Courtesy of www.budakpening.com |
Tersebutlah seorang bocah lelaki yang sangat terkenal dengan keberaniannya serta sangat rajin membantu pekerjaan orang tuanya dan selalu mencari kayu bakar di dalam hutan.
Anak lelaki ini bernama Hang Tuah, dia pun berteman dengan empat orang kawannya yang sama-sama anak para pemberani semua.
Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu dan Hang Kesturi, semua temannya itu pun selalu membantu kedua orang tua mereka masing-masing yang termasuk anak-anak yang sangat rajin.
Kelima bocah lelaki ini mempunyai cita-cita yang sama untuk menjadi pelaut yang ulung serta dapat membawa kapal besar dan berlayar di lautan lepas, mereka ingin menjadi pelayar handal yang dapat menaklukan lautan bebas.
Dan mereka selalu bersama-sama menjadi teman yang saling percaya, dan ketika usia mereka menginjak remaja mereka berlima berlayar di lautan, tidak terasa mereka kini sudah berada di tengah lautan bebas.
"Hai teman-teman lihatlah ada tiga kapal mendekat kemari!" Hang Tuah berseru kepada kawan-kawannya sambil tangannya menunjuk ketengah lautan.
Namun semua temannya tidak bisa melihat apa yang ditunjukkan sang kawan Hang Tuah, mereka hanya melihat arah yang ditunjuk tersebut dengan mata seolah-olah dipelototkan.
Dan tidak selang beberapa lama barulah mereka dengan jelas melihat benar apa yang dikatakan sang kawannya Hang Tuah, tiga kapal layar mendakat ke arah perahu layar mereka.
"Hai kawan lihatlah perahu itu dengan seksama dan lihat pula bendera kapal mereka, sepertinya kapal dari para perompak atau bajak laut!" seru Hang Tuah.
"Baiklah kalau memang itu kapal perompak, kita lawan saja sampai titik darah penghabisan," teriak Hang Kesturi dengan beraninya menantang kawan-kawan untuk melawan kapal perompak.
"Baiklah kita lawan saja mereka!" seru kelima teman-temannya hampir serentak bareng menjawab.
"Kita putar haluan cari daratan, kita akan menghajar perompak di daratan, sebab di daratan kita akan lebih leluasa lagi," bekata lagi Hang Tuah kepada kawan-kawannya mangatur setrategi bertempur.
Perahu mereka pun putar haluan mencari daratan terdekat, di sebuah pulau yang tidak berpenghuni mereka mendaratkan kapal layarnya dan mereka berlima pun turun dari kapal, lalu menunggu datangnya perompak yang mengejar mereka.
Tak terelakkan lagi pertempuran pun berlangsung dengan sangat sengitnya, Hang Tuah dipercayakan teman-temannya untuk membantai kepala perompak yang berwajah sangat bengis seram sekali dan berbadan sangat tinggi besar.
Keris pusaka dari sang pemuda Hang Tuah pun telah terhunus dicabut dari sarangnya tanda pertempuran harus segara dilakukan dengan segala kelincahan dan kemampuan berkelahinya.
"Bocah ingusan! beraninya kalian melawanku yang sudah malang melintang di lautan bebas ini," katanya dengan suara membahana menambah seramnya penampilan sang kepala perampok.
"Menyerahlah kalian semua," katanya lagi.
Hang Tuah segera menghadapinya dengan keris pusaka terhunus di depan kepala perompak, tentu saja sang kepala perompak makin sombong saja lantas berkata.
"Engkau menantangku dengan pisau dapur kecilmu yang tumpul sedemikian rupa, ha ha! ha ha! ha ha!" dia pun tertawa diiringi gelak tawa teman-teman perompak yang tidak memandang sebelah mata terhadap kelima anak muda tersebut.
Hang Tuah dengan dengan marahnya dianggap enteng kapala perompak pun meloncat dan menerjang dengan cepat sekali yang tidak disangka oleh sang kepala perompak.
Keris Pusakanya telah menyelesaikan tugasnya dengan cepat sekali, sang kepala perompak tewas seketika dengan luka didadanya tertikam keris pusaka tembus sampai mengenai jantungnya.
Perlawanan yang dilakukan para perompak menjadi tidak berarti sama sekali setelah mengetahui ketua mereka telah tewas seketika hanya dengan satu kali loncatan, mereka kini semua menjadi ketakutan dibuatnya.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Hang Tuah berserta kawan-kawannya, mereka dengan cepat memukul mundur semua kawanan perompak hampir semuanya pada lari tunggang langgang.
Namun ada lima orang yang dapat tertangkap saat itu, dan kelimanya dijadikan tawanan lalu dibawa pulang dan akan diserahkan nanti kepada sang Sultan, sebagai Raja di negeri yang mereka cintai.
Perompak yang berhasil melarikan diri hanya memakai satu kapal layar saja, dengan demikian dua kapal yang lainnya menjadi milik Hang Tuah dan berserta kawan-kawannya.
Meraka kini membawa tiga kapal layar masing-masing dua dari hasil hampasan kapal layar perompak yang dikalahkan dan ditinggal lari oleh lima anak buah perompak sebagai tawanan.
Sampailah Hang Tuah dan kawan-kawan di Negeri Bintan, lalu meraka menghadap sang Sultan Raja Negeri. Atas keberaniannya, Sultan pun memberikan gelar pangkat Laskar Kerajaan mereka berlima bergabung dengan armada tempur laut Kerajaan.
Dan beberapa tahun berlalu kemudian sang Raja pun memberikan gelar pangkat kepada Hang Tuah menjadi pimpinan anggota armada angkatan laut yang sangat disegani karena keberaniannya.
