Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sang Raja dan Ahli Pemuji - Dongeng Asia

Tersebutlah seorang Raja yang sangat arip dan bijaksana dalam menjalakan pemerintahan kerajaannya, rakyat sangat bahagia dan sangat mencintai sang Raja mereka.

Hans Yang Bodoh - Dongeng Belanda

Tersebutlah seorang pengawal tua yang berkeinginan menikahkan salah satu orang putranya dengan putri sang Raja, lalu dia mendidik dua orang putranya yang akan mengatakan kata-kata terbaik untuk syarat yang harus dipenuhinya.

Putusan Sang Karakoush - Dongeng Mesir

Dikala malam yang sunyi sepi dan sangat dingin ini, semua orang memanfaatkan untuk tidur istirahat dengan tenang diperaduan masing-masing dengan selimut tebalnya setelah siang harinya beraktifitas yang sangat melelahkan.

Thursday, October 17, 2019

Sang Putri Mawar dan Burung Emas - Dongeng Bulgaria

courtesy of digressingme.wordpress.com
Dongeng Anak Dunia - Di suatu tempat terdapat kerajaan dan di sana hidup seorang putri yang cantik. Dia memiliki rambut merah panjang dan sangat menyukai bunga mawar sehingga semua orang memanggilnya Putri Mawar.

Setiap malam setelah matahari tenggelam, sang Putri mawar selalu pergi ke balkon kerajaan sambil bertepuk tangan. Seekor burung emas datang entah dari mana dan turun di bahu sang Putri. Seketika, rambut sang Putri mulai bersinar, berkibar dengan cahaya merah yang cemerlang. Ketika burung itu mulai melantunkan sebuah lagu yang mempesona, sang Putri mawar juga ikut bernyanyi dan semua orang di kerajaan itu tertidur dan bermimpi indah hingga fajar terbit.

Begitulah yang dilakukan sang Putri Mawar selama bertahun-tahun.

Setiap malam Putri Mawar bersama dengan burung emas kecil selalu menyanyikan lagu pengantar tidur yang penuh dengan kasih, sehingga semua orang tertidur dan memiliki mimpi indah sampai fajar terbit.

Namun suatu hari, ada sesuatu yang mengerikan terjadi. Seorang penyihir jahat ingin mengutuk sang Putri Mawar.

"Abracadabra, Sim-Sala-Bim, semoga warna mawar pada rambut sang Putri Mawar redup!" Kata penyihir itu dan rambut Putri Mawar langsung berubah menjadi hitam.

Malam itu juga, sang Putri Mawar keluar ke balkon dan bertepuk tangan. Tetapi ketika burung emas itu muncul, rambutnya bercahaya hitam bukannya merah. Burung itu menyanyikan melodi yang mempesona dan sang Putri Mawar menyanyikan lagu pengantar tidurnya. Semua orang di kerajaan tertidur, tetapi malam itu mereka hanya memiliki mimpi yang buruk.

Pada esok harinya, sang Putri Mawar yang sedih bertanya kepada burung itu. "Katakan burung emas, bagaimana aku bisa membuat mimpi rakyat bangsaku begitu manis lagi sampai fajar terbit?"

"Rambut hitam di air mawar," jawab burung itu.

Sang Putri bertanya-tanya pada nasihat burung itu, tetapi sang Putri tetap menuruti sarang dari sang burung. Sang Putri mengisi baskom dengan air dan menaburkan kelopak mawar di permukaannya. Kemudian, dia mencelupkan rambutnya ke dalam air mawar, lalu langsung berubah merah lagi.

Malam itu, ketika burung itu bertengger di bahunya, cahaya merah rambutnya yang bercahaya menerangi langit malam lagi. Sang Putri menyanyikan lagu pengantar tidurnya, dan semua orang di kerajaan itu tertidur dan bermimpi indah lagi sampai fajar terbit.

