Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Thursday, March 31, 2016

Sang Pak Tani Dan Pohon Rambutan - Dongeng Yunani

Courtesy of tebetebe2013.wordpress.com
dongeng anak dunia - Betapa luasnya kebun itu dan apabila kita masuk kedalamnya terdapat begitu banyak pohon buah yang selalu berbuah pada musimnya masing-masing.

Pohon apel hijau besar kalau berbuah akan bergelayutan dari dahan-dahannya pohon, begitupun buah jeruk buahnya akan kelihatan kuning dan jingga menggoda dengan rasa manis dan asam dilidah.

Pohon jambu air yang merah manis yang keluar dari airnya, serta buah pisang yang berbuah kuning yang legit manis ketika kita mencicipinya.

Nangka yang buahnya hijau kekuningan dan ketika kita belah akan keluar wangi menggoda dengan daging buahnya berwarna kuning empuk yang begitu manis.

Apalagi tatkala musim durian, buah yang sangat wangi harum semerbak sampai seluruh kebun itu merasakan wanginya dan ketika kita menikmati buah durian yang juga disebut rajanya buah yang terkenal sangat enak sekali.

Dan masih banyak lagi pohon-pohon buah lain yang tumbuh di kebun itu, pohon alpukat yang gurih, pohon sawo yang nikmat dan lain sebagai.

Sang pemilik kebun bapak tani sangat sayang sekali terhadap kebun buah dan selalu merawatnya dengan giat dan rajin.

Namun semua juga tidak mulus dan sempurna seperti yang kita bayangkan, masih ada saja yang mengganjal hati sang bapak tani, "apakah itu?."

Sudah bertahun-tahun sang bapak petani menunggu buah yang menjadi uneg-unegnya, ternyata sebuah pohon rambutan yang tumbuh dipojok kebunnya.

Penantian itu terasa sudah lama sekali sampai sang bapak petani tidak sabar lagi menunggu, diambilnya sebuah kapak siap untuk menebas pohon rambutan yang tidak pernah berbuah itu.

Memang benar pohon rambutan itu tidak pernah berbuah atau berbunga untuk menghasilkan buah yang banyak, namun setiap dahannya dipenuhi sarang-sarang burung yang bersarang dipohon tersebut.

Diantaranya tempat bersarang burung pipit, burung kenari dan burung kecil lainnya yang menjadi pohon rambutan sebagai tempat berteduh.

Semua burung yang tinggal diatas pohon rambutan tahu dengan maksud sang bapak petani membawa kapak datang mendekati pohon rambutan dengan serentak mereka menghalang-halangi sang bapak petani sambil berkata, " janganlah bapak tebang pohon ini, sebab kami sekeluarga bersarang didahan pohon yang akan bapak tebas!" teriak burung pipit.

"Kasihanilah bapak! anak-anakku masih kecil dan tinggal bersarang juga disalah-satu dahan pohon tersebut!" seru burung kenari sambil mengiba kepadanya.

Dan burung lain yang sering kali mencari makan dan berteduh diatas pohon itu meminta bapak tani untuk tidak menebang pohon rambutan tersebut.

Namun bapak tani sudah bulat dengan tujuannya, kapak yang ada ditangan kanan telah berayun menghantam pohon rambutan "duak! duak! duak!" tiga hantaman menggoyangkan pohon rambutan yang dihantam kapak tajamnya, sesuatu terciprat jatuh tepat mengenai tangan kanannya yang sedang memegang kapak.

"Cuih! cuih ! tahi burung, kurang ajar sekali," sang bapak petani jijik melihat apa yang menempel di tangannya lengket sekali benda tersebut.

Namun ketika hidungnya dengan penasaran mencium bau benda yang lengket yang menempel ditangan tersebut tidak ada bau tahi yang tercium seperti ada bau harum madu yang tercium hidungnya.

Dan lagi-lagi ada sesuatu yang jatuh, sekarang malah tepat mengenai kepalanya, namun sekarang seperti tetesan hujan namun ketika tangan memegang tetap saja benda tersebut lengket, "apakah ini?" reflek tangannya yang lengket tersebut dijilat lidahnya, ternyata manis sekali benda lengket tersebut, "madu!" mulutnya berseru.

Sang bapak petani berlari balik ke rumahnya membawa wadah untuk menampung madu yang terdapat didalam celah lubang pohon rambutannya.

Niat untuk menebang pun sudah tidak ada lagi dan mulai saat itu sang bapak petani merawat pohon rambutan tersebut dengan sangat rajinnya.

Semua burung yang melihat kejadian itu menjadi sangat senang bapak petani tidak jadi menebang pohon yang menjadi tempat tinggalnya.

Nyanyian pun dimulai saat itu semua burung bersuka ria, "tralala! trilili! cuit-cuit! Cuit-ciut! ciut-ciutt!

Sering kali orang atau seseorang lupa bahwa diatas kepentingan sendiri atau pribadinya masih ada kepentingan orang lain. Sehingga orang itu selalu mementingkan kebutuhannya sendiri atau kepentingan pribadinya. Sekian.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Interview Kerja, 15 Tips Melakukannya
Cerita Horor Bulgaria - Bayangan di Waktu Natal
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...