Courtesy cyberfrogteam.blogspot.com |
Siapakah gerangan mereka berdua itu?, ternyata mereka adalah dua orang pengelana yang sedang melakukan perjalanan.
Terik matahari siang itu begitu menyengat tubuh mereka berdua, peluh bercucuran dari sekujur tubuhnya telah membasahi seluruh bajun mereka bagaikan mandi keringat saja.
Perjalanan dari desa yang telah mereka singgahi sampai sekarang mereka berjalan sudah begitu jauh namun belum juga menjumpai desa berikutnya walaupun jalannya sudah begitu lelah hampir tidak sanggup lagi kaki mereka untuk melangkah.
Tongkat yang mereka pegang untuk membantu berjalan telah terantuk-antuk tanah berumput dan pasir jalan yang mereka lalui.
Berjalan gontai bagaikan seorang kakek-kakek atau nenek-nenek saja, berbungkuk-bungkuk mereka sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan cepat.
Padang rumput yang begitu luas seperti tidak ada ujungnya membentang dari utara ke selatan dari barat ketimur, betapa luasnya alam ini yang terlihat hanyalah hijau sepanjang mata memandang.
Dan terlihat, mereka mencari tempat berteduh untuk istirahat kala itu, pandangan mata mereka sudah nanar kuning tidak mungkin mereka melanjutkan perjalanan dalam kondisi seperti itu.
"Hai kawan lihatlah itu!" seru seseorang kepada teman seperjalanannya. "Di atas bukit kecil itu didepan kita ada sebuah pohon ek yang cukup rimbun!"
"Yah memang itu satu-satunya pohon yang ada disini!" sahut temannya yang satu lagi, memang ditempat yang sangat luas di padang rumput itu hanya ada satu pohon ek yang tumbuh tinggi terletak di atas bukit kecil di depan mereka.
Dengan sisa tenaganya yang ada, mereka berdua berusaha naik keatas bukit kecil tersebut untuk beristirahat di bawah pohon ek tersebut.
Sampailah mereka berdua dan langsung merebahkan diri mereka di bawah pohon ek, angin yang ketika itu berhembus seperti belaian yang membuat tubuh mereka sedikit segar.
Setelah istirahat sebentar merekapun membuka bekal makanan seadanya yang mereka bawah, lumayan perut telah terisi walaupun hanya sekedarnya saja.
Betapa enaknya berbaring di bawah naungan pohon ek yang rimbun dengan kipas dari angin yang berhembus, mata mereka menatap langit biru yang cerah siang di bawah sana pandangan yang membentang luas, pemandangan alam yang sungguh indah luar biasa.
"Hai kawan kamu lihat pohon ek ini!" serunya tiba-tiba.
"Ya, memang kenapa dengan pohon ek ini?" bertanya kawan yang satunya lagi.
"Tidak berbuah, tidak menghasilkan apapun dan tidak berguna, untuk apa pohon ini!" serunya lagi.
"Sehingga orang-orang tidak suka untuk menanam pohon yang satu ini karena tidak bermanfaat sama sekali," katanya kemudian sambil mencibirkan bibirnya.
Sang pohon ek tadinya tidak peduli dengan percakapan mereka dan tidak akan ikut campur dengan urusan mereka berdua namun ketika dirinya di sebut-sebut sang pohon menjadi penasaran.
Apalagi ketika dua orang ini menjelek-jelekkan dirinya langsung saja sang pohon ek membuka mulutnya dan berkata.
"Kalian berdua adalah manusia yang tidak tahu berterima kasih, sudah enak-enak bernaung dalam teduhnya daun-daun rindangku masih saja mengatai aku tidak berguna," bentak sang pohon ek menggema keras sekali suaranya.
Dua orang pengelana melompat dari tidurnya langsung berdiri, mereka sangat kaget bukankepalang mendengar bentakkan tadi dan ternyata yang membentak adalah sang pohon ek tersebut.
Tanpa komando mereka berdua lari terpelanting-pelanting berguling-guling turun dari atas bukit kecil tempat tumbuhnya sang pohon ek.
Terkadang orang akan berterima kasih dengan pemberian langsung yang ada manfaatnya, dari pada dengan pemberian yang tidak terasa atau tidak disadari langsung manfaat, padahal itu sangat-sangat berguna sekali.
Sekian.
Wasalam.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Sayangi Mata Anda
- Suriah Merebut Palmyra dari IS - Video Pertempuran
0 comments:
Post a Comment