Sang Penyihir yang jahat itu sangat marah ketika melihat rambut sang Putri kembali bersinar merah lagi, sehingga dia memutuskan untuk mengutuknya lagi.

"Abracadabra, Sim-Sala-Bim, semoga warna merah mawar pada rambut sang Putri redup lagi!" Dan rambut sang Putri kembali berubah menjadi hitam lagi. Hanya saja kali ini sang penyihir juga mengambil semua bunga mawar di seluruh kerajaan, agar sang Putri tidak dapat mengembalikan warna merah pada rambutnya.

"Mari kita lihat bagaimana kamu akan mematahkan kutukanku sekarang!" sang Penyihir mencibir dengan penuh amarah.

Sekali lagi, sang Putri yang sedih bertanya pada burung itu. "Katakan burung emas, bagaimana aku bisa membuat mimpi bangsaku begitu manis lagi hingga fajar terbit?"

"Rambut hitam di air mawar," jawaban sang burung itu masih sama seperti sebelumnya.

"Tapi di mana aku harus menemukan bunga mawar?"

"Rambut hitam di air mawar," burung itu berkicau dan terbang menjauh dari sang Putri.

Sang Putri tidak tahu harus berbuat apa. Dia sangat bersedih hingga matanya berkaca-kaca, salah satunya jatuh ke tanah di bawahnya. Pada saat itu, seorang pangeran muda dan tampan yang berhenti di bawah balkon sang putri, mengeluarkan sebuah kotak kecil dan sehelai rambut merah dari dalamnya. Dia membungkuk dan meletakkan rambut itu di atas air mata sang putri.

Dan kemudian, keajaiban terjadi.

Tiba-tiba, rambut hitam sang Putri berubah menjadi mawar merah.

Sang pangeran mengambil mawar dan membawanya ke sang putri.

Setelah sang Putri melihat mawar, dia segera menyeka air matanya dan memetik kelopak mawar dan diletakkan di atas air di baskom. Kemudian, dia mencelupkan rambutnya ke dalam, dan kutukan itu patah.

Semua orang terengah-engah, dan sang Raja bertanya pada sang pangeran.

"Anak muda, di mana kamu menemukan rambut merah itu?"

"Ketika sang Putri dan aku sama-sama masih anak-anak, aku mengambil sehelai rambut dari kepalanya sebagai tanda kesetiaanku padanya. Dan dia juga melakukan hal yang sama kepadaku, mencabut sehelai rambutku."

"Itu benar, Ayah," sang Putri meyakinkan Ayahnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. Dia membukanya untuk mengambil sehelai rambut dari kepala Pangeran di dalamnya.

Semua orang senang dengan berita tersebut. Sang Pangeran dan sang Putri Mawar akhirnya menikah pada hari yang sama.

Setelah mengetahui bahwa kutukannya telah dipatahkan lagi, kejahatan penyihir jahat membengkak sedemikian rupa sehingga dia meledak menjadi ribuan kepingan kecil.

Akhirnya, bunga mawar tumbuh di setiap taman di kerajaan lagi. Begitulah seterusnya, setiap malam sang Puteri Mawar menyanyikan lagu pengantar tidurnya yang penuh kasih, sehingga semua orang tertidur dan bermimpi indah hingga fajar terbit.

Tamat

Source: click disini
Share:

Tuesday, October 1, 2019

Baba Yaga Sang Penyihir 3 - Dongeng Rusia

courtesy of idntimes.com
Dongeng Anak Dunia - Kemudian sang Baba Yaga beralih ke gadis pelayannya dan dia mencengkeramnya dengan erat, dia berteriak, "Mengapa kamu membutuhkan waktu yang begitu lama untuk mempersiapkan air mandi?"

"Ah!" teriak pelayan itu, "selama bertahun-tahun aku telah melayanimu, kau bahkan belum pernah memberiku lap, tetapi gadis itu memberiku saputangan yang cantik."

Sang Baba Yaga mengutuknya dan berlari ke halaman.