Maka Negeri Bintan pun menjadi negeri yang kokoh dalam angkatan pertahanan lautnya dan menjadi Negeri yang makmur disemenanjung Melayu.
Beberapa tahun kemudian Hang Tuah yang perkasa mendapat perintah pengawalan sang Sultan Raja Bintan ke Pulau Jawa demi melamar Putri Raja dari Kerajaan Majapahit.
Dengan segenap persiapan Hang Tuah dengan pasukan Armada Laut yang tangguh telah siap berangkat menuju Kerajaan Majapahit, diperjalanan rombongan tidak menghadapi kendala yang berarti sama sekali.
Dan digelarlah pesta pernikahan yang sangatlah meriah kala itu, sang Sultan sangat bahagia sekali mempersunting istri cantik dari putri Raja Majapahit yang sangat terkenal, lalu putri yang telah resmi menjadi istri Sultan pun diboyong kembali ke Negeri Bintan.
Dan setelah semua tugas selesai, sang Raja memberi anugerah pangkat yang sangat luar biasa kepada Hang Tuah, kini dia menjadi Laksamana pimpinan khusus seluruh armada Kerajaan Bintan.
Namun semua tidak berjalan dengan lancar saat kedudukkan tinggi yang sedang dipikulnya banyak fitnah yang timbul, sang Raja mendapatkan hasutan dari perwira lain yang sangat iri hati terhadap Hang Tuah.
Hang Tuah difitnah telah menghamburkan uang Kerajaan Negeri Bintan hanya untuk berfoya-foya saja dan tidak ada rasa tanggung sebagai Laksamana tertinggi Negeri.
Raja pun memanggil Laksamana tertinggi Hang Tuah dan Hang Jebat, kedua laksamana tertinggi dan laksamana Hang Jebat diberhentikan dari jabatan yang disandangnya dan yang lebih parah lagi kedua sahabat ini pun di adu dombakan oleh perwira-perwira tinggi yang iri terhadap kedua laksamana ini.
Walaupun secara pribadi Hang Tuah telah menyadarkan sahabatnya jangan terpancing emosi namun perkelahian tidak dapat dihindari, Hang Jebat pun tewas dalam perkelahian melawan Hang Tuah yang perkasa.
Penyesalan kemudian tidaklah berarti lagi bagi Hang Tuah yang telah menewaskan sang sahabat setia semenjak dari kecil, namun disisi lain Raja menganggap Hang Tuah pahlawan karena berhasil membunuh pemberontak Negeri Bintan.
Dan Pangkat laksamana pun kini telah dipegang kembali Hang Tuah dan kembali memimpin Armada laut yang berjaya di Kerajaan Bintan.
Tugas ke luar Negeri pun segera ditanganinya dengan penuh tanggung jawab dan penuh keberanian seperti kini dia sedang mengemban tugas di Negeri India untuk tugas persahabatan antara Negeri.
Hang Tuah yang sakti mendapatkan ujian dari Raja India untuk menaklukan seekor kuda liar yang sangat galak sekali, namun dengan ketenangan yang luar biasa, sang kuda jantan tersbut dapat ditaklukan, sang kuda jantan dengan segera menjadi jinak tidak melawan dan tenang.
Tentu saja Raja India pun menjadi sangat senang melihat betapa saktinya laksamana tertinggi Negeri Bintan yang terkenal tersebut.
Tugas selanjutnya kini sedang diemban untuk sebuah persahabatan dengan Negeri China, Kaisar agung yang bernama Khan adalah Kaisar yang tidak boleh dipandang langsung wajah atau mukanya.
Dan dalam jamuan makan Laksamana meminta makanan yang lezat dari sayuran kangkung yang menjadi makanan kesukaannya, dan pas sedang makan sayuran dia pun mendongakkan kepalanya sambil melihat wajah sang Kaisar.
Tentu saja hal ini membuat sang Kaisar menjadi marah besar, para perwira-perwira pengawal Kaisar hendak menangkap Hang Tuah, namun Kaisar Khan memberi isyarat untuk tidak bertindak gegabah.
Dalam masalah ini, dia pun merasa kagum atas kecerdikkan yang telah dilakukan Hang Tuah Laksamana tertinggi Negeri Bintan.
Menyusul tugas-tugas kenegaraan yang lainnya Laksaman Hang Tuah selalu berhasil melaksanakan dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab yang besar.
Sampai suatu hari yang telah ditentukan, Hang Tuah diberi tugas untuk membela tanah air tercinta dari serangan musuh yang sangat kuat pasukan Armada dari Barat yang dipimpin seorang Admiral perang yang sudah berpengalaman hebat bernama D Almeida dengan pasukan-pasukan yang sangat kuat sekali.
Pertempuran pun tidak dapat terelakkan, pasukan Armada Hang Tuah telah bertempur dengan segala kemampuan bertempur yang sangat hebat sekali, pertemuan berlangsung sangat sengit sekali.
Namun takdir telah diatur Sang Maha Pencipta Alam Semesta, Hang Tuah telah gugur dalam pertempuran melawan pasukan dari Barat, nyawa menjadi taruhan demi membela dan mempertahankan tanah air tercinta.
Satu pembela kebenaran telah gugur di medan perang dengan segala keberanian yang dimilikinya, kini dia telah menjadi satu pahlawan bagi bangsa di Negeri Bintan semenanjung Melayu dan Negeri Kerajaan Majapahit Pulau Jawa Indonesia.
Hang Tuah telah pergi meninggalkan segala kenangan kepahlawanan yang sangat dikagumi, jiwa kesatriaan yang patut dijadikan panutan bagi siapa saja demi menegakkan keadilan yang nyata. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Cover Letter, Apakah Penting?
- Cerita Misteri - Kisah Nyata Pembunuh Zodiak
0 comments:
Post a Comment