Courtesy of www.anneahira.com |
Sangkuriang adalah anak lelaki yang punya kesenangan berburu ke dalam hutan, dan selalu ditemani seekor anjing yang setia kala pergi berburu yang bernama si Tumang.
Tumang adalah anjing titisan sang Dewa, dan juga merupakan Ayahanda dari Sangkuriang, hanya saja sang anak tidak tahu akan semua hal tersebut.
Sang Ibunda sangat merahasiakan masalah ini kepada sang anak Sangkuriang tercinta.
Seperti hari-hari yang biasa, Sangkuriang yang ahli berburu pergi ke hutan untuk berburu hewan apa saja yang di jumpainya.
Dalam perjalanan di hutan itu, Sangkuriang melihat seekor burung yang sedang bertengger di suatu dahan pohon di tengah hutan.
Tanpa berpikir panjang busurpun telah siap dengan anak panah mencari tempat sasaran dan anak panahpun melesat mengenainya.
Sangkuriang sangat girang sekali, lalu perintahpun keluar kepada sang Tumang anjing yang menjadi temannya.
Namun aneh sekali sang Tumang tidak menurut perintah Sangkuriang kali ini, dia diam saja tidak pergi dari tempat duduknya.
Sikap si Tumang tidak biasanya ini membuat Sangkuriang marah besar lalu diusirnya anjing tersebut dan tidak diizinkan pulang lagi ke rumah bersamanya.
Setelah sampai di rumah, Sangkuriang bercerita terhadap sang Ibunda tercinta tentang si Tumang yang telah diusir olehnya.
Namun apa yang terjadi selanjutnya, sang Ibunda pun marah besar kepada Sangkuriang, sang Ibunda Dayang Sumbi mengambil sendok nasi dan dipukullah kepala Sangkuriang.
Dari kejadaian itu Sangkuriangpun marah, lalu pergi meninggalkan Ibunda dan rumahnya untuk berkelana, karena hatinya merasa sangat sedih dan kecewa tarhadap sang Ibunda tercintanya.
Dayang Sumbi merasa sangat menyesali atas perbuatan yang telah menimbulkan sang anak satu-satu telah pergi meninggalkan rumah kini dia hidup seorang diri.
Setiap harinya Dayang Sumbi selalu berdoa untuk bisa dapat bertemu lagi dengan sang anak tercinta Sangkuriang dengan doanya yang sangat tulus sekali.
Doa tulus inilah yang membuat dia selalu awet muda dan cantik selalu walaupun telah berumur, dia terlihat seperti anak gadis saja.
Terlihat seorang pemuda tampan sedang berjalan dengan santainya, sedikit senyuman tersungging dari bibirnya, matanya tajam mengamati tempat yang dilaluinya.
Perasaan menjadi aneh melihat kampung yang dilaluinya, sudah berubah total sekarang semenjak dia pergi meninggalkan kampung tersebut beberapa tahun lalu.
Siapakah dia?, ternyata dia adalah Sangkuriang yang telah lama pergi berkelana mencari pengalaman hidup diluar sana, kini dia rindu kampung halaman tercinta dan merasa kangen terhadap sang Ibunda tercinta.
Rasa senangpun bertambah tatkala ditengah perjalanan ke rumahnya dia bertemu seseorang yang sangat memikat hatinya.
Perempuan cantik yang mempesona dan menawan hatinya tidak lain dari Ibunda tercinta Dayang Sumbi, namun dia tidak mengetahuinya.
Dan dayung pun bersambut, sang Dayang Sumbi pun menerima lamaran sang pemuda yang tampan dan gagah perkasa ini untuk dijadikan istrinya, hari pernikahanpun telah ditentukan.
Pada suatu hari seperti biasanya Sangkuriang yang suka sekali berburu akan pergi ke salah satu hutan yang menjadi tempat tujuan berburunya.