Melihat pintu gerbang terbuka lebar, dia menjerit, "Pintu gerbang! Kenapa pintu gerbang ini tidak berdecit saat dia membuka dirimu?"

"Ah!" kata pintu gerbang, "selama bertahun-tahun kami telah melayanimu, tetapi kamu tidak pernah menaburkan setetes minyak pada kami. Kami hampir tidak tahan dengan suara derit kami sendiri. Tetapi gadis itu meminyaki kami dan sekarang kami dapat mengayunkan pintu ini kembali tanpa suara sedikitpun. "

Sang Baba Yaga menutup pintu gerbang. Sambil berputar, dia mengarahkan jari kurus panjangnya ke arah anjing itu. "Kamu!" dia berteriak, "mengapa kamu tidak merobek-robeknya ketika dia berlari keluar rumah?"

"Ah!" kata anjing itu, "selama bertahun-tahun aku telah melayanimu, kamu tidak pernah melemparkanku apa pun kecuali tulang tua. Tapi gadis itu memberiku daging dan roti yang sangat lezat."

Sang Baba Yaga bergegas ke halaman, mengutuk dan memukul, sambil berteriak.

Kemudian dia melompat ke sapunya dan terbang ke udara. Segera, dia mencari gadis kecil itu.

"Kamu tidak akan pernah bisa melarikan diri dariku!" Kata sang Baba Yaga sambil tertawa tawa yang mengerikan. Dia mengarahkan sapu terbangnya lurus ke bawah ke arah gadis itu.

Natasha berlari lebih cepat dari sebelumnya. Dia bisa mendengar suara sang Baba Yaga yang semakin dekat.

Lalu dia teringat kata-kata sang kucing hitam. Dia melemparkan handuk di belakangnya di tanah. Kemudian, tanah tersebut berubah menjadi sebuah sungai yang dalam dan lebar berdiri di antara sang gadis kecil itu dan sang Baba Yaga!

Natasha pun terus berlari. Ketika sang Baba Yaga telah mencapai tepi sungai, dia berteriak lebih keras dari sebelumnya, karena dia tahu dia tidak bisa terbang di atas sungai yang tersihir. Dengan marah, dia terbang kembali ke rumahnya. Di sana dia mengumpulkan semua sapinya dan membawanya ke sungai.

"Minumlah, minumlah!" dia berteriak pada sapi-sapi itu. Kemudian, sapi-sapi itu meminum semua air sungai sampai ke titik terakhir. Sang Baba Yaga segera melompat kembali ke sapunya, dan terbang di atas sungai yang kering untuk menangkap Natasha.

Natasha berlari cukup jauh di depan. Bahkan, dia pikir telah bebas dari sang Baba Yaga yang mengerikan. Tapi hatinya membeku ketakutan ketika dia melihat sosok gelap di langit melaju di belakangnya lagi!

"Ini akhir bagiku!" Natasha menangis.

Lalu dia ingat apa yang dikatakan sang kucing tentang sisir. Dia melemparkan sisir di belakangnya, dan sisir itu berubah menjadi hutan lebat dan sangat tebal sehingga sang Baba Yaga tidak bisa memaksa untuk menerobosnya. Sang Baba Yaga berteriak marah dan kecewa, akhirnya berbalik dan terbang kembali ke rumahnya.

Natsha pun akhirnya telah sampai di rumah.

"Aku di rumah, tapi aku tidak bisa masuk ke dalam," katanya pada dirinya sendiri, dia memikirkan ibu tirinya. "Apa yang akan aku lakukan?" Dia menunggu di luar di gudang sampai ayahnya pulang. Ketika dia melihat ayahnya lewat, dia berlari ke arahnya.

"Natasha! Kemana saja kamu?" teriak ayahnya. "Dan mengapa wajahmu begitu merah?"

