Courtesy of bawanatravel.com |
Terbentuk ribuan atau ratusan tahun yang lalu dari letusan sebuah gunung berapi kala itu, dan sekarang menjadi okbjek wisata yang sangat terkenal di Sumatera Utara serta merupakan danau terbesar di seluruh Asia Tenggara.
Danau Toba menurut cerita legenda rakyat setempat, merupakan suatu cerita yang menarik manakala terbentuknya dari dongeng cerita rakyat berikut ini.
Tersebutlah seorang petani muda yang begitu rajin dalam bekerja walaupun hidup sendirian. Ladang adalah tempat sang petani muda ini bekerja dan setiap hari dia akan datang ke ladangnya mengolah tanah supaya subur dan baik untuk hasil tanaman yang melimpah ruah.
Berbekal ketekunan dan kerajinan dalam mengarak ladangnya, dia dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya dengan tenang dan tatkala diwaktu senggang dari berladang, dia akan pergi ke sungai untuk menangkap ikan sebagai lauk teman nasi untuk makannya.
Seperti hari dia sudah siap dengan kail dan umpan serta tempat ikan yang terbuat dari bambu yang dianyam rapih supaya ikan tidak loncat dari tempat tersebut dan tetap hidup mana kala ikan sudah didapat, sebab wadah ikan tersebut akan berada di air selama dia masih memancing ikan.
Sampai dia di pinggir kali yang dimaksud dan dengan cepat dia pun memilih tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari siang dan tempatnya enak serta diperkirakan terdapat banyak ikan didalamnya.
Kail pun sudah terlempar di tengah sungai yang dalam tetapi airnya tenang dan dia lalu berdoa dalam bisiknya, "Ya Tuhan, berikanlah hari ini tangkapan ikan yang besar."
Dan memang Tuhan maha pemurah, tiba-tiba kail itupun bergetar dan bergoyang-goyang tanda ada ikan yang makan umpannya di bawah sungai sana.
Dengan cepat kailpun diangkatnya, tampak satu ekor ikan yang cukup besar dan ikan tersebut terlihat begitu manis, cantik dan lucu, sang ikan pun dengan cepat dimasukkan kedalam wadah tempat ikan yang telah diikat dipingiran tepi sungai.
Karena ikan yang dia dapatkan cukup besar sang petani muda ini pun bermaksud pulang saja dari tempat mancing sungai tersebut ke rumahnya.
Sampailah di rumah dan seterusnya sang ikan yang didapat dari hasil memancing segera disimpan dalam suatu wadah tempat bak yang berisi air yang sengaja dibuatnya khusus tempat wadah ikan, tatkala dia mendapatkan ikan dari hasil memancingnya.
Nasi dan sayur untuk makan siang telah siap di meja makan siang itu tinggal memotong ikan besar sebagai lauk menu makan siang hari itu. Namun ketika dia akan membunuh ikan tersebut, timbul rasa kasihan dan sayang terhadap ikan lucu tersebut.
Sehingga niat untuk memotong ikan tersebut dibatalkan, "ikan yang lucu dan manis ini akan aku biarkan hidup saja dalam bak tersebut" pikirnya dalam hati.
Seperti hari biasanya disiang hari itu pun dia telah pergi ke sungai untuk mencari ikan, namun sampai sore hari dia memancing tidak satu ikan pun berhasil ditangkap dan mau memakan umpannya.
Perut sudah terasa lapar sekali sore itu, dia pun segera membereskan peralatan pancingnya dan segera pulang ke rumahnya untuk memasak nasi dan sayuran yang telah tersedia sebelumnya di rumah.
Namun apa yang terjadi, didalam rumahnya dijumpai seorang gadis cantik yang menyambut kedatangan pulangnya, tentu saja dia bertanya dengan heran sekali.
"Hai siapa engkau gadis cantik?" Bertanya sang petani muda tersebut.
"Saya adalah ikan yang engkau tangkap kemarin siang," jawabnya dengan nada bicara yang lembah lembut.
Petani muda itupun langsung melihat bak yang berisi air tempat dia menaruh ikan, benar saja di dalam bak sudah tidak terdapat lagi ikan yang kemarin dia dapat dari memancing di sungai.
"Kamu kemarin tidak memasakku dan memotongku, tentu saja saya akan sangat berterima kasih dan akan membalas kebaikkanmu itu," katanya.
"Kamu tahu saya yang hidup sendiri dan tidak mempunyai keluarga, seandainya kamu mau jadi istri saya, saya akan sangat berterima kasih sekali," berkata sang petani muda sambil matanya terus memandang wajah cantik gadis yang berada di depannya.
Dia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan sang gadis penjelmaan sang ikan yang kemarin didapatnya dari hasil memancing di sungai.
"Saya terima ajakkan untuk menikah darimu, namun kamu harus berjanji dan jangan lupa dengan janjimu untuk tidak bercerita kepada siapa pun asal muasal saya terutama kepada anak kita, jika nanti setelah menikah kita mempunyai keturunan atau anak."
"Sebab kalau kamu bercerita siapa saya dan dari mana saya berasal, akan terjadi malapetaka besar yang akan menimpahmu."
"Aku berjanji apapun itu aku akan tetap merahasiakan siapa dirimu sebenarnya," katanya mantap sekali.
Maka menikahlah mereka kini menjadi pasangan yang sangat bahagia sekali, sang istri yang cantik dan pintar memasak akan selalu memanjakan sang suami dengan makanan yang lezat-lezat.
