu di menara tempat lonceng bergantung?" tanya sang pendeta itu.

"Ya, ayah baptis," jawab anak itu, "Aku melihat sesuatu di menara tempat lonceng itu bergantung."

"Apa yang kamu lihat?" tanya sang pendeta kepada anak itu.

"Aku melihat seseorang menghalangi jalanku yang tidak mau membiarkan aku membunyikan bel," jawab anak itu.

"Oh, jadi apa yang kamu lakukan?" tanya sang pendeta itu. "Apakah kamu tidak takut padanya?

"Tidak, ayah baptisku."

"Jadi apa yang kamu lakukan?"

"Aku mendorongnya dan dia jatuh lalu pecah berkeping-keping di lantai."
Selesai.

Source: click disini
Share:

Tuesday, September 17, 2019

Jaguar dan Sigung Kecil - Dongeng Amerika Selatan

courtesy of binatang.mewarnaigambar.web.id
Dongeng Anak Dunia - Di sebuah tempat tinggallah seekor Jaguar jantan dan Sigung betina. Sang Sigung memiliki seorang putra yang dibaptis oleh sang Jaguar, maka sang Sigung menjadi comadre-nya (ibu baptis) dan sebaliknya sang Jaguar telah membaptis Sigung kecil, maka ia adalah kompadre (ayah baptis) sang Sigung.

Sang Jaguar memutuskan untuk mencari makanan dan datang ke rumah sang Sigung untuk mengajak anaknya berburu.

"Apa yang kamu cari kompadre? Apa yang membuatmu datang ke sini?" sang Sigung itu bertanya pada sang Jaguar.

"Comadre, aku datang untuk mencari makanan," kata sang Jaguar.

"Oh begitu," kata sang Sigung.

"Aku ingin anakmu ikut bersamaku supaya dia bisa belajar berburu," kata sang Jaguar.

"Anakku tidak boleh ikut pergi karena dia masih sangat kecil dan sesuatu bisa terjadi padanya. Sebaiknya dia tidak pergi" kata sang Sigung. Tapi Sigung kecil memprotes:

"Tidak ibu, aku sebaiknya ikut pergi. Apa yang dikatakan paman Jaguar itu benar. Aku perlu latihan untuk belajar berburu," kata sang Sigung kecil.

"Tetapi jika kamu pergi, kamu akan begitu jauh dari ibu," kata sang Sigung.

"Aku pergi, aku pergi. Ayo, ayo pergi." Akhirnya sang Jaguar dan sang Sigung kecil pergi untuk berburu.

"Kita menuju ke arah sungai. Di situlah kita akan pergi," kata sang Jaguar menjelaskan kepada Sigung kecil, anak baptisnya.

"Kapan kita akan sampai di sana?" tanya si Sigung kecil.

"Kita sudah semakin dekat. Ikuti aku supaya kamu tidak tersesat," kata sang Jaguar.

"Baiklah," jawab sang Sigung kecil itu. Mereka akhirnya telah sampai di sungai.

"Di sinilah kita akan makan," kata sang Jaguar kepada Sigung kecil.

"Baiklah," kata si Sigung kecil.

"Ayo ke sini. Aku akan menajamkan pisauku dulu," kata sang Jaguar.

"Baiklah," kata si sigung kecil sambil memandang sang Jaguar.

Sang Jaguar mengasah cakarnya yang disebutnya "pisau."

"Aku menajamkan pisauku. Sekarang kamu berjaga-jaga, karena aku akan tidur dulu. Ketika kamu melihat mangsa datang, bangunkan aku," kata sang Jaguar.

"Baiklah paman Jaguar," kata si sigung kecil.

Kemudian sang Jaguar mengatakan kepadanya: "Bangunkan aku dengan cara mencolek perutku, jadi aku tidak akan membuat mangsa kita curiga. Tetapi jangan bangunkan aku jika ada hewan kecil tanpa tanduk yang ikut. Hanya saat ada mangsa dengan tanduk besar tiba di sini. Saat itulah kamu bangunkan aku. "

"Baiklah," kata si Sigung kecil. Kemudian ada mangsa dengan tanduk besar yang datang dan Sigung kecil itu membangunkan sang Jaguar. Dia menggaruk atau mencolek perutnya dan menunjukkan rusa kepada sang Jaguar, kemudian dengan sekejap sang Jaguar menyerang mangsanya yang memiliki tanduk besar. Dia mengejarnya dan menangkapnya.

"Baiklah, anak Sigung, ayo makan. Kita akan makan daging," kata sang Jaguar.

"Baiklah," kata si Sigung kecil. Maka mereka makan dan makan.

"Sekarang kita akan mengambil apa pun yang tersisa untuk ibumu," kata sang Jaguar itu.

"Karena kita sudah kenyang, kita bisa mengambil sesuatu untuk ibumu. Ibumu akan punya daging untuk dimakan, sama seperti yang kita makan. Kita akan mengambil beberapa untuk ibumu," kata sang Jaguar. Ketika mereka kembali ke rumah ibu sang Sigung, sang Jaguar berkata kepada ibu sang Sigung.

"Lihatlah makanan ini. Kami membawakannya untukmu, ini adalah makanan yang kami buru. Makanlah isi daging ini ibu Sigung," kata sang Jaguar kepada sang Sigung.

"Baiklah," kata Sigung, dan memakan daging hasil buruan sang Jaguar.

"Aku kenyang," katanya.

"Bagus, kau puas. Aku sudah melihatmu, jadi aku akan pamit pergi sekarang," kata sang Jaguar kepada sang Sigung.

Setelah sang Jaguar pergi, sang Sigung kecil tinggal bersama ibunya.

Ketika mereka kehabisan daging, sang Ibu Sigung berkata kepada putranya, "Sayang, daging kita semua habis."

"Ya, dagingnya sudah habis. Sebaiknya aku pergi berburu dan mengambilkan makanan lagi," kata si sigung kecil.

"Bagaimana kamu, Nak? Apakah kamu pikir kamu cukup besar? Kamu sangat kecil. Tidakkah kamu pikir kamu akan dibunuh?" tanya sang Ibu Sigung.

"Tidak, ibu, aku sudah tahu cara berburu, paman Jaguar telah mengajari aku bagaimana cara berburu," jawab sang Sigung kecil itu.

"Aku pergi sekarang ya bu." Dia pergi, dan ibu sang Sigung sebenarnya sangat khawatir terhadap anaknya.

Sang Sigung kecil kembali pergi ke sungai, tempat dia datang bersama pamannya untuk mengambil daging.

"Beginilah paman Jaguar melakukannya. Kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang sama?" kata si Sigung kecil.

"Beginilah caramu mengasah pisau," kata Sigung kecil itu. Dia menajamkan "pisaunya".

"Ini adalah cara yang dilakukan paman Jaguar. Aku tidak akan memburu hewan-hewan kecil, aku hanya akan berburu satu dengan tanduk yang besar. Aku akan berburu satu untuk diriku sendiri seperti yang aku makan dengan paman Jaguar. Aku punya pisau di sini dan aku akan tidur sebentar. " Si Sigung kecil berbaring untuk tidur, tetapi kemudian dia bangun. Dia sedang menunggu buruannya dengan tanduk besar, dan ketika dia datang, dia menyerangnya, dia berpikir kalau dia sekuat paman Jaguar. Tapi dia hanya menggantung di leher buruannya yang memiliki tanduk besar. Cakar-cakarnya telah menggali kulitnya. Dia tergantung di lehernya dan dibawa jauh dan jatuh di punggungnya. Dia ditinggalkan dengan mulut terbuka lebar.