Ibu tiri keluar untuk melihat apa yang terjadi. Dia kaget ketika melihat gadis itu, dan matanya bersinar hijau, menunjukkan dirinya yang sebenarnya.

Tapi kali ini, Natasha tidak takut. Dia memberi tahu ayahnya segalanya yang telah terjadi. Ketika lelaki tua itu mengetahui bahwa istrinya telah mengirim putrinya sendiri ke sang penyihir Baba Yaga untuk dimakan, dia sangat marah sehingga dia mengusir ibu tirinya keluar dari rumahnya dan tidak pernah kembali lagi.

Sejak saat itu, sang ayah merawat putrinya dengan baik dan dia tidak pernah membiarkan orang asing datang di antara mereka. Sekali lagi, meja dipenuhi tumpukan roti madu, selai stroberi, dan teh. Sang Ayah dan anak perempuannya memainkan permainan petak umpat sampai tiba waktunya untuk tidur. Dan keduanya hidup bahagia selamanya.

Cerita Sebelumnya: Baba Yaga Sang Penyihir 2 - Dongeng Rusia

Source: click disini
Share:

Baba Yaga Sang Penyihir 2 - Dongeng Rusia

courtesy of idntimes.com
Dongeng Anak Dunia - Di depan pintu gubuk itu ada seekor anjing besar kurus sedang mengunyah tulang tua. "Betapa beruntungnya," kata gadis kecil itu, "aku punya roti dan daging." Natasha merogoh sakunya untuk mengambil roti dan daging, Natasha berkata kepada anjing itu, "Sepertinya sudah agak basi, tetapi masih layak untuk dimakan daripada tidak sama sekali." Seketika itu juga, sang anjing itu melahapnya dan menjilat bibirnya.

Natasha akhirnya telah sampai di pintu pondok. Dengan gemetar, dia mengetuk pintu tersebut.

"Masuk," cicit suara jahat sang Baba Yaga. Gadis kecil itupun masuk kedalam. Di sana sang Baba Yaga si sang penyihir sedang duduk sambil menenun di sebuah alat tenunnya. Dia memiliki rambut yang sangat putih, hidung yang sangat panjang, dan ketika dia tersenyum, mulutnya menunjukkan penuh gigi besi. Sang penyihir itu terlihat sangat kurus.

"Hari baik untukmu, Bibi," kata Natasha, berusaha berbicara agar terdengar tidak takut.

"Hari baik untukmu, keponakanku," kata sang Baba Yaga.

"Ibu tiriku menyuruhku kemari untuk meminta jarum dan benang untuk memperbaiki baju."

Baba Yaga tersenyum sambil memamerkan gigi besinya. Karena dia tahu kakaknya sangat membenci Natasha, si anak tirinya.

"Kau duduk di sini dulu di alat tenunku, dan terus menenun," kata sang Baba Yaga. "Aku akan ambilkan jarum dan benang yang kau minta." Jadi sang gadis kecil itu duduk di alat tenun dan mulai menenun.

Sang Baba Yaga berbisik kepada gadis pelayannya, "Dengarkan aku! Pergi ke pemandian dan nyalakan api untuk air mandi hingga mendidih."

"Ya," kata gadis pelayan, dan dia pergi untuk melakukan tugasnya. "Aku akan membuat makanan lezat untuk anak itu!" kata sang Baba Yaga sambil tertawa.

Pelayan datang ke kamar tempat Natasha menenun, dia mengambil kendi untuk mengambil air ke pemandian. Natasha berkata kepadanya, "Aku mohon kepadamu, lambatkanlah membuat api dan memanaskan air. Aku perlu waktu untuk memikirkan sebuah rencana!" Sang gadis pelayan tidak berkata apa-apa. Tapi dia butuh waktu yang sangat lama untuk menyiapkan air mandi.

Sang Baba Yaga menemui Natasha dan berkata dengan suara termanisnya, "Apakah kamu masih menenun, keponakan kecilku?"

