courtesy of idntimes.com |
Natasha akhirnya telah sampai di pintu pondok. Dengan gemetar, dia mengetuk pintu tersebut.
"Masuk," cicit suara jahat sang Baba Yaga. Gadis kecil itupun masuk kedalam. Di sana sang Baba Yaga si sang penyihir sedang duduk sambil menenun di sebuah alat tenunnya. Dia memiliki rambut yang sangat putih, hidung yang sangat panjang, dan ketika dia tersenyum, mulutnya menunjukkan penuh gigi besi. Sang penyihir itu terlihat sangat kurus.
"Hari baik untukmu, Bibi," kata Natasha, berusaha berbicara agar terdengar tidak takut.
"Hari baik untukmu, keponakanku," kata sang Baba Yaga.
"Ibu tiriku menyuruhku kemari untuk meminta jarum dan benang untuk memperbaiki baju."
Baba Yaga tersenyum sambil memamerkan gigi besinya. Karena dia tahu kakaknya sangat membenci Natasha, si anak tirinya.
"Kau duduk di sini dulu di alat tenunku, dan terus menenun," kata sang Baba Yaga. "Aku akan ambilkan jarum dan benang yang kau minta." Jadi sang gadis kecil itu duduk di alat tenun dan mulai menenun.
Sang Baba Yaga berbisik kepada gadis pelayannya, "Dengarkan aku! Pergi ke pemandian dan nyalakan api untuk air mandi hingga mendidih."
"Ya," kata gadis pelayan, dan dia pergi untuk melakukan tugasnya. "Aku akan membuat makanan lezat untuk anak itu!" kata sang Baba Yaga sambil tertawa.
Pelayan datang ke kamar tempat Natasha menenun, dia mengambil kendi untuk mengambil air ke pemandian. Natasha berkata kepadanya, "Aku mohon kepadamu, lambatkanlah membuat api dan memanaskan air. Aku perlu waktu untuk memikirkan sebuah rencana!" Sang gadis pelayan tidak berkata apa-apa. Tapi dia butuh waktu yang sangat lama untuk menyiapkan air mandi.
Sang Baba Yaga menemui Natasha dan berkata dengan suara termanisnya, "Apakah kamu masih menenun, keponakan kecilku?"
"Ya bibi, saya masih menenun" kata Natasha. Dia lalu berpikir, "Aku harus keluar dari sini, entah bagaimana caranya!"
Di sudut gubuk, Natasha melihat seekor kucing hitam kurus sedang memperhatikan lubang tikus.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" katanya pada kucing hitam.
"Mengamati tikus," kata kucing hitam itu. "Sudah tiga hari ini aku belum makan."
"Betapa beruntungnya," kata Natasha, "aku masih punya keju." Dan dia memberikan keju dari sakunya kepada kucing hitam itu, sang kucing hitam itupun melahapnya. Kucing itu berkata, "Gadis kecil, apakah kamu ingin keluar dari sini?"
"Tentu saja aku mau!" kata Natasha, "Aku khawatir Baba Yaga akan mencoba memakanku dengan gigi besinya!"
"Ya, memang itulah yang akan dia lakukan kepadamu," kata sang kucing hitam. "Aku tahu bagaimana caranya membantumu."
Sang kucing itu berbisik di telinga Natasha, "Apakah kamu melihat sisir di atas bangku itu? Apakah kamu melihat handuknya?" Natasha mengangguk. "Kamu harus mengambil keduanya," kata si kucing. "Sekarang ini Baba Yaga masih di pemandian, maka larilah. Saat dia mengejarmu, kamu harus lemparkan handuk itu di belakangmu, maka seketika jalanan yang ada di belakangmu akan berubah menjadi sungai yang besar dan lebar dan akan membutuhkan waktu untuk menyeberangi sungai itu. Ketika dia menyeberang, lemparkan sisir itu di belakangmu, maka seketika jalanan yang ada di belakangmu akan tumbuh hutan yang begitu lebat sehingga dia tidak akan pernah bisa melewatinya. "
"Tetapi jika aku meninggalkan alat tenun sekarang untuk mengambil handuk dan sisir, dia akan mendengar kalau saya telah berhenti menenun. Dan kemudian dia dapat menangkapku sebelum aku bahkan memiliki kesempatan untuk melarikan diri."
"Jangan khawatir," kata sang kucing hitam tipis itu. "Aku akan membereskannya." Kemudian dia mengambil tempat dimana Natasha duduk di alat tenun.
Clickety-clack, Clickety-clack; suara alat tenun tidak pernah berhenti.
Natasha melihat bahwa sang Baba Yaga masih ada di kamar mandi. Dia meraih handuk dan sisir, dan dengan cepat berlari keluar pondok.
Tiba-tiba ada seekor anjing besar melompat ke arah Natasha untuk merobek-robeknya, tetapi kemudian sang anjing melihat itu adalah gadis yang sama seperti sebelumnya. "Wah, ini gadis yang memberiku roti dan daging itu," kata sang anjing itu. "Semoga beruntung, Nak." Dan dia berbaring, membiarkan Natasha pergi.
Ketika Natasha telah sampai di pintu gerbang, gerbang tersebut terbuka dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, hal itu terjadi karena minyak yang dituangkannya ke engsel gerbang itu.
Lalu - bagaimana dia bisa lari!
Ternyata, sang kucing hitam masih duduk di alat tenun tersebut. Sehingga suara alat tenun itu masih tetap dan terus berbunyi Clickety-clack, clickety-clack.
Sang Baba Yaga mendatangi tempat alat tenun itu melalui jendela sambil berkata:
"Apakah kamu masih menenun, keponakan kecilku?" namun tidak ada jawaban, lalu dia bertanya lagi dengan nada tinggi. "Apakah kamu masih menenun, keponakanku?"
"Aku masih menenun, Bibi" kata sang kucing hitam itu, sementara alat tenunnya terus berbunyi klik-klak, klak-klak.
"Itu bukan suara makan malamku!" kata sang Baba Yaga. Dia berlari ke pondoknya dan dia melihat di alat tenun itu bukan gadis kecil, tetapi hanya kucing hitam yang kurus!
"Grrr!" sang Baba Yaga terlihat kesal dan marah. Dia melompat ke arah kucing itu dan berkata. "Kenapa kamu tidak mencakar mata gadis kecil itu?"
Kucing hitam itu menjawab, "Selama bertahun-tahun aku melayanimu, kamu hanya memberi aku air dan membuat aku berburu untuk makan malamku. Sedangkan gadis itu memberiku keju asli."
"GRRR!" Sang Baba Yaga menangkap kucing itu dan mengguncang-guncangnya dengan keras.
Cerita Selanjutnya: Baba Yaga Sang Penyihir 3 - Dongeng Rusia
Cerita Sebelumnya: Baba Yaga Sang Penyihir 1 - Dongeng Rusia
Source: click disini
0 comments:
Post a Comment