Karena sang Sigung kecil belum pulang ke rumah ibunya, dia bertanya-tanya, "Apa yang terjadi pada putraku? Kenapa dia belum kembali juga? Sesuatu pasti telah terjadi padanya. Lebih baik aku pergi dan mencarinya."

Akhirnya ibu Sigung pergi ke tepi sungai. Dia mencari putranya ke mana-mana, tetapi tidak dapat menemukannya. Dia mulai menangis ketika dia menemukan si pemilik jejak tanduk besar yang datang dengan berlari.

"Mereka pasti jalan ke sini," kata ibu Sigung, dan mulai mengikuti jejak itu.

Ibu Sigung datang ke tempat di mana putranya dibiarkan berbaring telentang. Ketika sang ibu melihat anaknya, sang ibu Sigung memperhatikan mulutnya terbuka lebar dan menunjukkan giginya, "Nak, apa yang kamu tertawakan? Semua gigimu terlihat," Ibu Sigung berkata kepada anaknya dari kejauhan. Ketika sang Ibu Sigung benar-benar dekat, dia berkata, "Berikan tanganmu Nak. Aku datang untuk menjemputmu, tetapi kenapa kamu cuma tertawa saja." Dia meletakkan tangannya di atas tangan anaknya, sang ibu Sigung berpikir bahwa dia masih hidup, tetapi ketika dia menyadari bahwa anaknya sudah mati, sang Ibu Sigung mulai menangis histeris.

Source: click disini
Share:

Monday, September 16, 2019

Kisah Kelinci dan Anjing Hutan - Dongeng Amerika Selatan

courtesy of ef.co.id
Dongeng Anak Dunia - Ini adalah kisah sang Kelinci dan sang Anjing hutan. Sang Kelinci pergi ke tempat sebuah batu besar dan di sana ia menipu sang Anjing hutan. Ketika sang anjing hutan datang, dia bersandar di sebuah batu.

"Apa yang kamu lakukan, saudara?" sang Anjing hutan bertanya pada sang Kelinci.

"Cepat ke sini, Saudaraku, langit akan jatuh tepat di atas kita. Tahan batu ini, sementara aku mencari sebatang tongkat untuk menahannya" kata sang kelinci kepada sang anjing hutan.

"Baiklah," kata sang anjing hutan dan mulai menahan batu itu dengan sekuat tenaganya. Karena sang anjing hutan itu begitu bodoh, ia melakukan persis apa yang diperintahkan sang kelinci kepadanya. Sang kelinci itu mengatakan bahwa dia akan mencari tongkat, tetapi dia malah pergi dan meninggalkan sang anjing hutan yang menahan batu. Ketika sang kelinci tidak kembali, anjing hutan berteriak:

"Kembalilah, Saudaraku! Aku mulai lelah menahan batu besar ini."

Sang kelinci itu masih belum kembali.

"Tidak masalah, aku akan pergi meskipun langit mungkin akan jatuh di atas kita," kata sang anjing hutan itu. Tetapi ketika dia melepas batu besar itu dan melarikan diri, dia terjatuh ke jurang. Sang kelinci tidak pernah kembali ke batu dan Anjing hutan pun menghilang.

Kemudian sang kelinci itu datang ke sebuah kolam dan melihat pantulan bulan di sana. Karena sang kelinci itu sangat licik, dia selalu menipu sang anjing hutan. Sang anjing hutan yang bodoh itu selalu mengikutinya dan tidak tahu bahwa sang kelinci itu akan menipu dirinya. Sang anjing hutan datang ke kolam tempat sang kelinci itu berada. Ketika dia melihat sang anjing hutan datang, dia mulai minum air dari kolam.

"Apa yang kamu lakukan, saudara? Anjing hutan bertanya kepada kelinci:

"Lihat, saudara, ada banyak makanan di sana," jawab kelinci.

"Makanan seperti apa?"

"Lihat," kata sang kelinci kepada sang anjing hutan.

Sang anjing hutan itu melihat ke dalam air dan berkata, "Ada apa, Saudaraku?"

"Ada keju di dalam air," kata sang kelinci kepada sang anjing hutan.

"Jika kita minum semua air ini, kita bisa mendapatkan keju. Minumlah, kamu besar dan kamu bisa menghabiskan semua air yang ada di kolam ini."

"Baiklah, Saudaraku," katanya, dan sang anjing hutan itu pun mulai minum air.

"Aku akan jalan-jalan dulu sebentar," kata sang kelinci dan pergi meninggalkan sang anjing hutan. Sang anjing hutan terus minum air, tetapi sang kelinci itu pergi dan tak pernah kembali lagi. Perut sang anjing hutan mulai sakit dan dia berlari. Dia tidak bisa menghabiskan semua air yanga da di kolam itu, jadi sang anjing hutan pergi meninggalkan kolam tersebut.

Source: click disini
Share:

Friday, September 6, 2019

Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 6

courtesy of storiestogrowby.org
Dongeng Anak Dunia - Semua orang terengah-engah.

"Berhenti!" perintah Kaisar, dan Adelma menoleh padanya. "Kalau bukan karena kamu, putriku tidak akan mampu menjawab teka-teki itu, dan tidak akan merasa bebas untuk menawarkan tangannya kepada pemuda ini atas kehendaknya sendiri. Jadi aku memberimu hadiah ini. Naiklah, kamu bukan lagi seorang gadis budak. Aku memberimu kebebasan. Seluruh rakyatku akan melihat bahwa kau meninggalkan istana ini dengan membawa emas dan banyak sekali permata untuk menciptakan kehidupan baru untuk dirimu sendiri. "

Adelma berdiri, mencengkeram hatinya dengan takjub dan tak percaya, dan dia terhuyung-huyung keluar dari kamar sementara dua pelayan pengadilan mengikutinya untuk melaksanakan perintah Kaisar.

Sang Putri kembali menatap sang Pangeran dengan penuh cinta di matanya. Namun sesaat kemudian, senyumnya menghilang.

"Ada apa, cintaku?" tanya dia. "Awan gelap apa yang merasuki dirimu?"

"Ah, kebahagiaan kita dirusak oleh nasib 99 orang lain yang mendahului kamu," katanya. "Apa yang kupikirkan? Bagaimana aku bisa mengirim semua pemuda itu ke kematian mereka?"

"Kejahatanmu tidak begitu, tidak berubah seperti yang kau kira," kata Kaisar, turun dari tahta.

"Apa maksudmu, ayah?"

"Aku berjanji kepada kamu kalau orang-orang yang tidak bisa menjawab teka-teki kamu akan diikat dan dikirim ke algojo untuk di penggal," kata sang Kaisar kepada putrinya, "dan memang benar. Tetapi jika dengan mengirimkan pria-pria muda malang itu ke algojo, aku pikir mereka akan dipenggal, maka aku khawatir kamu akan merasa bersalah nantinya. Setelah mereka dibawa ke tempat eksekusi, aku memerintahkan agar rantai mereka dilepas dan mereka akan diberi makan dan dibuat senyaman mungkin sampai kamu akhirnya sadar . "

"Ayah, syukurlah!" teriak sang putri, menggenggam tangannya.

"Dan sekarang mereka telah bebas," kata Kaisar. Pada saat itu, pintu ganda emas terbuka dan 99 pemuda memasuki ke dalam ruangan, wajah mereka sedikit pucat tapi tampak sehat seperti yang diharapkan. Teriakan kegembiraan terdengar di seluruh ruang tahta.

