Courtesy of sikpas.blogspot.co.id |
Dengan dua ekor ikan tersebut dia harus sanggup menghidupi anak istrinya, betapa miskinnya kehidupan keluarga Tigran, namun apa boleh buat itu semua harus dijalanin dari pada tidak bekerja sama sekali.
Dan pada suatu hari ketika dia sedang menangkap ikan, sang Tigran melihat ikan yang terjebak dijaringnya seekor ikan kecil yang sangat lucu dan cantik warnanya.
Lalu dia pun mengambil dan memegang sang ikan yang sangat lucu itu ditangannya, hampir saja dia melemparkannya kembali karena rasa kaget yang bukan kepalang, sang ikan dapat berbicara layaknya seorang manusia.
"Jangan!, jangan engkau lemparkan aku ke dalam bak penyimpanan ikan!" serunya memohon kepada sang Tigran.
"Lemparkan saja aku ke dalam air biar aku selamat," sang ikan berkata kembali.
Tentu saja sang Tigran saat itu sangatlah bingung menghadapi kejadian yang tengah berlangsung, namun hatinya sangat iba melihat dan mendengar kata-kata yang keluar dari mulut sang ikan.
"Baiklah pulanglah engkau kepada keluargamu jangan sampai terjebak jaring lagi," kata sang lelaki Tigran.
Namun kejadian tersebut tidak lepas dari pengamatan sang bapak nelayan sehingga dia sangat marah kepada sang Tigran lalu berkata memarahinya.
"Apa yang engkau kerjakan Hai, Tigran! aku membayarmu untuk menangkap ikan bukan untuk melepaskan ikan yang telah terjebak dijaring-jaringku," Katanya membentak keras sekali.
Atas kejadian tersebut sang Tigran akhirnya dipecat, dia tidak boleh ikut bekerja lagi kepada bapak nelayan.
"Pulanglah engkau!, aku sudah tidak memerlukan tenagamu lagi," kata sang bapak nelayan tidak memberi kesempatan lagi atas kesalahan yang telah diperbuat anak buahnya.
Sang lelaki Tigran pulang kerumahnya dengan hati sedih, dia pun sangat binggung sekali setelah dipecat dari pekerjaannya membantu bapak nelayan.
Namun ditengah perjalanan ketika pikirannya menerawang jauh meratapi nasib hidupnya yang penuh dengan kesengsaraan, satu sosok bayangan monster yang menunggangi sapi menghadang ditengah jalan.
"Hai Tigran! apa yang membuat hatimu bersedih?" tanya bayangan monster tersebut dari atas punggung sapi.
"Janganlah engkau bersedih hati aku siap menolongmu, tetapi ada satu syarat yang harus engkau patuhi," kata bayangan monster yang menunggangi sapi.
"Menolongku! pertolongan macam apa yang akan kau berikan? Serta syarat apa yang harus aku patuhi?" tanya sang lelaki Tigran.
"Bawalah sapiku selama tiga tahun, engkau boleh mengambil susunya serta menjualnya, dan tenaganya dapat engkau gunakan untuk membajak ladang sehingga engkau bisa mendapatkan upah, namun nanti aku akan datang kembali dengan memberimu beberapa pertanyaan engkau harus bisa menjawabnya," kata sang bayangan monster.
"Maksudmu, pertanyaan apa?" Tanya sang lelaki Tigran.
"Pertanyaan saja, kalau engkau bisa menjawabnya engkau bebas, namun bila engkau tidak bisa menjawabnya engkau akan menjadi budakku selamanya," katanya dengan persyaratan menjebak sang Tigran.
Setelah berpikir lama serta tidak ada lagi jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan hidup anak istrinya, akhirnya sang lelaki Tigran setuju saja dengan persyaratan yang diajukan sang bayangan monster tersebut dari pada anak istrinya mati kelaparan.
Semenjak saat itu sang Tigran dengan sangat rajinnya mengurus sapi, susunya dapat dia jual serta tenaga sapinya dia pergunakan untuk membajak ladang bapak petani yang membutuhkan bantuannya dengan upah yang cukup lumayan.
Kehidupan sang lelaki Tigran berserta anak istri tidak kekurangan lagi, hidupnya cukup nyaman dengan penghasilan yang dia dapati dari mengurus sapi milik sang bayangan monster.
Waktu tiga tahun dengan cepat telah berlalu, sang lelaki Tigran sangat binggung menanti datangnya sang bayangan monster yang akan datang kerumahnya menagih janjinya dengan beberapa pertanyaan.
