Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Thursday, April 28, 2016

Sang Panglima To Dilating - Dongeng Indonesia

Courtesy of www.scoop.it
dongeng anak dunia - Kerajaan Balanipa adalah Kerajaan yang terletak di suatu bukit yang bernama bukit Napo daerah Tammajarra Pulowali Mandar, dipimpin seorang Raja yang sudah berkuasa penuh selama kurang lebih dari tiga puluh tahun lamanya.

Ambisinya sang Raja ingin berkuasa seumur hidup, sang baginda memiliki empat orang anak namun dua anak lelakinya telah dibunuh karena dia tidak ingin sang anak lelaki tersebut menjadi penggantinya.

Sang permaisuri hanya bisa menangis, tidak bisa berbuat apa-apa tatkala sang suami membunuh dua anak bayi lelakinya saat lahir ke dunia.

Dua anak lelaki darah dagingnya telah menjadi korban dari ambisi sang Ayah, betapa sedihnya hati sang Ibu.

Namun dia sendiri merasa ketakutan akan tindakkan sang suami, apabila tidak dituruti kehendaknya dia akan berbuat semena-mena terhadap siapa pun tidak terkecuali terhadap dirinya sebagai permaisurinya.

Seperti yang sedang dialaminya sekarang, sang permaisuri sedang mengandung lagi, hatinya selalu gundah gulana takut bayi yang ada dalam rahim kandungannya seorang bayi lelaki kembali.

Betapa sakitnya hati ini melihat buah hati yang telah diurus selama sembilan bulan dalam kandungan ada yang membunuhnya dan yang lebih sakit lagi hatinya sang pembunuh tersebut adalah sang suaminya sendiri yang berhati sangat kejam sekali.

"Baiklah panglimaku, Puang Mosso! engkau kuperintahkan menjaga permaisuriku sekiranya dia melahirkan bayi lelaki maka tugasmulah membunuhnya," beginda Raja Balanipa bertitah.

"Dengan senang hati Paduka, hamba akan menuruti kehendak Raja," menjawab Puang Mosso dengan penuh hormat.

Raja pun berserta rombongan berangkat untuk berburu dalam waktu yang cukup lama, kebiasaan sang Raja yang senang berburu sampai berbulan-bulan lamanya dan tambuk pemerintahan kerajaan untuk sementara dipegang Panglima Puang Mosso.

Berselang beberapa minggu kemudian permaisuri melahirkan seorang bayi dan ternyata bayi tersebut seorang anak bayi lelaki yang berwajah sangat tampan namun lidahnya berwarna hitam serta tumbuh bulu, Penglima Puang Mosso bukan orang jahat yang bakal kejam membunuh seorang anak bayi, hatinya sangat tidak tega.

Akhirnya dia pun mendapatkan akal untuk segera membawa bayi tersebut jauh dari istana dan dititipkan pada satu keluarga yang terletak jauh disuatu kampung halaman pelosok negeri Balanipa.

Selanjutnya sang Panglima menyembelih seekor kambing dan menguburkan dekat makam dua anak Raja terdahulu, lalu dibuatkan sebuah nisan dengan demikian sang Raja pasti akan mengira bahwa makam tersebut berisi mayat anak bayi lelakinya yang baru lahir.

Beberapa minggu kemudian sang Raja telah kembali dari berburu, segerahlah Puang Mosso menghadap, "apakah yang terjadi dengan Kerajaan, Panglima?" tanya Raja.

"Semua berjalan dengan semestinya, Baginda Raja," menjawab sang Panglima dengan tegas.

"Dan permaisuri telah melahirkan seorang anak bayi lelaki dan telah hamba bunuh serta menguburkan dekat makam anak-anak Baginda yang terdahulu," jawabnya kemudian dengan hati sedikit bergetar namun kata-katanya dibuat sedemikian mantap.

Hati sang Raja belum yakin benar kalau belum melihat dengan kepala sendiri apa yang diucapkan Panglima tersebut walaupun dia adalah Panglima kepercayaan yang telah mengabdi lama sekali di Kerajaan yang dipimpinnya.

Sampailah Raja memeriksa tempat kuburan anak bayinya dan benar saja ada nampak kuburan kecil baru, kini hatinya mulai yakin bahwa tugas sang Panglima benar-benar telah dilaksakan dengan sangat baik, hatinya pun merasa sangat puas sekali.

Kini dia pun kembali duduk di singahsana mengatur kembali pemerintahan Kerajaan setelah beberapa bulan yang lalu dia tinggal, sebagai Raja yang sangat berkuasaa dan akan bertindak kejam kepada siapa pun yang berani melanggar perintahnya.  

Pertukaran waktu sangatlah cepat berlalu, kini sang anak Raja telah tumbuh besar dan memiliki wajah yang sangat tampan serta badan yang terlihat sangar dan kekar, Panglima Puang Wosso sangatlah sayang kepadanya dia pun sangatlah dekat atau akrab sekali.

