Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Wednesday, September 18, 2019

Putra yang Tidak Taat - Dongeng Amerika Selatan

courtesy of rosediana.net
Dongeng Anak Dunia - Ada seorang anak lelaki yang memiliki sifat kasar dan tidak mau menuruti ibunya. Anak lelaki itu akan berjalan-jalan dan tidak akan kembali sampai larut malam, sekitar jam sepuluh atau sebelas malam. Pada jam sepuluh malam ibunya masih menunggu dan mengkhawatirkannya.

"Apa yang kamu lakukan, Nak?" ibunya bertanya. "Ibu mau tidur karena sudah larut malam dan aku masih menunggumu. Kamu tidak memperhatikan apa pun yang Ibu katakan. Ibu akan mengirimmu ke ayah baptismu jika kamu masih saja tidak mendengarkan perkataan Ibu". Kemudian sang Ibu dari anak laki-laki itu pergi untuk menemui pendeta pendampingnya.

"Compadre (Ayah Baptis), apa yang bisa dilakukan untuk putra baptismu? Dia benar-benar nakal dan tidak menaatiku. Anda adalah seorang imam dan Anda dapat menasihati dan mendisiplinkan putra baptis Anda ini; Aku sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk merubah sifatnya. Ini anak baptismu yang nakal Compadre. Biarkan dia tinggal di sini bersamamu untuk melihat apakah dia akan belajar berperilaku dengan baik. "

"Baiklah, kawan, suruh dia datang ke sini. Kenapa dia tidak melakukan apa yang kukatakan padanya? Aku memang seorang pendeta. Aku akan mengajari anak baptisku untuk bekerja. Jangan khawatir, kawan, anak baptisku akan patuh terhadap perintahku."

Wanita itu berkata kepada putranya: "Nak, pergilah dengan Ayah baptismu. Dia akan mengajarimu berperilaku dengan baik karena kamu tidak pernah mematuhiku, pergi dan bekerjalah di sana."

"Baiklah ibu, aku akan pergi ke rumah ayah baptisku. Karena aku tidak ada gunanya bagimu, aku akan pergi dan bekerja dengan ayah baptisku."

"Aku datang, ayah baptis. Apa yang bisa kulakukan untukmu? 'Tetaplah bersama ayah baptismu,' kata ibuku. Itulah sebabnya aku datang ke sini untukmu. Ibuku yang menyuruh aku untuk pergi ke ayah baptisku,"

"Baiklah, anak baptisku," kata pendeta itu kepadanya, "Kau akan bekerja untukku."

"Baiklah, ayah baptis, aku akan bekerja. Aku akan melakukan apa pun yang kamu perintahkan kepadaku; semua yang kamu katakan padaku, akan kulakukan, ayah baptis."

"Baiklah. Sekarang aku akan memberitahumu sesuatu," kata sang pendeta. "Anak baptis, besok sekitar jam 3 pagi kamu akan menyapu. Aku tidak akan membangunkanmu, aku hanya memberitahumu sekarang."

"Baiklah," kata anak itu. Saat fajar dia pergi dan menyapu. Setelah selesai menyapu, dia pergi untuk memberi tahu Ayah baptisnya sang pendeta.

"Ayah baptis, aku sudah selesai menyapu semua gereja. Jadi aku ke sini untuk memberitahumu."

"Baiklah, anak baptis, aku senang kamu sudah selesai. Sekarang istirahatlah." Satu hari berlalu dan ayah baptis memberinya tugas berikutnya:

"Sekarang anak baptisku, aku akan memberitahumu apa yang harus kamu lakukan besok pagi. Kamu akan membunyikan bel pada pukul enam pagi. Aku ingin kamu bunyikan tiga kali dan ketika kamu selesai, datang dan katakan kepadaku dan aku akan pergi untuk mengucapkan Misa. "

"Baiklah," kata anak itu. Ketika hari berikutnya usai, anak itu pergi untuk membunyikan bel. Dia pergi untuk memberi tahu ayah baptisnya:

"Ayah baptis, aku membunyikan bel tiga kali. Sudah waktunya untuk bangun dan pergi mengucapkan Misa," katanya kepada ayah baptisnya.

"Baiklah," kata ayah baptis itu. Satu hari lagi berakhir dan sang pendeta berbicara sekali lagi kepada putra baptisnya:

"Sekarang aku akan memberitahumu sekali lagi apa yang harus kamu lakukan besok."

"Baiklah," kata anak itu.

"Bunyikan bel itu lagi jam tiga pagi."

"Baiklah," kata anak itu. Anak itu bangun dan teringat untuk membunyikan bel. Dia pergi untuk membunyikan bel di menara tempat lonceng bergantung, tetapi sang pendeta yaitu ayah baptisnya, telah memberikan anak itu ujian. Dia telah meninggalkan kerangka di menara tempat lonceng bergantung. Anak itu tiba di sana pada pukul tiga pagi dan menemukan kerangka berdiri di depannya. Dia berkata kepada kerangka:

"Pergilah dari hadapanku! Aku datang untuk membunyikan bel. Jangan menghalangi jalanku. Pergi dari hadapanku, karena ayah baptisku mengirimku untuk membunyikan bel. Pergi dari hadapanku atau aku akan membunuhmu!" Kerangka itu tetap tidak menyingkir dari hadapan anak itu, dia tidak bergerak dan tidak menjawab. "Jawab, atau kamu ingin aku membunuhmu?" anak itu bertanya pada kerangka itu. "Jika untuk ketiga kalinya kamu tidak menjawabku, aku akan menghancurkanmu berkeping-keping. Apakah itu yang kamu inginkan. Aku akan melemparmu jauh-jauh dari sini. " Dan anak itu mendorong kerangka tersebut keluar dari menara tempat lonceng bergantung. Ketika dia telah menghancurkan kerangka itu, dia membunyikan bel dan turun dari menara tempat lonceng bergantung. Dia pergi ke kamar ayah baptisnya dan mengetuk pintu untuk membangunkannya. Ayah baptis itu bangun dan menjawab:

"Apa itu?" tanya sang pendeta kepada anak itu.

"Bangun ayah baptis, aku sudah membunyikan bel," kata anak itu kepada sang pendeta. Mendengar hal tersebut, sang pendeta terkejut.

"Oh, apakah kamu membunyikan bel itu?" tanya sang pendeta itu.

"Ya, aku membunyikan bel itu, ayah baptisku," kata anak itu.

"Apakah kamu tidak melihat sesuatu di menara tempat lonceng bergantung?" tanya sang pendeta itu.

"Ya, ayah baptis," jawab anak itu, "Aku melihat sesuatu di menara tempat lonceng itu bergantung."

"Apa yang kamu lihat?" tanya sang pendeta kepada anak itu.

"Aku melihat seseorang menghalangi jalanku yang tidak mau membiarkan aku membunyikan bel," jawab anak itu.

"Oh, jadi apa yang kamu lakukan?" tanya sang pendeta itu. "Apakah kamu tidak takut padanya?

"Tidak, ayah baptisku."

"Jadi apa yang kamu lakukan?"

"Aku mendorongnya dan dia jatuh lalu pecah berkeping-keping di lantai."
Selesai.

Source: click disini
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...