"Ya bibi, saya masih menenun" kata Natasha. Dia lalu berpikir, "Aku harus keluar dari sini, entah bagaimana caranya!"

Di sudut gubuk, Natasha melihat seekor kucing hitam kurus sedang memperhatikan lubang tikus.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" katanya pada kucing hitam.

"Mengamati tikus," kata kucing hitam itu. "Sudah tiga hari ini aku belum makan."
"Betapa beruntungnya," kata Natasha, "aku masih punya keju." Dan dia memberikan keju dari sakunya kepada kucing hitam itu, sang kucing hitam itupun melahapnya. Kucing itu berkata, "Gadis kecil, apakah kamu ingin keluar dari sini?"

"Tentu saja aku mau!" kata Natasha, "Aku khawatir Baba Yaga akan mencoba memakanku dengan gigi besinya!"

"Ya, memang itulah yang akan dia lakukan kepadamu," kata sang kucing hitam. "Aku tahu bagaimana caranya membantumu."

Sang kucing itu berbisik di telinga Natasha, "Apakah kamu melihat sisir di atas bangku itu? Apakah kamu melihat handuknya?" Natasha mengangguk. "Kamu harus mengambil keduanya," kata si kucing. "Sekarang ini Baba Yaga masih di pemandian, maka larilah. Saat dia mengejarmu, kamu harus lemparkan handuk itu di belakangmu, maka seketika jalanan yang ada di belakangmu akan berubah menjadi sungai yang besar dan lebar dan akan membutuhkan waktu untuk menyeberangi sungai itu. Ketika dia menyeberang, lemparkan sisir itu di belakangmu, maka seketika jalanan yang ada di belakangmu akan tumbuh hutan yang begitu lebat sehingga dia tidak akan pernah bisa melewatinya. "

"Tetapi jika aku meninggalkan alat tenun sekarang untuk mengambil handuk dan sisir, dia akan mendengar kalau saya telah berhenti menenun. Dan kemudian dia dapat menangkapku sebelum aku bahkan memiliki kesempatan untuk melarikan diri."

"Jangan khawatir," kata sang kucing hitam tipis itu. "Aku akan membereskannya." Kemudian dia mengambil tempat dimana Natasha duduk di alat tenun.

Clickety-clack, Clickety-clack; suara alat tenun tidak pernah berhenti.

Natasha melihat bahwa sang Baba Yaga masih ada di kamar mandi. Dia meraih handuk dan sisir, dan dengan cepat berlari keluar pondok.

Tiba-tiba ada seekor anjing besar melompat ke arah Natasha untuk merobek-robeknya, tetapi kemudian sang anjing melihat itu adalah gadis yang sama seperti sebelumnya. "Wah, ini gadis yang memberiku roti dan daging itu," kata sang anjing itu. "Semoga beruntung, Nak." Dan dia berbaring, membiarkan Natasha pergi.

Ketika Natasha telah sampai di pintu gerbang, gerbang tersebut terbuka dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, hal itu terjadi karena minyak yang dituangkannya ke engsel gerbang itu.

Lalu - bagaimana dia bisa lari!

Ternyata, sang kucing hitam masih duduk di alat tenun tersebut. Sehingga suara alat tenun itu masih tetap dan terus berbunyi Clickety-clack, clickety-clack.

Sang Baba Yaga mendatangi tempat alat tenun itu melalui jendela sambil berkata:

"Apakah kamu masih menenun, keponakan kecilku?" namun tidak ada jawaban, lalu dia bertanya lagi dengan nada tinggi. "Apakah kamu masih menenun, keponakanku?"

"Aku masih menenun, Bibi" kata sang kucing hitam itu, sementara alat tenunnya terus berbunyi klik-klak, klak-klak.

"Itu bukan suara makan malamku!" kata sang Baba Yaga. Dia berlari ke pondoknya dan dia melihat di alat tenun itu bukan gadis kecil, tetapi hanya kucing hitam yang kurus!