Karena rambutnya yang tidak rapih diapun meminta sang kekasih tercinta untuk merapihkan rambut di kepalanya untuk diikat keatas, yang biasa dilakukan pemuda-pemuda pendekar zaman dahulu kala.
Namun apa yang dilihat dia tatkala Dayang Sumbi melihat luka diatas kepala sang kekasih, diapun bertanya kepada suaminya yang tak lain adalah Sangkuriang mengenai kepalanya.
Ternyata benar dugaannya selama ini tentang sang pemuda yang tampan gagah perkasa ini tidak lain dari anaknya sendiri yang telah pergi dari rumahnya.
Bagaimana mungkin aku menikah dengan anakku sendiri, dicarinya akal agar pernikahan ini tidak terjadi antara aku dan dia.
Dan sepulangnya sang anak dari berburu diceritakannya niat untuk tidak jadi atau membatalkan pernikahan ini, namun Sangkuriang dengan tegas menjawab.
"Mana mungkin kamu adalah Ibundaku, sebab umurmu dan aku kini tidak jauh berbeda!" serunya tegas sekali sedikit marah.
Setelah berhari-hari berpikir akhirnya sang Dayang Sumbi pun menemukan jalan keluar dari masalah ini, dia punya dua syarat yang harus dipenuhi pemuda ini.
"syarat pertama ialah harus membendung sungai Citarum dan juga membuatkan perahu atau sampan untuk dapat menyeberangi sungai tersebut dan semua persyaratan itu harus selesai sebelum Fajar menyingsing di ufuk timur."
Dan yang lebih hebat lagi sang pemuda tampan yang sakti inipun sanggup saja dengan syarat yang diajukan sang pujaan hatinya tersebut.
Setelah waktu yang ditentukan datang, maka Sangkuriang yang memiliki banyak ilmu kesaktiannya telah siap dengan pekerjaannya, diundangnya bala bantuan teman-temannya dari bangsa jin.
Tenaga pikiran telah tercurah dengan sigap membangun sebuah bendungan yang luas dan membuat sampan yang besar untuk sang calon istri yang cantik mempesona hatinya.
Sediki demi sedikit pekerjaan yang dia kerjakan dan dibantu bala bantuan dari bangsa Jin ini telah hampir rampung sudah.
Dayang Sumbi pun menjadi penasaran dengan pekerjaan yang dilakukan Sangkuriang maka dia melihat juga dari kejauhan.
Dan alangkah terkejutnya Dayang Sumbi kala itu, pekerjaan itu seluruhnya hampir selasai dikerjakan Sangkuriang yang sakti.
Karena khawatir tentang semua ini, maka sang Dayang Sumbi mengajak seluruh masyarakat yang menjadi tetangga di lingkugan tempat tinggal untuk menggelar kain sutera yang berwarna merah di ufuk timur sebagai pertanda fajar telah menyising.
Sangkuriang terkejut sekali melihat waktu cahaya merah di ufuk timur sebagai pertanda datang pagi, fajar telah menyising kala itu. Rasa jengkel marah dan lain sebagainya menguasai pikiran Sangkuriang kala waktu itu.
Maka dibendungan air sungai Citarum besar yang telah terisi air dijebolkan pula dan disebelah bawah tempat itu telah terjadi banjir kota yang terendam banjir dahsyat dan kota kini telah tenggelam.
Dan sampan besar atau perahupun ditendangnya dan jauh melayang tertelungkup, perahu itu kini terkenal dengan nama gunung Tangkuban Perahu yang terletak dikawasan daerah Bandung Utara Jawa Barat.
Ukurlah kemampuan kita untuk selalu sesuai dengan yang kita harapkan janganlah memaksakan kehendak kepada siapa saja, apalagi terhadap orang tua kita. Sekian.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Cara Menenangkan Hati, Tips Melakukannya
- Aliansi Islam Bertujuan Mengeringkan Sumber Daya IS
0 comments:
Post a Comment