Seandainya dia bisa menjawab tentu saja dia akan selamat serta tidak akan menjadi budak sang bayangan monster namun bila tidak bisa menjawab alangkah apesnya nanti dia bila harus menjadi seorang budak.
Dalam kebingungannya sore itu sang lelaki Tigran kedatangan seorang pemuda, tamu muda itu memintanya untuk menginap dirumahnya dengan alasan kecapaian dan hari telah menjelang sore, besok pagi harinya dia akan pamit melanjutkan perjalanan.
"Silahkan saja anak muda kalau engkau akan menginap dirumahku ini," sang lelaki Tigran mempersilahkan pemuda tersebut untuk menginap dirumahnya.
Malam menjelang, sunyi dan sepi telah menjadi ciri khas kampung desa dengan udara yang sangat dingin mencekam semua orang desa sudah terlelap dalam tidurnya, namun tidak dengan sang lelaki Tigran dia kelihatan berkeringat serta kegerahan didinginnya udara malam.
"Tigran aku telah datang kerumahmu menagih janji yang telah engkau sepakati, keluarlah cepat hai manusia!" seru sang bayangan monster dari luar rumahnya.
Dengan langkah kaki yang sangat gemetar sang Tigran telah siap menemui sang bayangan monster keluar dari rumahnya, dia telah siap serta pasrah akan nasib yang akan dilaluinya.
Tatkala sang Tigran akan keluar, tamu muda yang menginap dirumahnya telah datang dan berkata, "Bapak tidak usah keluar, biar saja saya yang akan menjawab semua pertanyaan yang diajukkannya," Kata sang pemuda tamu yang menginap dirumahnya.
"Baiklah aku sudah siap dengan pertanyaan yang akan engkau ajukkan," berkata sang pemuda tamu yang menginap dari dalam rumahnya berteriak menirukan suara Tuan rumah.
"Pertanyaan pertama. Dari manakah asalmu, Hai Tigran?" tanya sang bayangan monster.
"Jauh sekali dari seberang lautan," menjawab sang tamu dengan suara yang dibuat sama dengan sang Tuan rumah lelaki Tigran.
"Dengan cara apa atau bagaimana engkau bisa sampai ketempat ini yang telah menjadi rumahmu?" Tanya bayangan monster.
"Tentu saja dengan naik seekor kutu yang pincang sehingga aku sampai di sini dulu," Jawab sang tamu muda tetap dengan menirukan suara sang lelaki Tigran.
"Apakah lautannya sangat kecil sehingga kutu pincang bisa engkau naiki untuk menyeberang?" Tanya bayangan monster lagi.
"Tentu saja tidak kecil bahkan sang elang yang jago terbang pun tidak akan sanggup untuk menyeberangi lautan tersebut karena jauh," menjawab lagi sang tamu muda.
"Aku mengerti sekarang, mungkin elang muda yang belum dewasa sehingga tidak berpengalaman?" Tanya sang bayangan monster.
"Tentu saja tidak, elang tersebut sangatlah dewasa dan sayapnya pun bisa menutupi setengah dari negeri ini," menjawab kembali dengan cepat sang tamu muda.
Bayangan monster sangatlah binggung dengan jawaban yang selalu tepat dan cepat dari dalam rumah yang disangkanya sang lelaki Tigran yang telah bersepakat dengannya, dia sama sekali tidak tahu siapa yang menjawab sebenarnya.
Dia pun lalu berlalu pergi dari tempat tersebut karena kehabisan pertanyaan, sang bayangan monster sangat binggung dengan jawaban-jawaban yang diterima dari lelaki Tigran.
Setelah sang bayangan monster pergi berlalu dari tempat tersebut, sang tamu muda itu pun langsung pamit meninggalkan rumah sang lelaki Tigran walaupun waktu masih malam.
"Sekarang waktunya aku pulang dari tempat ini," kata sang tamu muda dan dia pun langsung menghilang dari pandangan mata sang lelaki Tigran.
Sang lelaki Tigran tentu saja heran dengan kejadian tersebut, dia tidak tahu siapa tamu muda yang menginap dirumahnya. Tidak lain dan tidak bukan dialah sang ikan yang pernah ditolongnya, dia menjelma menjadi seorang pemuda untuk membalas budi terhadapnya.
Jika engkau menolong orang lain yang sedang dalam kesusahan, suatu saat engkau pun akan ditolong seseorang jika mendapatkan sesuatu kesusahan. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga : Alabama - The Heart of Confederate States of America
0 comments:
Post a Comment