Pernikahan sang pangeran Calaf dan sang Putri Turandot pun dilaksanakan dengan megah dan mewah, bisa dibilang pernikahan mereka termegah yang pernah dikenal kota ini dalam beberapa tahun. Seluruh kota dihiasi dengan lentera dan spanduk, paviliun dan gapura peringatan yang menandai jalan yang telah diambil sang pangeran ke istana kekaisaran. Meja pernikahan mereka dihiasi dengan naga emas dan ditutupi dengan taplak meja kuning bersulam naga dan bertatahkan permata. Dikatakan bahwa lebih dari 10.000 kereta beras memberi makan tamu pernikahan.

Tak lama setelah pernikahan mereka, sang Pangeran Calaf memegang pangkat Putra Mahkota Tiongkok dan sang Kaisar memberikan pasukkannya kepada pangeran Calaf untuk merebut kembali tanah kerajaan Aztrakhan dari para penjajah. Maka sang pangeran Calaf memimpin para prajurit Cina kembali ke tanah kelahirannya, di mana mereka mengejutkan dan mengalahkan Sultan Carizme. Para pengikut Sultan bersukacita karena terbebas dari ikatan jahatnya, dan menyambut pemimpin muda baru mereka, serta penduduk Aztrakhan yang tersebar, yang perlahan-lahan kembali ke rumah. Beberapa bulan kemudian, penduduk Aztrakhan menyambut ratu mereka, Putri Turandot, yang datang dengan gaya megah untuk bergabung kembali dengan suaminya di istana sultan yang sakti itu sambil memegang anak kembarnya di lengannya, pangeran dan putri bayi.

Maka pasangan muda itu memerintah Aztrakhan dengan bijaksana dan baik, dan hidup bahagia selamanya.

Sekian

Cerita Sebelumnya : Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 5

Source: click disini
Share:

Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 5

courtesy of storiestogrowby.org
Dongeng Anak Dunia - Sang pangeran memandang ke langit-langit. "Aku tidak bisa lari," bisiknya. "Apa yang akan dipikirkan Kaisar tentangku? Dan apa yang akan dipikirkan Putri Turandot?" Dia berbalik tanya ke Adelma. "Nona cantik, aku tersentuh oleh perasaanmu, tetapi entah bagaimana aku tahu bahwa Putri Turandot tidak akan mengkhianatiku dengan cara ini!"

"Fie!" seru Adelma sambil melompat. "Kamu siap mati untuk seorang wanita yang akan menusukmu dari belakang daripada melarikan diri dengan orang yang benar-benar mencintaimu!" Dia menahan air mata dan sebelum sang pangeran Calaf bisa mengatakan sepatah kata pun, dia berlari keluar dari kamar.

Selama sisa malam hingga subuh, sang pangeran Calaf mondar-mandir dari ujung kamarnya ke ujung yang lain. Sangat lambat langit di luar berubah dari hitam pekat ke biru yang gelap, lalu ke warna biru yang lebih terang, lalu suara-suara burung berkicau yang menandakan fajar terbit. Tak lama kemudian ada ketukan di pintu yang menandakan ada kedatangan para pelayan dengan sarapannya.

Ketika para pelayan menumpukkan makanannya, dia bertanya-tanya, apakah mereka tahu? Ketika mereka memberinya makan, memandikannya, dan berpakaian, mungkin lebih kasar dari yang diperlukan, dia bertanya-tanya, apakah itu yang dia maksudkan?

Segera setelah dia siap, bendahara itu datang ke kamarnya, dan pangeran Calaf mengikutinya ke kamar singgasana. Jalan itu melewati kamar-kamar besar, aula lebar, koridor panjang, dan pengawal-pengawal yang membawa pedang. Ketika dia melewati mereka, pria muda itu memandang tajam ke arah orang-orang bersenjata yang tidak bergerak dan berwajah kaku itu. Siapa di antara mereka yang merupakan pembunuh yang disuap oleh Putri Turandot untuk menusukkan belati ke dalam hatinya? Pria itu kah, dengan jenggot panjang? Atau yang ini, yang matanya melirik ke samping?

Namun entah bagaimana, dengan setiap langkah, pintu ganda emas menuju ruang tahta semakin dekat. Kemudian benda itu tampak besar di depannya. Lalu terbukalah. Segera dia berdiri di dalam aula besar. Mungkinkah? - dia aman! Tentunya dia tidak akan dibunuh di sini, di hadapan banyak orang yang berkumpul lagi untuk melihat kegembiraan hari itu.

Kaisar berbicara. "Selamat pagi, semuanya. Sekarang mungkin saatnya untuk kita akan mengakhiri masalah ini" (sang Kaisar mengerutkan kening pada putrinya).
"Putriku tersayang, ayah tidak tahu apakah kamu sudah memiliki jawaban untuk teka-teki pemuda ini, jika kamu tahu dan benar menjawabnya maka pemuda ini dibebaskan, tetapi jika jawaban yang kamu berikan itu salah maka kalian berdua harus segera menikah."

"Aku mengerti, ayah," kata sang putri sambil melangkah maju. Sebuah keheningan menyapu dalam kerumunan. Dia berbicara dengan suara yang jelas dan keras:

Dengan ayahmu sebagai Khan Timurtas
Dan ibumu sebagai Ratu Elmazen
Anda dibesarkan sebagai bukan manusia biasa
Tapi sebagai Pangeran Calaf dari Azkahtran!

Sebelumnya sang Pangeran Calaf merasa tidak enak ketika melangkah ke arah pintu kamar singgasana dan siap akan ditusuk kapan saja, namun sekarang dia merasa seolah-olah dia benar-benar telah ditusuk oleh jawaban sang Putri.

"Tapi bagaimana dia bisa tahu?" dia hanya bisa terbata-bata. "Bagaimana?"

Saat itu sang Putri sangat senang melihat wajah kebingungan sang pangeran Calaf. "Itu sepele, aku sengaja mengirim pelayanku Adelma yang setia ke kamarmu tadi malam untuk mencari rahasia tentang darimu. Setiap lelaki jauh lebih tidak kuat daripada yang mereka kira, apalagi dalam keadaan yang tepat."

"Itu tipuan!" memanggil salah satu mandarin, yang langsung dibungkam oleh yang lain yang tampak ketakutan pada Kaisar.

"Memang," kata penguasa dan berkata. "Tetapi tampaknya putri kaisar telah berhasil menjawabnya." Beralih ke mandarin, ia memerintahkan, "Semuanya, cari tahu kebenaran tentang pemuda ini. Apakah jawaban yang diberikan putriku adalah benar?."

Mandarin berkerumun dalam bisikan yang kuat. Dalam beberapa menit pemimpin muncul dari kerumunan dan dengan gugup berbicara kepada Kaisar. "Jawaban sang Putri sangat akurat, Tuan dan jawabannya tepat".

"Terima kasih atas pendapatmu yang teguh dan tegas," gumam Kaisar. "Baiklah, Putriku," katanya menyapa putrinya, dan sang Putri tersenyum puas. "Kamu tidak perlu menikah dengan pangeran yang mulia ini, meskipun aku tidak tahu bagaimana kamu mendapatkan pria yang lebih baik lagi."

Kemudian sang Kaisar berkata kepada pangeran Calaf "Dan kamu bebas untuk pergi dari sini."

Terompet mulai dinyalakan dan kerumunan mulai mengumpulkan barang-barangnya ketika sang putri mengangkat tangannya.

"Berhenti!" kata sang Putri sambil menangis. Segera musik berhenti dan kerumunan diam membeku.