"Grrr!" sang Baba Yaga terlihat kesal dan marah. Dia melompat ke arah kucing itu dan berkata. "Kenapa kamu tidak mencakar mata gadis kecil itu?"

Kucing hitam itu menjawab, "Selama bertahun-tahun aku melayanimu, kamu hanya memberi aku air dan membuat aku berburu untuk makan malamku. Sedangkan gadis itu memberiku keju asli."

"GRRR!" Sang Baba Yaga menangkap kucing itu dan mengguncang-guncangnya dengan keras.

Cerita Selanjutnya: Baba Yaga Sang Penyihir 3 - Dongeng Rusia
Cerita Sebelumnya: Baba Yaga Sang Penyihir 1 - Dongeng Rusia 

Source: click disini
Share:

Baba Yaga Sang Penyihir 1 - Dongeng Rusia

courtesy of idntimes.com
Dongeng Anak Dunia - Suatu ketika ada seorang lelaki tua yang tinggal di sebuah gubuk dengan gadis kecilnya yaitu Natasha. Mereka hidup bahagia! Pada saat minum teh, mereka akan bermain petak umpet di belakang samovar (samovar adalah teko yang sangat tinggi yang digunakan di Rusia). Mereka sangat menikmati minum teh dengan roti madu dan selai stroberi. Semuanya nampak baik-baik saja! Namun tiba-tiba ada hal yang membuat lelaki tua itu sedih, lelaki tua itu teringat betapa ia sangat merindukan memiliki seorang istri di sisinya dan seorang ibu bagi Natasha.

Suatu hari pria itu bertemu seorang wanita yang sangat disukainya dan tak lama kemudian mereka menikah. Pada awalnya, Natasha senang memiliki ibu tiri.

Tapi tidak lama kemudian, sang ibu tiri mulai memberikan aturan baru yang sangat ketat. Natasha tidak lagi diizinkan untuk bermain seperti petak umpet dengan ayahnya. Sang ibu tiri juga melarang Natasha untuk minum teh. Ibu tirinya berkata bahwa gadis kecil tidak boleh minum teh sama sekali, apalagi makan roti dan selai. Yang Natasha dapatkan untuk makan malam hanyalah satu kerak kecil roti dan dia harus keluar gubuk untuk memakannya.

Natasha berlari ke halaman belakang dan masuk ke dalam gudang untuk bersembunyi. Dia membasahi kerak kecil roti dengan air matanya dan memakannya sendirian.

Kemudian sang ibu tiri berteriak untuk menyuruhnya kembali masuk ke rumah untuk mencuci piring, menyapu dan mengepel lantai sampai bersih dan bersinar.

Namun ada hal lain yang lebih buruk dari semua itu. Setiap malam, saat sang ibu tiri itu duduk bersama ayah Natasha, dia selalu mengatakan kalau ada yang salah di rumah adalah kesalahan Natasha. Sedihnya lagi, lelaki tua itu lebih mempercayai istri barunya.

Suatu hari, sang ibu tiri sudah tidak tahan lagi melihat Natasha di rumah itu.

"Bagaimana aku bisa menyingkirkan gadis itu untuk selamanya?" sang ibu tiri berkata sendiri.

Sang ibu tiri itu teringat saudara perempuannya, sang penyihir yang mengerikan yaitu Baba Yaga yang tinggal di hutan.

"Aku tahu bagaimana cara menyingkirkan bocah itu, untuk selamanya," ibu tirinya berkata pada dirinya sendiri sambil tersenyum.

Keesokan paginya, lelaki tua itu pergi mengunjungi beberapa teman di desa sebelah. Setelah lelaki tua itu sudah pergi jauh tidak terlihat lagi, sang ibu tiri yang jahat berbalik ke Natasha.

"Dengarkan aku," desisnya. "Hari ini kamu pergi ke hutan dan temuilah saudariku, dia adalah bibi tirimu. Kamu minta jarum dan benang padanya untuk memperbaiki baju ini." Kata sang ibu tiri kepada Natasha.