Hampir setiap saat bila ada waktu memungkinkan Panglima akan menumui sang anak Raja, banyak sudah cerita yang didengar sang anak tentang asal-usulnya mengapa sampai ada di kampung halaman sang Panglima dan megapa sang Raja Ayahnya tega menyuruh Panglima untuk membunuh anak lelakinya sendiri.

Dan untuk menjaga hal tidak dimungkinkan, sang Panglima pun akhirnya menitipkan kembali sang anak Raja kepada seorang saudagar yang akan berlayar menuju pulau yang sangat jauh pulau Salerno namanya.

Kini sang anak Raja tinggal di pulau Salerno bersama saudagar, dia sangat rajin membantu sehingga sang saudagar sangat sayang kepadanya, cerdas serta gagah sudah menjadi bawaannya dia pun sangat pandai memanjat pohon kelapa yang banyak terdapat di pulau tersebut.

Sampai pada suatu hari tatkala dia sedang memanjat pohon kelapa tiba-tiba saja tubuhnya disambar seekor burung rajawali raksasa melesat terus membawa terbang sangat jauh dari tempat tersebut.

Barulah cengkeraman sang burung raksasa kendor ketika sudah sampai di daerah Gowa dan jatuhlah di daerah persawahan, seorang petani yang kebetulan ada di tempat tersebut menemukannya, bapak petani ini sangatlah kaget melihat sesosok pemuda tampan yang tergolek disawah garapannya.

Dengan segera dia pun melaporkan kejadian itu kepada sang Raja Gowa yang bernama Tumaparissi Kalonna, "Bawalah anak tersebut kehadapanku," titahnya.

Dan ketika diperhatikan "sang anak yang tampan tersebut memiliki postur tubuh yang sangat bagus kalau dilatih akan menjadi anak yang tangguh dan akan menjadi panglima yang gagah perkasa" pikir sang Raja dalam hatinya.

Maka sejak saat itu anak Raja Balanipa tingggal di Kerajaan Gowa dan dilatih perang dan dalam setahun saja sang anak telah menjadi Panglima yang telah beberapa kali ikut bertempur melawan kerajaan mana pun yang menjadi musuh Kerajaan Gowa, satu gelar besar langsung dianugerahkan sang Raja Gowa yaitu Panglima Perang I Manyambungi.

Sisi gelap Kerajaan Balanipa sedang melanda ketika Raja terdahulu telah meninggal dunia kini Kerajaan tersebut dipimpin seorang Raja yang sengat kejam dan rakyatnya sungguh hidup dalam kemiskinan.

Tidak seperti dulu walaupun mempunyai Raja jahat namun rakyat selalu hidup dalam kemakmuran dan sejahtera tatkala dipimpin Raja dari orang tuanya Panglima I Manyambungi.

Lantas kemanakah Raja terdahulu?, ternyata telah meninggal dunia dan penggantinya bernama Raja Lego yang kejam dan sangatlah bengis, rakyat dipaksa bayar upeti yang begitu mencekik leher.

Tidak sampai disitu, Kerajaan-Kerajaan kecil diluar kekuasaannya menjadi korban keserakahan seperti negeri Mossa, Samsundu serta Todang-Todang. Dengan demikian, Raja-Raja kecil bawahannya menjadi sangatlah resah akan hal tersebut.

Akhirnya seluruh Raja-Raja kecil memutuskan untuk mangadakan muysawarah mencari jalan keluar menyangkut hal yang sangat genting mengenai masalah tersebut.

Musyawarah memutuskan untuk meminta bantuan dari negeri Kerajaan Gowa yang terkenal dengan Panglima perangnya yang gagah perkasa I Manyambungi yang sudah termasyur sampai ke Kerajaan-Kerajaan kecil.

Maka beberapoa orang utusan pun telah dipersiapkan untuk berlayar ke negeri Kerajaan Gowa, "Dengan segala hormat kami semua adalah utusan yang sengaja datang dari daerah Polewali Mandar, kami semua utusan Kerajaan-Kerajaan kecil yang meminta bantuan panglima atas kekejaman Raja Lego yang sangat kejam dan tamak," seorang utusan mewakili semua temannya.

"Baikalah, namun aku tidak tahu siapa Raja Lego yang kalian maksud?" Panglima I Manyambungi bertanya.

"Raja baru yang manggantikan Raja terduhulu dari Kerajaan Balanipa, sang Raja akan bertindak semena-mena terhadap siapa pun juga serta sekarang rakyat dalam keadaan miskin tidak seperti Raja terdahulu walaupun sama-sama kejamnya namun rakyat hidup cukup makmur dan sejahtera," utusan yang lainnya menerangkan kepada Panglima.

Jawaban tersebut membuat kaget sang Panglima kala itu, Raja Balanipa terdahulu adalah Ayahandanya dan bagaimana nasib Ibunda serta kedua kakak perempuannya, "Apakah keluarga Raja yang lain masih hidup juga Panglima Puang Mosso?" tanyanya dengan nada yang sewot karena khawatir.