"Pemuda ini mungkin bebas untuk pergi," katanya sambil melangkahkan kakinya ke arah sang pangeran Calaf sampai dia sangat dekat, "Tetapi aku mengundangnya untuk tetap tinggal di istana ini. Tanganku ini adalah miliknya, itupun jika dia masih ingin menikahiku." Sang Putri mengulurkan tangannya yang berhiaskan permata dan dia menggenggam tangan sang pangeran Calaf, diapun hampir pingsan antara kebingungan dengan kegembiraan. "Ketika kamu menjawab teka-teki aku, Pangeran Calaf, aku tahu kalau aku telah jatuh cinta padamu, meskipun aku tidak bisa membiarkan kamu melihatnya. Namun aku juga ingin kamu melihat kalau aku bisa menjawab teka-teki kamu. Sekarang kita sama-sama bebas untuk memilih takdir kita. Jadi aku bertanya kepadamu, apakah kamu masih menginginkan aku? "

Kerumunan orang-orang menjadi lebih bersemangat lagi.

"Putri," bisik Pangeran Calaf. "Aku tetap menginginkanmu lebih dari sebelumnya."

Pada saat itu, gadis budak Adelma meledak dan berlutut di depan mereka.

"Aku hancur!" dia menangis. "Ya, aku menemukan kebenaran dari Pangeran Calaf dan memberi tahu nyonyaku tentang hal itu, tetapi aku sendiri sudah jatuh cinta padanya! Aku berharap dia mau melarikan diri bersamaku semalam, atau setidaknya ketika nyonyaku menolaknya karena ini. Tetapi sekarang semua harapanku telah hilang! Tidak ada gunanya lagi aku untuk hidup! " Lalu dia mengambil pisau dan mengangkatnya ke dadanya.

Cerita Selanjutnya : Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 6
Cerita Sebelumnya : Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 4

Source: click disini
Share:

Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 4

courtesy of storiestogrowby.org
Dongeng Anak Dunia - Kaisar berdiri, berjalan menuju sang Pangeran Calaf, dan memeluknya. "Selamat datang di keluarga kami anak muda, kamu pantas berada disini."

"Ayah, tunggu!" kata sang Putri Turandot. "Hanya satu teka-teki lagi - kumohon!"

"Apa?" sang Ayah bergemuruh. "ayah telah bersabar dan tetap berpegang pada aturanmu dan saya menyetujuinya. Kami telah berpegang pada aturanmu. Tiga teka-teki adalah aturan yang telah kamu buat, tiga teka-teki yang telah dijawab pemuda itu. kamu tidak akan lagi mengeluarkan teka-teki ! Dia akan memiliki tanganmu dalam pernikahan, dan pernikahan akan berlangsung besok malam! "

Sang putri bergegas menuju ayahnya, berlutut dan mencengkeram jubahnya. "Ayah, kumohon!" katanya putus asa.

"Yang Mulia, bolehkan aku berbicara," kata sang Calaf, sambil mengangkat tangannya.

"Tentu saja, anak muda," kata sang kaisar.

"Aku akan menerima teka-teki keempat dari sang Putri, tetapi karena Yang Mulia telah menolaknya, kita semua yang berada disini harus menghormati keputusan Yang Mulia. Namun bisakah aku mengusulkan proposisi milikku sendiri?, Aku mengusulkan teka-teki kepada sang putri, jika dia menebaknya dengan benar, maka aku akan mencabut klaimku menikah dengan sang Putri dan akan segera pergi dari sini dan tidak pernah kembali, karena aku dapat melihat bahwa dia tidak peduli kepada diriku. Jika dia tidak menebak dengan benar, maka sang Putri lah yang harus bersumpah bahwa dia akan menikah denganku. "

Lagi-lagi kerumunan orang disekitar menjadi tegang dan bertanya-tanya, menatap dan menunjuk ke arah pemuda itu, kaget bahwa dia akan membiarkan masalah seperti itu tetap terbuka, terutama ketika dia memiliki segalanya kecuali memenangkan tangan sang putri.
"Baiklah," kata sang raja. "Dan kamu, anakku. Apakah kamu bersumpah untuk menyetujui persyaratan yang di berikan pemuda itu?"

"Aku bersumpah, ayah!" teriaknya sambil bangkit dari lantai. Semua kepala berbalik ke arah sang putri.

"Baiklah, katakan padaku: Siapa namaku, dan dari negeri mana aku datang?" kata sang pangeran muda Calaf.

Kerumunan orang-orang bergumam. Siapa nama pemuda itu? Adakah yang tahu?

"Baiklah, aku akan menjawab teka-tekimu," kata sang Putri, kepalanya terangkat tinggi. "Besok."

"Besok?" raung sang kaisar. "Anak muda ini tidak memintamu untuk menunggu semalaman sebelum dia menjawab teka-tekimu. Beraninya kau membengkokkan aturan!"

"Dengan segala hormat, Yang Mulia," keluh sang pangeran muda, "Aku mengabulkan permintaan sang putri. Dia mungkin memberikan jawabannya besok."
sang Kaisar mengangkat tangannya ke langit-langit. "Sangat baik!" Kemudian dia berbicara kepada kerumunan prang-orang yang berada dalam istana: "Datanglah ke sini besok siang dan kami akan menyelesaikan teka-teki ini sekali lagi."

Malam itu di kamarnya, sang pangeran tidur dengan gelisah, tetapi kali ini karena kegembiraan ia akan menikahi sang Putri Turandot yang luar biasa. Dalam mimpinya ia mendengar kenop pintu di kamarnya. Atau apakah itu mimpi? Masih dalam tempat tidur sang pangeran Calaf melihat pintu dan memang pintu besar itu perlahan terbuka.

"Siapa itu!" kata sang pangeran sambil meraih pisaunya.

"Diam!" teriak suara wanita. "Aku telah siap menghadapi bahaya yang besar."

"Maksud kamu apa?"

"Aku sebenarnya adalah Adelma, seorang gadis budak. Nyonyaku adalah Putri Turandot."

"Masuklah," kata sang pangeran sambil turun dari tempat tidur dan meluruskan selimut. "Apa yang membawamu kemari pada malam hari seperti ini?"

"Aku harus berbisik," katanya, "di istana ini seorang wanita tidak boleh masuk ke apartemen pria, jadi aku tidak bisa lama-lama, tetapi kamu harus aku peringatkan."

"Peringatkan tentang apa?"

"Ssst!" katanya dengan agak panik. "Hidupmu dalam bahaya. Nyonyaku telah menyuap dua pengawal untuk menusukmu dalam perjalanan ke ruang tahta esok hari."

"Apa?!" sang pangeran terkejut. "Tapi kenapa?"

"Dia wanita yang sangat licik, sehingga dia tidak terima kalau kamu menjawab semua teka-tekinya tetapi dia tidak bisa menyelesaikan teka-teki kamu. Tentunya kamu sadar dia mampu melakukan perbuatan keji seperti itu!"

Kepala pangeran berputar dan berpikir. Memang benar dia telah mengirim banyak pria muda ke kematian mereka sebelum dia, jadi mengapa dia berbeda? Namun ... matanya ... dia yakin dengan apa yang telah dilihatnya ... bagaimana mungkin dia salah tentang dia?

"Bagaimana mungkin?" kata sang pangeran Calaf, "Oh, cinta menghancurkan semuanya! Lebih baik kau membunuhku di aula ini daripada menjadi istriku yang licik? Satu-satunya penghiburku saat ini adalah ayahku Timurtas dan ibuku tersayang Elmazen, mereka tidak akan pernah tahu nasib apa yang menimpa putra mereka Calaf yang sangat jauh di China dan aku telah gagal melayani masyarakatku! "

"Tuan, tenang, kumohon!" desak Aldelma. "Aku datang kesini bukan hanya untuk memperingatkanmu, tetapi untuk memberitahumu jalan keluar."

