Courtesy of www.kurakuraku.com |
Tersebutlah disisi lain kehidupan sang elang yang sebagian waktunya dipergunakan untuk terbang, namun pada suatu hari sang elang dan sang kura-kura berjumpa saat mereka berdua sama-sama mengambil air minum di sungai besar yang membelah hutan belantara.
Pertemuan yang secara kebetulan tersebut menjadikan mereka dua menjadi sahabat yang sangat akrab sekali sang elang selalu mampir di rumah sang kura-kura, mereka ngobrol sambil memakan makanan yang disajikan keluarga tuan rumah.
Keramah-tamahan keluarga kura-kura yang selalu menyambut siapa saja tamu yang berkunjung ke rumahnya termasuk sang elang, dengan senang hati keluarga ini menyediakan makanan yang royal dan terkanal dengan lezatnya makanan yang mereka masak.
Makanan gratis yang selalu dinikmati sang elang manakala berkunjung ke rumah keluarga kura-kura menjadi tertawaan dalam hatinya.
Sang elang sangat picik dalam bergaul dia hanya beranggapan kawannya yang bodoh ini, makan makanan yang aku nikmati hampir setiap kali aku mampir kerumahnya.
"Sementara keluarga sang kura-kura yang bodoh tidak mungkin menikmati makanan keluargaku yang tempatnya sangat jauh tinggalnya diatas puncak gunung nun jauh disana," bisiknya sambil tersenyum-senyum picik.
Sang elang yang sering sekali berkunjung ke rumah keluarga kura-kura dengan maksud ingin makan dan menghabiskan makanan keluarga kura-kura yang selalu disajikan, membuat sebagian penghuni hutan merasa curiga.
Penduduk hutan rimba belantara menjadi tidak suka atas sikap semena-mena sang elang terhadap keluarga yang selalu ramah dan baik hati seperti keluarga sang kura-kura.
Dan selalu mengatakan keluarga sang kura-kura yang bodoh dan selalu dapat dibodohi dengan sikap pura-puranya sebagai sahabat karib yang setia, "aku hanya memanfaatkan kebodohan sang kura-kura," kata sang elang sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Namun kata-kata tersebut dapat didengar secara kebetulan oleh sang kodok yang sedang melintas dan bersembunyi disemak belukar, tentu saja sang kodok menjadi sangat kasihan tehadap keluarga yang ramah sang kura-kura sebagai tetangga penghuni hutan.
Lalu hari berikutnya tatkala dia berjumpa dengan bapak kura-kura yang sedang minum air di tepi sungai, sang kodok mau memberi kabar tetangga yang baik hati dan ramah tentang siapa sang elang sebenarnya.
"Bapak kura-kura yang baik hati!" serunya. "Berilah makanan yang lezat satu mangkok kacang polong, maka aku akan membalas dengan kata-kata yang bijak untuk kebaikkan keluargamu," katanya kemudian.
"Baiklah aku akan memberikan apa yang engkau minta sang kodok," balas bapak kura-kura dengan senang hati.
"Kapan engkau akan berkunjung ke rumahku?" tanyanya kemudian.
"Nanti sore aku pasti berkunjung ke rumahmu, bapak kura-kura," sang kodok membalas ucapan sang Bapak kura-kura.
Sore hari sesuai yang dijanjikan, sang kodok telah berada di rumah sang kura-kura sambil mengusap-usap perutnya yang telah terisi satu mangkok kacang polong yang sangat lezat untuk dinikmati sambil melihat ceria langit sore.
"Sahabat baikmu sang elang adalah sahabat yang tidak tahu berterima kasih kepadamu, aku mendengar sendiri kata-kata yang terucap ketika dia habis berkunjung ke rumahmu," katanya.
"Apa yang dia ucapakan, wahai sahabatku sang kodok?" sang bapak kura-kura bertanya.
Begini katanya, "betapa bodohnya keluarga kura-kura, aku dapat makan dengan gratis di rumahnya namun mereka tidak mungkin makan di rumahku, karena mereka tidak akan sanggup sampai di rumahku di atas puncak gunung nun jauh di sana."
"Dan sang elang pun telah berencana untuk datang kembali dengan membawa keranjang kosong dan akan memintamu untuk mengisi penuh keranjang tersebut dengan makanan yang terdapat di rumah keluargamu."
Setelah berkata demikian sang kodok pun berpamitan berlalu dari rumah bapak kura-kura dan berkumpul kembali bersama teman-temannya di sebuah kolam yang airnya sangat jernih di dalam hutan rimba belantara ini untuk bersenandung bersama.
Benar saja tidak selang beberapa hari sang elang telah datang dengan satu keranjang kosong yang di bawanya ketika berkunjung ke rumahnya.
Sang Bapak kura-kura menyambut kedatangan tamunya dengan senyum yang tersungging girang, hatinya tetap saja bersih tidak terhasut omongan sang kodok yang belum tentu kebenarannya.
"Begini sahabatku, sengaja aku datang jauh-jauh dengan membawa keranjang ini karena istriku sedang mempersiapkan makanan untuk anak dan istrimu, dia mau bertukar makanan dengan makanan keluargamu,"
"Makanya istriku tidak bisa ikut sekarang kerumahmu, dia sedang sibuk masak di puncak gunung sana di rumah sarangku," kata sang elang dengan tersenyum.