Lalu sang Panglima bercerita siapakah dirinya sebenarnya, asal-usulnya, juga mengenai Panglima Puang Mosso yang telah menyelamtkan hidupnya ketika masih bayi merah yang baru lahir ke dunia ini.

Betapa kagetnya seluruh utusan tersebut serta merta mereka semua memberi hormat kepada Panglima I Manyambungi Sebagai anak Raja dari Kerajaan Balanipa terdahulu.

"Raja serta Permaisuri sudah meninggal dunia namun keluarga yang lain masih hidup, Panglima Puang Mossolah yang menyelamatkan keluarga istana,"  kata sang utusan menerangkan.

"Tentu saja saya siap membantu kalian semua sampai titik darah penghabisan, ini menyangkut Kerajaan Balanipa namun aku harus berjumpa dulu dengan Panglima Puang Mosso maka datanglah kemari dan jemputlah aku olehnya," katanya tegas.

Dalam perjalanan menuju Kerajaan Gowa, Puang Mosso hatinya selalu bertanya-tanya mengapakah Panglima perang yang terkenal gagah dan sakti ini menyuruhku untuk menjemputnya.

Kerajaan Gowa telah diambang mata, Puang Mossso kini telah berhadapan dengan Panglima yang terkenal tersebut, matanya tidak berkedip memandang sang pemuda tampan yang sangat gagah sekali dan senyuman tersunging dari bibirnya menyambut kedatangannya.

"Engkaulah Panglima Puang Mosso yang berhati sangat baik?" tanya Panglima I Manyambungi

"Tidak salah sama sekali Tuan Panglima yang terhormat" menjawab Puang Mosso, "Namun sebelumnya maaafkan atas kelancangan saya, maukah Tuan menjulurkan lidah sebentar saja untuk memastikan prasangka saya?" pinta Panglima tua Puang Mosso.

Maka terlihatlah lidah yang berwarna hitam serta ada bulu-bulu yang tumbuh dilidah tersebut, tidak salah lagi dialah anak Raja Balanipa yang terdahulu.

"Tidak salah lagi engkau adalah anak Raja Balanipa terdahulu" langsung dia memeluk sang Panglima terkenal I Manyumbungi juga membalas pelukan tersebut dengan sangat eratnya.

"Benar sekali akulah anak Raja yang telah engkau selamatkan 20 tahun yang lalu, terima kasih Tuan atas semuanya," sahut I Manyumbungi dengan sangat terharu, perjumpaan yang tidak disangka-sangka.

Waktu tengah malam telah disepakati untuk pergi meninggalkan Kerajaan Gowa menuju bukit Napo, dan semenjak saat itu I Manyumbungi terkenal dengan sebutan Panglima To Dilating.

Lalu sampailah mereka dibukit Napo yang menjadi tujuan sang panglima To Dilating, diapun mengatur setrategi perang dengan cara mengajak semua rakyat yang merasa tertindas dan sambutan rakyat begitu hebat mereka sepakat untuk melawan Raja Serakah Sang Lego.

Waktu yang telah ditentukan kini telah tiba seluruh pasukan dan rakyat yang sudah siap berkorban nyawa demi tegaknya keadilan di negeri tercinta ini.

Perintah segara dikomandankan dan serangan yang secara tiba-tiba sangatlah mengagetkan semua pasukan prajurit yang sedang asyik menikmati malam hari yang sangat dingin, kebetulan penyerbuan itu dilakukan antara jam sepuluh malam.

Rakyat dan seluruh pasukan terlatih dari panglima To Dilating merangsek masuk kedalam istana tidak memberi kesempatan pasukan dolim sang Raja Lego yang tidak sempat membalas serangan mendadak tersebut.

Pertempuran sengit tidak dapat dielakkan lagi, I Manyumbungi sang panglima To  Dilating telah berhadapan Raja dzolim sang Lego, mereka berkelahi sangat seru.

Raja Lego ternyata mempunyai ilmu berkelahi yang tinggi namun pada satu kesempatan tombak pusaka Panglima To Dilating telah menewaskan sang Raja Dzolim yang sangat kejam.

Pasukan dan rakyat dapat menakhlukan pasukan Raja Lego, Kerajaan kini telah dikuasai penuh, seluruh kemenangan gemilang telah ada ditangan sang Panglima To Dilating yang perkasa.

Panglima To Dilating dengan sendiri kini menjadi Raja Balanipa yang baru, dia memerintah dengan sangat adil, rakyat pun sangat mencintai Raja baru mereka yang gagah berani dan juga arif bijaksana.

Bukit Napo kini mempunyai pimpinan seorang Raja yang syah dan berhati mulia, sampai sekarang makam Raja yang berhati mulia ini masih terdapat dibawah sebuah pohon beringin besar di bukit Napo, Polewari Mandar Provinsi Sulawesi Barat.

Berusaha keraslah dan belajarlah dengan sungguh-sungguh pada suatu ketika akan membuahkan hasil yang sangat baik pula demi cita-cita hidupmu. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...