"Maksud kamu apa?"

"Aku sudah menyuap penjaga pintu dan penjaga di gerbang. Kita bisa lewat tanpa ketahuan. Aku tahu semua lorong dan terowongan tersembunyi di istana ini. Ayo cepat, kita harus melarikan diri sebelum terlambat!"

Ketika dia berbicara, sang pangeran Calaf berusaha untuk melihat bayang-bayang wajahnya yang bersemangat dalam cahaya redup, "Tetapi mengapa kamu mengambil resiko seperti ini?"

"Aku tidak peduli pada wanita yang berkonspirasi melakukan kejahatan seperti itu!" seru Adelma. "Dari saat aku pertama kali melihatmu dan menyaksikanmu menjawab teka-teki yang dia berikan dan melihat betapa murah hatinya dirimu menawari dia untuk menjawab teka-tekimu besok, aku tahu meskipun hati nyonyaku sangat dingin, namun sejujurnya hatiku sendiri terbakar karena aku mencintaimu. Aku menyelinap malam ini untuk menceritakan semua ini kepadamu, dan berharap kamu percaya padaku dan mau ikut denganku, sehingga kamu dapat melarikan diri dan kita bisa hidup bersama."

Cerita Selanjutnya : Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 5
Cerita Sebelumnya : Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 3

Source: click disini
Share:

Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 3

courtesy of storiestogrowby.org
Dongeng Anak Dunia - Sang putri menatap ke arah mandarin kepala yang melengkungkan satu alis. Dia berkata kepada Khan, "Puisi pemuda itu mungkin kurang," dan di sini dia batuk, "tetapi jawabannya tidak. Pelangi itu benar!" Kata sang Khan.

Kerumunan meledak bersorak, yang langsung dibungkam oleh sang putri.

"Mungkin teka-teki pertama yang ku berikan dapat kamu dijawab tetapi tidak untuk selanjutnya," kata sang putri dengan kaku. "karena masih ada dua teka-teki lagi." Dia menoleh ke sang pangeran Calaf, "Dengarkan aku baik-baik. Menurut aturan yang telah saya buat, Anda mungkin dapat mendengarnya dua kali jika Anda diminta:

Apa hal yang sedikit nilainya,
Namun itu rahmat tangan apa pun?
Dibentuk untuk melukai, kekuatannya sangat kuat
Seperti pedang, tidak ada yang bisa bertahan.

Itu membuat luka, meskipun tidak ada darah yang ditumpahkan.
Merampas tidak ada, namun membawa kemakmuran.
Melalui seluruh dunia aturannya telah menyebar,
Melunakkan keparahan hidup.

Perasaan panik melanda sang pangeran muda. Ia dapat digenggam oleh tangan siapa pun? ... kekuatannya sangat kuat sehingga tidak ada seorang pun yang dapat bertahan? ... membuat luka meskipun tidak ada darah yang tertumpah? ... Sang pangeran Calaf masih bingung. "Jika bisa, bolehkah aku mendengar teka-teki itu untuk kedua kalinya?"

Sang putri mencibir. "Aku menjadi berpikir," katanya, dan mengulangi teka-teki itu.

Pikiran sang pangeran Calaf berpacu. Apa yang telah menyebarkan kekuasaannya ke seluruh dunia dan membawa kemakmuran? Dalam sekejap, sang pangeran Calaf mendapatkan jawaban yang tepat. Dia berbicara sebagai berikut:

Sedikit nilai meskipun itu membawa kemakmuran - mengapa?
Itu membuat luka namun tidak menumpahkan darah - bagaimana?
Peraturannya telah menyebar dan saya dipimpin
Untuk mengatakan jawabannya pasti - bajak!

Kepala mandarin berdiri dan berkata. "Kita hanya dapat mengasumsikan puisi ini mencerminkan waktu yang singkat, pria muda itu harus membuatnya. Namun, saya harus mengumumkan bahwa jawaban keduanya adalah benar!"

Kerumunan itu beramai-ramai sampai sang Putri Turandot menginjak kakinya, dan semuanya langsung dibungkam.

"Anakku, anakku!" Kaisar menegurnya. "Ini adalah anak muda pertama yang telah menjawab dua teka-tekimu dengan benar. Tidak ada yang ingin melihatnya mati. Kamu harus menawarinya tanganmu saat ini juga dalam sebuah pernikahan, dia pantas mendapatkannya!"

"Ayah, dengan segala hormat," kata sang Puteri Turandot, "aturannya adalah untuk tiga teka-teki, tidak ada pengecualian." Dia menatap sang pemuda itu. "Tidak ada perlakuan khusus untukmu yang telah berhasil menjawab 2 teka-teki yang aku berikan."

"Baiklah," kata ayahnya. "Anak muda, siapa namamu?"

"Aku lebih suka menyimpan namaku untuk diriku sendiri, jika kau mengizinkan, Yang Mulia," kata sang Calaf.

"Baiklah, siapa pun kamu, kamu telah membuktikan dirimu berani dan cerdas. Jika kamu mengundurkan diri dari ujian ini sekarang, aku siap untuk menawarkanmu posisi sebagai penasihat kekaisaran negara. Apakah kamu menerimanya?"

"Yang Mulia, sungguh saya merasa terhormat," kata sang pangeran. Mulut sang putri terbuka sebagai tanda protes, tetapi sebelum dia dapat berbicara, sang pangeran menambahkan, "Aku menolaknya, Yang Mulia. Kesepakatan kita adalah untuk tiga teka-teki, dan tiga teka-teki itu harus bisa aku jawab."

Sang putri tampak puas. "Teka-teki terakhir yang kamu tidak akan temukan begitu mudah," katanya. "Karena ini adalah teka-teki ketiga, kamu dapat mendengarkan sampai tiga kali, jadi kamu harus menjawabnya. Dan ini dia teka-teki yang ke tiga:

Saya tahu gambar adil untuk dilihat,
Gambar penuh api dan cahaya,
Gambar ini terus berubah,
Namun selalu segar dan cerah.

Bingkai sempit yang terisi semuanya,
Namun semua berisi hal besar yang menggerakkan hati -
Meskipun gambar ini sangat kecil -
Mereka memukaukan kita hanya dengan seni.

Ketakutan menyapu tubuh sang Pangeran Calaf. Sebuah gambar yang adil untuk dilihat ... penuh api dan cahaya ... semua hal-hal besar memukaukan kita hanya dengan seni? Dia tidak bisa mengingat bagian tengahnya sama sekali. Tidak ada yang masuk akal. "Sekali lagi, kalau kamu mau mendengarkannya," katanya.

Kemudian dia meminta bacaan ketiga, yang dikabulkan. "Kau harus menghafalnya sekarang, anak muda yang pintar," kata sang Putri Turandot. "Sekarang kamu harus menjawabnya."

Memang dia bisa mengulanginya dengan hati tetapi apa gunanya itu? Namun entah bagaimana dia curiga kunci dari teka-teki itu sendiri adalah kunci hati sang putri. Apakah dia menyembunyikan petunjuk di dalamnya, atau apakah dia hanya membayangkannya? Ada apa dengan dia yang pertama kali merebut hatinya?

Tiba-tiba, sang pangeran Calaf tahu apa jawabannya. Dengan jantung berdebar, dia mengatakan ini:

Saya akui, Teka-teki itu licik!
Namun untuk menyelesaikannya saya akan mencoba menjawabnya.
Dengan seni saya juga terpaku
Gambar kecil ini adalah mata!