"Untuk itu tolong isi keranjang ini dengan makanan yang tersedia di sini, aku ada urusan dulu sebentar," katanya lalu terbang meninggalkan rumah sang kura-kura.
Sang kura-kura pun menyuruh sang istri untuk mengisi penuh keranjang yang di bawa sang elang dan sebelumnya dia telah masuk duluan lalu badannya di tutup sayuran dan makanan lainnya sesuai permintaan sang sahabat elang.
Tak selang beberapa lama sang elang telah datang kembali ke rumah sang kura-kura lalu bertanya, "Ibu kura-kura dimanakah suamimu sekarang?" tanyanya ketika di rumah tidak dijumpai sang kura-kura sahabatnya.
Istri sang kura-kura menjawab, "biasa dia sedang mencari sayuran di dalam hutan."
Setelah mendengar jawaban tersebut sang elang pun pamit dan cepat terbang kembali menuju rumah sarangnya di atas puncak gunung yang sangat tinggi, hatinya sangat senang sekali telah membodohi kembali sahabatnya.
"Dasar kura-kura yang bodoh, dia tidak tahu aku telah menipunya dan membohonginya, ha! ha! hahaha!" tawanya sangat senang sekali kala itu.
Perkataan sang elang sahabatnya kini jelas terdengar ditelinganya, betapa selama ini dia telah di bodohi sang elang sahabatnya yang berhati sangat jahat sekali.
Tidak lama kemudian sang elang yang membawa keranjang berisi makanan telah sampai di sarang rumahnya dengan segera dia pun menyantap makanan lezat tersebut.
Habislah sudah makanan yang begitu banyak dalam sekejap, hingga tidak tersisa sedikit pun, betapa rakusnya cara makan sang elang yang picik ini.
"Perutku telah terisi penuh dan aku akan tertidur dengan nyaman sekali hari ini," bisiknya sambil mengusap-usap perutnya.
Namun betapa terkejutnya saat itu sang elang tatkala sang kura-kura keluar dari dalam keranjang makanan yang telah kosong dari makanan yang dibawanya dari rumah sang kura-kura.
"Oh alangkah bagusnya rumahmu sang elang, engkau yang hampir tiap hari datang ke rumahku namun aku yang bodoh ini belum sekali pun datang ke rumahmu dan kini aku sekarang telah berada di rumah sarangmu, tolonglah aku disajikan makanan yang lezat buatan istrimu," sang kura-kura bertutur kata.
Sang elang sangat marah dengan kata-kata yang menyindir dirinya, dia pun sangat marah lalu paruhnya yang sangat tajam mematuk sang kura-kura, tetapi dia tidak bisa membuatnya luka, kulit kura-kura begitu kuat dan keras.
"Persahabatan antara kita kini telah berakhir sang elang dan jangan pernah lagi engkau datang berkunjung ke rumahku, sebab persahabat yang engkau tawarkan diwarnai dengan kelicikkan yang nyata untuk membodohi aku," kata sang kura-kura dengan kata-kata yang sangat tegas sekali.
"Antarkan aku sekarang ke rumahku dan engkau boleh meninggalkanku untuk selamanya," berkata kembali sang kura-kura lugu yang baik hati dengan penuh penyesalan.
"Baiklah aku pun dengan senang hati akan mengantar engkau pulang dari rumah sarangku," katanya, namun hatinya sudah timbul niat jahat lagi yang sangat keji sekali.
"Aku akan membawamu terbang tinggi dan ketika sudah begitu tinggi maka aku akan menjatuhkannya dan aku akan memakan sisa-sisa tubuhnya," bisiknya dalam hatinya yang sangat jahat.
Dengan satu kali kepakan sayapnya, sang elang telah terbang sangat tinggi sekali membawa sang kura-kura yang memegang kakinya, lalu dia pun menukik dan menggoyang-goyangkan tubuhnya berharap sang kura-kura terlepas dari kakinya.
Namun cara memegang sang kura-kura pada kakinya sangat kuat sekali sehingga dia tidak akan terlepas dari kaki sang elang walaupun digoyang-goyangkan oleh sang elang.
"Lepaskanlah kakiku, hai sang kura-kura!" seru sang elang dengan teriakkan kerasnya.
"Baiklah! aku pun ingin sekali lepas dari kakimu asalkan telah sampai di depan rumahku," sang kura-kura menjawabnya.
Akhirnya sampai sudah di depan rumah sang kura-kura, dengan segera sang elang berangkat dari rumah tersebut, rasanya malu sekali perasaan hatinya kala itu.
Sahabat sejati adalah sahabat yang selalu berbagi dalam suka maupun duka dan tidak akan pernah tertawa atas tindakkan bodoh sahabatnya atau kesalahan sang sahabat, sebaliknya akan memberikan nasihat yang baik dan berguna bagi sang sahabat tercinta supaya tidak berbuat kebodohan dan kesalahan kembali. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Persiapan Mudik dan Mudik Bersama Balita
- Cerita Hantu di Toko Roti - Brasil
0 comments:
Post a Comment