"Tapi, kita sudah memiliki jarum dan benang." kata Natsha sambil memperlihatkan benang dan jarum yang dia pegang. Dia tahu tentang bibinya yang tinggal di hutan, dia tidak lain adalah penyihir yang mengerikan, Baba Yaga! Orang yang mengejar anak-anak kecil yang terbang di udara di atas sapu raksasanya. Dan ketika dia menangkap anak-anak kecil itu, dia akan memakannya dengan gigi-gigi besinya.

"Siapa yang bertanya padamu ?!" bentak sang ibu tiri itu sambil melemparkan jarum dan benang dari tangan gadis itu.

Dengan gemetar dan ketakutan, Natasha berkata, "Bagaimana caraku menemukan bibiku?"

Sang ibu tiri memutar hidung gadis kecil itu dan mencubitnya dengan keras.

Dia berkata. "Apakah kamu bisa merasakannya?"

"Ya," jawab lirih sang gadis malang itu.

"Kamu telusuri terus jalan menuju hutan sampai kamu tiba di pohon yang tumbang, lalu kamu belok kiri," kata ibu tiri itu. "Ikuti penciuman hidungmu, hal itu akan membawamu ke bibimu. Sekarang pergilah, dasar gadis malas!"

Sang ibu tiri itu mendorong sebuah karung kecil di tangan gadis itu yang sedang menggenggam beberapa potong roti dan keju yang sudah basi dan beberapa potong daging lalu mendorong Natasha keluar dari rumah.

Saat berjalan menuju hutan, Natasha melihat ke belakang, sang ibu tirinya berdiri di depan pintu dengan tangan bersilang dan melotot. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain melanjutkan perjalanan menuju bibinya.

Gadis itu terus berjalan di sepanjang jalan menuju hutan, lalu ke pohon tumbang, lalu belok kiri. Hidungnya mulai berdenyut lebih kencang, jadi dia tahu dia berjalan ke arah yang benar.

Lalu tiba-tiba, di depannya ada sebuah gerbang tua dan berdiri gubuk sang Baba Yaga. Tidak salah lagi, gubuk itu adalah rumah sang Baba Yaga, sang penyihir, yang berdiri tegak di atas kaki ayam raksasa dan bisa berjalan mengelilingi halaman dengan sendirinya! Ketika berbalik, jendela depan tampak seperti dua mata dan pintu tampak seperti mulut.

Dua pintu gerbang di pagar terbuka. Ketika Natasha mendorong gerbang itu untuk lewat, gerbang itu membuat suara mencicit yang mengerikan. Di tanah ia memperhatikan kaleng minyak yang sudah karatan.

Gadis itu mengambilnya. "Betapa beruntungnya aku," katanya, "masih ada minyak yang tersisa." Dia menuangkan beberapa tetes yang tersisa ke engsel gerbang. Kedua pintu gerbang terayun terbuka tanpa berbunyi.

Ketika Natasha berjalan mendekat, rumah sang Baba Yaga berbalik dengan kaki ayamnya dan menghadap ke gadis itu.

Natasha merasa ketakutan ketika mendengar ada suara tangisan, saat Natasha berbalik ternyata suara tangisan tersebut datang dari seorang pelayan Baba Yaga yang berdiri di halaman rumahnya, dia menangis dan menyeka air matanya di lengan bajunya.

"Betapa beruntungnya aku," kata Natasha, "aku punya sapu tangan." Dia membuka ikatan saputangannya, mengocoknya bersih, dan dengan hati-hati menaruh sisa makanan di sakunya. Dia memberikan kain itu kepada pelayan Baba Yaga untuk menyeka air matanya dan tersenyum.

Cerita Selanjutnya: Baba Yaga Sang Penyihir 2 - Dongeng Rusia

Source: click disini
Share:

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...