Mendengar kata-kata itu, kepala mandarin tersentak. Mandarin lainnya bersorak, dan seketika kerumunan itu meledak dengan gembira dan lega. Beberapa di antara kerumunan pingsan dan perlu dibawa keluar untuk mencari udara segar. Trompet, drumrolls, peluit semuanya berbunyi sampai kaisar berkata dengan sangat kencang: "Diam!" Seketika, keheningan langsung terjadi dalam kerumunan.

Cerita Selanjutnya : Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 4
Cerita Sebelumnya : Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 2

Source: click disini
Share:

Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 2

courtesy of  storiestogrowby.org
Dongeng Anak Dunia - "Apakah mungkin benar," desah Kaisar, "bahwa debu hampir tidak keluar dari prosesi dan pelamar lain berdiri di hadapanku untuk mencari tangan putriku?"

"Tuan," kata Pangeran Calaf, "dengan segala hormat, saya yakin saya bisa memenangkan tangan putrimu."

"Nak, kau jelas bangsawan, mungkin kelahiran bangsawan," kata Kaisar. "Apakah kamu sepenuhnya sadar bahwa putriku telah menetapkan untuk setiap pelamar harus menjawab dengan benar tiga teka-teki pose dirinya sebelum dia akan dinikahi? Dan setiap pria yang gagal ..." Di sini Kaisar bersandar maju dan merendahkan suaranya, "akan dimasukkan ke dalam rantai dan dikirim ke tempat eksekusi."

"Aku tahu ini," kata sang pangeran Calaf. "Aku siap."

"Tidak secepat itu," kata Kaisar. "Ini memang langkah serius, dan kamu harus punya waktu untuk mempertimbangkannya, apakah kamu pikir kamu butuh waktu atau tidak. Kamu akan menginap sebagai tamu kami. Jika kamu merasakan hal yang sama ketika matahari terbit besok, maka putriku akan mengajukan tiga teka-teki kepada kamu di ruang singgasana ini pada siang hari, di depan mandarin saya dan seluruh pengadilan. Jika kamu berubah pikiran, aku hanya bisa bertepuk tangan atas akal sehat kamu dan kamu akan bebas untuk pergi dari istana ini. "

Pangeran Calaf kemudian dibawa ke sebuah kamar tamu yang mewah, di mana ia dihadiahi makanan hangat dan diberi piyama sutra tempat tidur.

Namun tiba-tiba sang pangeran Calaf menjadi gelisah, sebuah pikiran mengomel di sudut pikirannya. Apakah benar mempertaruhkan segalanya untuk seorang putri yang belum pernah dia temui? Bagaimana dengan orang-orangnya yang berasal dari Astrakhan dan sekarang tersebar ke bagian-bagian yang tidak diketahuinya, dan siapa yang mengandalkannya untuk merebut kembali tanah mereka dan memulihkannya seperti sedia kala?. Menjelang fajar, sang pangeran Calaf memutuskan untuk pergi. Kemudian sinar matahari membuat bayangan pagi hari di dinding yang menghantam profil yang sangat mirip dengan garis besar Putri Turandot, dan seluruh tubuhnya dibanjiri kerinduan untuknya. Perasaan bahkan kepastian bahwa ia akan menang membanjiri dirinya.

Di pagi hari seorang bendahara masuk dan berkata dengan suara nyaring, "Yang Mulia Kaisar, Khan Besar China, mengirim saya untuk bertanya kepada anda. Apakah Anda sekarang telah meyakinkan niat Anda dan telah mempertimbangkan kembali." sang pangeran Calaf menjawab dengan suara yang jelas dan pasti bahwa ia bermaksud untuk tetap tinggal.

Para pelayan tiba. Mereka memandikan sang pangeran muda, menggosok tubuhnya dengan salep beraroma, dan mengenakan jubah sutra putih yang biasa di istana. Mereka memberinya makan yang lezat, sambil meliriknya, ia merasa, seolah-olah mereka merasa kasihan padanya. Akhirnya, ketika matahari mencapai puncak langit, para pelayan membimbing sang pangeran Calaf menyusuri banyak koridor lebar menuju pintu ganda emas besar yang terbuka ke ruang singgasana kaisar. Ruangan itu sudah penuh dengan mandarin dan menteri negara, dan kerumunan penonton yang padat mengelilingi ruangan dan dijaga oleh barisan penjaga bersenjata. Algojo dan pedang di tangannya, berdiri tegak dan tinggi di dekat pintu emas. Sang Pangeran Calaf membungkuk di depan kaisar dan Khan berbicara.

"Harus kukatakan aku berkecil hati mendengar bahwa kau telah memilih untuk tetap tinggal. Entah kenapa kupikir kau akan memutuskan lebih masuk akal dari yang lain. Apa kau yakin bahwa kau rela mempertaruhkan segalanya, maksudku segalanya yaitu untuk putriku, Putri Turandot?"

Mata Kaisar melirik ke sisi tempat putrinya berdiri, matanya menyala-nyala. Namun di mata sang pangeran Calaf muda yakin dia melihat sekilas sesuatu yang tersembunyi yang telah memikatnya sebelumnya.

"Ya," kata sang pangeran Calaf, yang tidak mengalihkan pandangan dari sang putri.

"Kalau begitu kita mulai," kata Kaisar. "Anakku, kamu tahu apa yang harus dilakukan."

"Iya, ayah," kata sang putri. Ketika dia berbicara, jantung sang pangeran berdebar kencang, seperti suaranya, seluruh tubuhnya menjadi dingin sedingin es, memegangi secercah janji yang sama yang dirasakannya dari matanya.

"Dengarkan baik-baik, karena aku tidak akan mengulangi apa yang aku katakan," kata sang putri, dan mengucapkan dengan suara yang jelas kata-kata ini:

Jembatan ini dibangun dari mutiara yang paling adil,
Melengkung tinggi di atas perairan kelabu.
Dan naik dengan cepat di udara,
Ke surga itu membuat jalannya.

Kapal-kapal tertinggi dapat lewat di bawah,
Namun dari semua beban itu gratis.
Luas jembatan itu tampaknya tidak terukur,
Ketika Anda mendekat, masih akan lari untuk menjangkaunya.

Pikiran sang pangeran Calaf muda berpacu dari gambar ke gambar ... Sebuah jembatan yang terbuat dari mutiara paling adil ... melengkung tinggi ... kapal-kapal tinggi dapat lewat di bawah ... ketika Anda mendekatinya akan lari ... Tiba-tiba dia tersenyum, dan dijawab:

Lengkungan di atas air dan dibangun dari mutiara
Kapal-kapal melintas di bawahnya, namun tidak mendapat duka.
"Mutiara" juga air, yang naik dengan cepat ke langit
Dan berjalan saat Anda mendekat - ini pasti pelangi!

Cerita Selanjutnya: Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 1
Cerita Sebelumnya: Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 3

Source: click disini
Share:

Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 1

courtesy of storiestogrowby.org
Dongeng Anak Dunia - Pangeran Calaf tumbuh di sebuah kastil di dekat Laut Kaspia, di sebuah kerajaan yang dikenal sebagai Astrakhan. Ketika dia masih muda, orang tuanya telah meninggal. Tidak lama setelah ia mengambil kendali atas tanah kerajaan orang tua nya, kerajaannya diserang oleh seorang Sultan jahat yang memerintah semua pasukan dari Teluk Persia ke India. Tentara Sultan sangat besar dan brutal, semua orang di Astrakhan termasuk Pangeran muda melarikan diri agar tetap hidup. Sang pangeran muda bertekad bahwa suatu hari nanti dia akan kembali dan merebut kerajaannya dari tangan sang Sultan yang jahat itu.

