courtesy of storiestogrowby.org |
Sementara itu, sang pangeran Calaf muda memutuskan untuk berpetualang ke negeri-negeri yang jauh. Jadi dia melakukan perjalanan ke timur dan sampai tiba di Cina, Dia langsung pergi ke ibukotanya yang disebut Peking pada masa itu, dan saat ini dikenal sebagai Beijing.
Saat dia mendekati gerbang kastil, dari kejahuan terlihat ada aktifitas prosesi. Pemimpin prosesi itu adalah seorang pria yang tangannya terikat rantai di belakangnya, dan kepalanya ditundukkan rendah.
"Apa yang sedang terjadi?" bisik Calaf kepada seorang lelaki tua di sampingnya ketika prosesi itu berjalan menuju sebuah gebrakan berbaris yang pelan.
"Ah, melihat hal ini terjadi lagi!" ratap pria itu, mengusap matanya dengan saputangannya.
"Maksud kamu apa?" kata sang Calaf, saat prosesi berlalu.
"Kamu pasti orang asing," kata lelaki tua itu, "kamu tahu bahwa di kota ini kita diperintah oleh seorang raja yang bermartabat tinggi. Putrinya seorang wanita muda yang paling agung di negeri ini, namun dia telah memutuskan untuk tidak menikah, kecuali dengan seseorang yang dapat menjawab tiga teka-teki yang dia ajukan kepada mereka para lelaki yang ingin menjadi suami sang Putri. Jika orang tersebut tidak dapat menjawab teka-teki dengan benar, dia akn terikat dan dibawa ke tempat eksekusi, sudah 99 orang yang telah di eksekusi. Dan yang ke-99 baru saja terjadi di hadapan kita, semua yang di eksekusi adalah putra-putra raja dan bangsawan, mereka hanya membuang-buang masa-masa mudanya."
"Apakah dia benar-benar sehebat itu?" kata Pangeran Calaf.
"Lihat diri mu sendiri!" kata dia, dan dia mengambil sebuah foto kecil dari sakunya yang berwarna air dari sang putri.
Sang Pangeran Calaf merasakan ada sesuatu yang lebih mendalam, sesuatu yang memukau di mata Putri Turandot. Dia merasa percaya diri bahwa tidak ada yang bisa menjawab teka-teki yang dia berikan dan dia akan merasa menjadi orang yang paling berhasil.
"Oh tidak!" kata lelaki tua itu sambil mengambil kembali foto itu dari tangan sang pangeran Calaf. "Kamu jangan pernah berani mencoba mendekati sang Putri, aplagi sampai menerima tantangannya. Sudah ada puluhan yang menjadi korban, termasuk yang kamu lihat tadi."
Tapi Pangeran Calaf sangat keras kepala karena dia begitu yakin akan bisa menjawab teka-teki yang diterima nya. Dengan yakin dan keberaniannya, sang pangeran Calaf berjalan menuju pintu kastil dan mengetuknya.
Seorang bendaharawan mengenakan helm emas membukakan pintu.
Pangeran Calaf mengatakan bahwa dia akan menjawab tiga teka-teki sang Putri. Bendahara itu berkata kepada sang Pangeran Calaf untuk menunggu. Setelah beberapa saat, bendahara itu kembali dan memimpin sang pangeran muda Calaf melewati lorong lebar ke sebuah ruangan tempat seorang wanita tua duduk.
"Aku seorang pelayan Putri Turandot," kata wanita tua itu dengan bangga. "Kamu pertama-tama harus menjawab dua pertanyaan pendahuluan untuk melihat apakah kamu layak untuk tampil di ruang tahta kerajaan di hadapan Kaisar dan Putri dan menerima tiga teka-teki. Jika tidak, kamu akan diizinkan untuk pergi dari istana ini dan kamu akan terbebas dari bahaya apapun. Apakah kamu mengerti? "
"Ya," jawabnya.
"Kalau begitu," katanya, "Nyonya saya bertanya kepada kamu untuk menjawabnya, apa mungkin pohon yang membawa selusin cabang yang masing-masing cabang ditutupi dengan tiga puluh daun dan setiap daun memiliki dua warna, satu setengah putih dan yang lain hitam?"
Dia berpikir sejenak, lalu berkata, "Pohon itu adalah tahun, dan dua belas cabangnya adalah bulan, sedangkan tiga puluh daun pada masing-masingnya adalah tiga puluh hari terang dan tiga puluh malam yang gelap."
Dia tersenyum. Katanya, "Beri tahu saya tentang dua Stasioner dan dua Moveable dan dua Conjoined dan twain yang merupakan Musuh abadi."
Dia menjawab, dengan mengatakan, "Dua Stationary adalah Surga dan Bumi, dua Moveable adalah Matahari dan Bulan, dua orang yang bersatu adalah Malam dan Hari, dan dua yang merupakan musuh abadi adalah Hidup dan Mati."
"Baiklah," kata wanita tua itu. Pada saat itu pintu terbuka, dan dua penjaga membimbing Pangeran Calaf menyusuri koridor lebar yang berakhir pada pintu ganda emas. Pintu terbuka ke aula kerajaan yang megah yang diselimuti semua sisi dengan sutra-sutra kaya yang berkilauan dari lantai ke langit-langit. Di ujung ruangan itu ada singgasana tinggi yang terbuat dari perak murni dalam bentuk naga, dan yang bertengger di atas bantal sutra adalah sang Kaisar sendiri.
Cerita Selanjutnya: Tiga Teka-Teki - Dongeng Cina 2
Source: click disini
0 comments:
Post a Comment