Begitupun sang suami petani muda ini, sangat sayang sekali kepada sang istri yang jika ada uang lebih yang didapatnya dari hasil menjual hasil ladangnya, dia akan selalu membelikan baju dan perhiasan yang dijual di pasar tempat dia menjual hasil panennya.
Sang istri yang berwajah cantik akan lebih jelita lagi dibalut baju-baju baru yang dibelikan sang suami tercinta, dan akhrinya sang buah hatipun terlahir sudah, seorang anak lelaki dan diberi nama Samo.
Hari-hari berganti dengan cepat sekali kini Samo telah besar pula, namun dia terlalu nakal untuk ukuran anak seusianya.
Tidak pernah dia membantu pekerjaan orang tua dan kalau disuruh dia tidak pernah mau, kalau pun mau dia harus diupahi terlebih dahulu baru dia berangkat pergi.
Tetapi sang Ibunda Samo tetap saja sangat sayang terhadap anak semata wayangnya yang diurus dari kecil hingga kini sudah besar, demikian Samo menjadi lebih nakal lagi karena merasa sang Ibunda tetap sayang walaupun dia berbuat nakal sekalipun.
Hari itu sang Ibunda tidak sempat mengantarkan makanan untuk sang suami di ladang maka dicarinya sang anak Samo untuk mengantar makanan kepada ayahnya.
"Samo anakku tolonglah Ibumu ini untuk mengantar makanan keladang, untuk Ayahmu nak!" sang Ibunda memerintah.
"Baiklah Bu," sang anak membawa bungkusan makanan untuk sang Ayahnya yang berada di ladang sedang bekerja.
Namun baru saja meninggalkan rumahnya di sebuah lapangan tempat bermain, sang anak bertemu teman-teman mainnya dan dia pun ikut bermain bersama mereka, karena asyik bermain Samo pun lupa untuk mengantarkan makanan tersebut ke ladang.
Sementara di ladang sang Ayahnya hanya bisa menunggu saja makanan tidak kunjung datang sampai hari telah menjelang sore untuk pulang ke rumah.
Sang anak belum menampakkan batang hidungnya, dia pun tahu yang akan mengantar makanan hari itu adalah anaknya karena sang istri telah memberi tahukan pesannya, sebelum berangkat ke ladang tadi pagi.
Hatinya sangat kesal sekali terhadap sang anak yang begitu nakal susah untuk diajari bersikap benar dan tidak mau sama sekali membantu pekerjaan orang tuanya, kerjanya hanya main saja dari hari ke hari.
Dengan hati yang sedikit dongkol, dia akhirnya membereskan peralatan kerja dan memang hari pun telah sore hari waktunya untuk pulang.
Dan ditengah perjalanan pulang dia bertemu dengan sang anak yang sedang asyik bermain walaupun hari telah sore kala itu, Samo masih saja bermain.
"Samo, mengapa kamu tidak mengantarkan makananku ke ladang?" tanya sang Ayah.
"Maaf Ayah, saya tadi lupa karena bermain dulu dengan teman-teman dan saya lapar akhirnya saya memakannya bersama-sama mereka," Samo menjawab pertanyaan sang Ayah.
"Samo! Samo! Mengapa kamu nakal sekali, mulai hari ini kamu tidak usah pulang ke rumah lagi, Ayah sudah tidak tahan lagi melihat kamu yang berkelakuan sangat susah diatur, dasar kamu anak ikan yang nakal, nakal!" teriak sang Ayah penuh emosi.
Dan setelah berteriak anak ikan, langitpun mendengarkan kata-kata tersebut maka langit disekitar itu pun menjadi mendung dan gelap gulita, hujan pun turun serentak dengan lebatnya.
Janji yang telah diikrakan telah dilanggar, diingkari oleh sang petani muda, langit yang menjadi saksi sumpah pun marah seketika itu, hujan tiada henti-henti terus menerus turun terjadi di tempat itu.
Air dengan cepat naik ke permukaan tanah cepat sekali meningginya dan akan menenggelamkan rumah dan pepohonan besar yang ada di desa tersebut.
Sang Ibunda Samo yang tahu kejadian akan seperti ini dengan cepat mencari anaknya dan menyuruh sang anak tercinta untuk berlari naik di atas bukit yang ada di tengah-tengah desa yang mereka huni.
Setelah menyelamatkan sang anak, dia pun kini memjelma kembali ke bentuk semula menjadi ikan dan akan menjadi penguni danau yang menguasai tempat tersebut sebagai ikan yang berukuran sangat besar.
Karena amarah dan emosi memuncak, sang petani lupa akan janjinya untuk tidak berbicara mengenai asal-usul sang istri tercinta, namun nasi telah jadi bubur semua telah terjadi, tidak ada sesal yang datang dahulu namun sesal selalu datang kemudian.
Bukit tersebut menjadi nama Samo dan Sir dan sekarang di kenal dengan sebutaan Pulau Samosir. Mengapa di sebut dengan pulau Samosir, karena bukit yang dikelilingi air seakan-akan menyerupai sebuah pulau.
Desa itu pun telah berubah menjadi danau yang tidak mendapatkan rahmat dari langit karena akibat sumpah yang telah di langgar seorang manusia yang dilanda amarah, maka sekarang dikenal dengan sebutan Danau Toba (tanpa rahmat)
Janji adalah sumpah yang harus dipegang teguh oleh siapapun, janganlan pernah mengingkari janji sebab akan mendapatkan bahaya yang akan datang menjemputmu. Sekian.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Memperbaiki Postur Tubuh dengan Pilates
- Hantu India Yang Paling Banyak - Bhoot