Sementara itu, sang pangeran Calaf muda memutuskan untuk  berpetualang ke negeri-negeri yang jauh. Jadi dia melakukan perjalanan ke timur dan sampai tiba di Cina, Dia langsung pergi ke ibukotanya yang disebut Peking pada masa itu, dan saat ini dikenal sebagai Beijing.

Saat dia mendekati gerbang kastil, dari kejahuan terlihat ada aktifitas prosesi. Pemimpin prosesi itu adalah seorang pria yang tangannya terikat rantai di belakangnya, dan kepalanya ditundukkan rendah.

"Apa yang sedang terjadi?" bisik Calaf kepada seorang lelaki tua di sampingnya ketika prosesi itu berjalan menuju sebuah gebrakan berbaris yang pelan.

"Ah, melihat hal ini terjadi lagi!" ratap pria itu, mengusap matanya dengan saputangannya.

"Maksud kamu apa?" kata sang Calaf, saat prosesi berlalu.

"Kamu pasti orang asing," kata lelaki tua itu, "kamu tahu bahwa di kota ini kita diperintah oleh seorang raja yang bermartabat tinggi. Putrinya seorang wanita muda yang paling agung di negeri ini, namun dia telah memutuskan untuk tidak menikah, kecuali dengan seseorang yang dapat menjawab tiga teka-teki yang dia ajukan kepada mereka para lelaki yang ingin menjadi suami sang Putri. Jika orang tersebut tidak dapat menjawab teka-teki dengan benar, dia akn terikat dan dibawa ke tempat eksekusi, sudah 99 orang yang telah di eksekusi. Dan yang ke-99 baru saja terjadi di hadapan kita, semua yang di eksekusi adalah putra-putra raja dan bangsawan, mereka hanya membuang-buang masa-masa mudanya."

"Apakah dia benar-benar sehebat itu?" kata Pangeran Calaf.

"Lihat diri mu sendiri!" kata dia, dan dia mengambil sebuah foto kecil dari sakunya yang berwarna air dari sang putri.

Sang Pangeran Calaf merasakan ada sesuatu yang lebih mendalam, sesuatu yang memukau di mata Putri Turandot. Dia merasa percaya diri bahwa tidak ada yang bisa menjawab teka-teki yang dia berikan dan dia akan merasa menjadi orang yang paling berhasil.

"Oh tidak!" kata lelaki tua itu sambil mengambil kembali foto itu dari tangan sang pangeran Calaf. "Kamu jangan pernah berani mencoba mendekati sang Putri, aplagi sampai menerima tantangannya. Sudah ada puluhan yang menjadi korban, termasuk yang kamu lihat tadi."

Tapi Pangeran Calaf sangat keras kepala karena dia begitu yakin akan bisa menjawab teka-teki yang diterima nya. Dengan yakin dan keberaniannya, sang pangeran Calaf berjalan menuju pintu kastil dan mengetuknya.

Seorang bendaharawan mengenakan helm emas membukakan pintu.

Pangeran Calaf mengatakan bahwa dia akan menjawab tiga teka-teki sang Putri. Bendahara itu berkata kepada sang Pangeran Calaf untuk menunggu. Setelah beberapa saat, bendahara itu kembali dan memimpin sang pangeran muda Calaf melewati lorong lebar ke sebuah ruangan tempat seorang wanita tua duduk.

"Aku seorang pelayan Putri Turandot," kata wanita tua itu dengan bangga. "Kamu pertama-tama harus menjawab dua pertanyaan pendahuluan untuk melihat apakah kamu layak untuk tampil di ruang tahta kerajaan di hadapan Kaisar dan Putri dan menerima tiga teka-teki. Jika tidak, kamu akan diizinkan untuk pergi dari istana ini dan kamu akan terbebas dari bahaya apapun. Apakah kamu mengerti? "

"Ya," jawabnya.

"Kalau begitu," katanya, "Nyonya saya bertanya kepada kamu untuk menjawabnya, apa mungkin pohon yang membawa selusin cabang yang masing-masing cabang ditutupi dengan tiga puluh daun dan setiap daun memiliki dua warna, satu setengah putih dan yang lain hitam?"

Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Pohon itu adalah tahun, dan dua belas cabangnya adalah bulan, sedangkan tiga puluh daun pada masing-masingnya adalah tiga puluh hari terang dan tiga puluh malam yang gelap."

Dia tersenyum. Katanya, "Beri tahu saya tentang dua Stasioner dan dua Moveable dan dua Conjoined dan twain yang merupakan Musuh abadi."

Dia menjawab, dengan mengatakan, "Dua Stationary adalah Surga dan Bumi, dua Moveable adalah Matahari dan Bulan, dua orang yang bersatu adalah Malam dan Hari, dan dua yang merupakan musuh abadi adalah Hidup dan Mati."

"Baiklah," kata wanita tua itu. Pada saat itu pintu terbuka, dan dua penjaga membimbing Pangeran Calaf menyusuri koridor lebar yang berakhir pada pintu ganda emas. Pintu terbuka ke aula kerajaan yang megah yang diselimuti semua sisi dengan sutra-sutra kaya yang berkilauan dari lantai ke langit-langit. Di ujung ruangan itu ada singgasana tinggi yang terbuat dari perak murni dalam bentuk naga, dan yang bertengger di atas bantal sutra adalah sang Kaisar sendiri.

Cerita Selanjutnya: Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 2

Source: click disini
Share:

Wednesday, September 4, 2019

Pangsit Apel - Dongeng Inggris

courtesy of storiestogrowby.org
Dongeng Anak Dunia - Suatu hari ada seorang wanita tua yang ingin makan pangsit apel. Dia punya banyak tepung, banyak mentega, banyak gula dan banyak rempah untuk membuat selusin kue, tetapi ada satu hal yang tidak dia miliki yaitu apel !!

Semakin wanita tua itu memikirkan pangsit apel semakin dia menginginkannya, dan akhirnya dia bersiap-siap untuk mulai mencari sekeranjang apel.

Namun, sebelum dia meninggalkan rumah, dia mengisi keranjangnya dengan buah plum dari pohon prem dan menutupinya dengan kain putih, lalu menggantungnya di lengannya, dia berkata pada dirinya sendiri: "Mungkin di luar sana ada orang yang memiliki apel dan mau menukarnya dengan prem yang ku bawa ini. "

Ketika dia sampai di sebuah halaman unggas yang dipenuhi dengan ayam, angsa, dan guinea. Ciap-ciap, quawk-quawk, poterack! Betapa berisiknya suara mereka dan di tengah-tengah mereka berdiri seorang wanita muda yang sedang memberi makan mereka dengan jagung kuning. Dia mengangguk ramah pada wanita tua itu dan wanita tua itu mengangguk padanya dan segera keduanya berbicara seolah-olah mereka sudah saling kenal.

Wanita muda itu memberi tahu kepada wanita tua itu tentang unggasnya dan wanita tua itu memberi tahu kepada wanita muda itu tentang pangsit apel dan sekeranjang buah prem dan berharap akan mendapatkan buah apel.

"Ya Tuhan," kata wanita muda itu, "suamiku sangat menyukai buah plum jelly dan angsa, tetapi aku tidak memiliki buah apel, yang aku miliki hanyalah sekantong bulu angsa ini. Jika kamu mau, kita bisa bertukar dengan buah plum yang kamu bawa. "

"Satu senang lebih baik daripada dua kecewa," kata wanita tua itu. Dan dia memberikan buah plum yang ada di dalam keranjangnya ke celemek wanita muda itu dan memasukkan kantong bulu ke dalam keranjangnya, kemudian wanita tua itu kembali berjalan dengan gembira seperti sebelumnya, karena dia berkata pada dirinya sendiri: "Biarlah aku tidak mendapatkan pangsit apel daripada aku harus membawa buah plum yang berat itu, setidaknya aku mendapatkan sekantong bulu yang lebih ringan untuk aku tukarkan dengan pangsit apel."

Dengan susah payah wanita tua itu pergi menaiki dan menuruni bukit, kemudian dia telah sampai di sebuah taman bunga-bunga yang indah: bunga lili, ungu, violet, mawar - oh, tidak pernah ku lihat taman seindah ini.

Wanita tua itu berhenti di pintu gerbang taman bunga untuk melihat-lihat sambil terkagum-kagum dan ketika dia sedang melihat-lihat, tiba-tiba dia mendengar ada seorang pria dan wanita yang sedang bertengkar.

"Kapas," kata wanita itu.

"Jerami," kata pria itu.

"Bukan ini"

"Ini!" mereka menangis, dan begitulah yang terjadi di antara mereka, sampai akhirnya mereka menyadari kehadiran wanita tua di depan gerbang.

"Ini dia yang akan menyelesaikan masalah kita," kata wanita itu kepada suaminya kemudian dia memanggil wanita tua itu, "Ibu yang baik, tolong jawab pertanyaanku. Jika ibu ingin membuat bantal untuk kursi kakekmu, bukankah kamu akan mengisinya dengan kapas?"

"Tidak," kata wanita tua itu.

"Sudah kubilang," teriak pria itu. "Jerami adalah solusinya dan kamu harus pergi ke gudang itu untuk mendapatkannya;" tapi wanita tua itu memegang tangannya.

"Aku juga tidak mau mengisi bantal dengan jerami," kata wanita tua itu, sangat sulit untuk menentukan mana jawaban yang terbaik untu solusi mereka, pria atau wanita. Tetapi wanita tua itu bergegas mengambil kantong bulu dari keranjangnya dan memberikannya kepada mereka.

"Sebuah bantal bulu cocok untuk seorang raja," katanya, "dan bagiku, sebuah apel untuk pangsit, atau buket dari kebunmu bisa kamu berikan kepadaku seperti juga apa yang aku berikan kepada kalian."

Laki-laki dan perempuan itu tidak memiliki apel, tetapi mereka senang bertukar buket dari taman bunga terindah mereka; bunga lili, ungu, mawar - oh! tidak pernah ada karangan bunga yang lebih manis.

"Tawar-menawar yang bagus dan indah" kata wanita tua itu, karena dia senang telah menghentikan pertengkaran mereka, dan dia berharap mendapatkan keberuntungan dan umur panjang, lalu dia melanjutkan perjalanannya.

Sekarang jalannya adalah jalan raya dan ketika dia berjalan di sana, dia bertemu dengan seorang tuan muda yang mengenakan pakaian yang sangat rapih, karena dia akan bertemu dengan wanita yang dia cintai. Jika dahinya tidak kusut menjadi kerutan yang mengerikan, dan sudut-sudut mulutnya terangkat seolah-olah dia tidak punya teman yang tersisa di seluruh dunia, mungkin dia akan menjadi pemuda yang tampan seperti matahari yang bersinar .

"Hari yang cerah dan jalan yang bagus," kata wanita tua itu berhenti untuk memberinya sebuah jembatan gantung.

"Adil atau busuk, baik atau buruk, ini sama saja bagiku," katanya, "Toko perhiasan yang aku pesan lupa untuk mengirimkan cincin yang dijanjikannya, dan aku harus pergi ke wanita yang aku cintai dengan tangan kosong."

"Kamu akan memiliki hadiah untuk wanita yang kamu cintai," kata wanita tua itu, "meskipun aku mungkin tidak pernah memiliki pangsit apel." Dan dia mengambil buket dari keranjangnya dan memberikannya kepada tuan muda itu sehingga kerutan yang mengernyit dari dahinya hilang, dan mulutnya menebarkan senyum, dia adalah seorang pria muda yang tampan seperti matahari yang bersinar.

"Pertukaran yang adil bukanlah perampokan," katanya, dan dia membuka rantai emas dari lehernya dan memberikannya kepada wanita tua itu, dan pergi memegang buketnya dengan sangat hati-hati.

Wanita tua itu senang.

"Dengan rantai emas ini, aku mungkin membeli semua apel di pasar raja, dan kemudian memiliki sesuatu untuk disisihkan," katanya pada dirinya sendiri dan dia bergegas pergi ke kota.

Tetapi selang beberapa langkah berjalan tidak jauh dari belokan jalan, dia melihat seorang ibu dan anak-anak yang berdiri di ambang pintu dan wajahnya sama sedihnya seperti wajahnya sendiri yang tidak bahagia.

Wanita tua itu menghampiri seorang ibu dan anak-anak itu, lalu dia bertanya, "Apa masalahmu?".

"Cukup penting," jawab sang ibu, "Roti terakhir untuk kami makan telah hilang."

"Hari yang tidak baik," seru wanita tua itu ketika diberi tahu. "Saya tidak mungkin makan pangsit apel sementara tetangga saya kekurangan roti," dan dia meletakkan rantai emas ke tangan ibu dan bergegas pergi tanpa menunggu ucapan terima kasih.

Sang ibu dan anak-anaknya bergegas menyusul wanita tua itu.

"Sedikit yang bisa kami berikan kepadamu," kata ibu yang paling bahagia dari semuanya, "untuk membalas yang telah kamu lakukan untuk kami, tetapi kami hanya memiliki seekor anjing kecil yang gonggongannya akan menjaga kesendirianmu saat di rumah dan terima kasih telah membantu kami . "

Wanita tua itu tidak tega untuk mengatakan tidak pada mereka, maka masuklah ke dalam keranjang anjing kecil itu, dan dengan sangat pas ia berbaring di sana.

"Sekantong bulu untuk sekeranjang buah plum; sekuntum bunga untuk sekantung bulu; rantai emas untuk sekuntum bunga; seekor anjing untuk rantai emas; seluruh dunia memberi dan menerima, dan siapa tahu aku mungkin sudah membuat pangsit apel ku, "kata wanita tua itu sambil bergegas pergi.

Ketika dia sedang berjalan, tepat di hadapannya, dia melihat pohon apel yang penuh dengan apel seperti pohon premnya penuh dengan plum. Buah itu tumbuh sama seperti miliknya seolah-olah keduanya kacang polong di pod yang sama dan di teras rumah itu duduk seorang pria tua kecil.

"Sebatang pohon apel yang bagus," kata wanita tua itu begitu dia berbicara dengan pria tua itu.

"Ya, tetapi pohon apel dan apel itu adalah buah yang buruk ketika seorang pria menjadi tua," kata orang tua itu, "dan aku akan memberikan semua buah apel itu dan menukarnya dengan seekor anjing kecil untuk menggonggong di depan pintu rumahku."

"gug-gug-gug," gonggonga anjing di keranjang wanita tua itu, dan dalam waktu sekejap, anjing itu sudah menggonggong di depan pintu pria tua itu, lalu wanita tua itu berjalan pulang dengan sekeranjang apel di lengannya.

"Jika kamu mencoba cukup lama dan cukup keras, kamu selalu dapat memiliki pangsit apel untuk makan malam mu," kata wanita tua itu, dan dia memakan pangsit itu sampai remah terakhir.

Source : click disini
Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...