Courtesy archive.kaskus.co.id |
Namun ada satu sifat jelek yang dimiliki sang janda yaitu sangatlah pemarah serta angkuh sekali sehingga sifatnya menurun kepada anak sulung yang berwatak sama seperti sang Ibunya.
Lain halnya dengan anak bungsunya yang bersifat sangat manis serta selalu lemah lembut dalam semua tutur katanya dan selalu sopan dalam semua tindakkan sehari-harinya.
Dua sifat kakak beradik ini sungguh jauh berbeda sekali dalam menjalani kehidupannya sehari-hari didalam keluarga tersebut, namun sang Ibu sangat sayang sekali kepada anak sulungnya yang mempunyai sifat yang sama dengan perlakuannya.
Rasa sayang yang diberikan sang Ibu terhadap anak sulungnya sangatlah mencolok sekali apa pun yang diinginkan sang anak sulung tentu saja akan dituruti atau diberikannya.
Sehingga membuat sang anak sulung selalu ingin dimanja dan tidak pernah mau membantu pekerjaan dirumahnya seperti mencuci piring apalagi mengambil air bersih yang jaraknya sangat lumayan jauh dari rumahnya.
Sementara sang anak bungsu diperlakukan sangatlah buruk sekali hampir dari seluruh pekerjaan yang ada dirumah tersebut sang anak bungsulah yang melakukannya.
Mulai dari memasak menyediakan makanan untuk mereka bertiga sampai mencuci dan yang paling lelah adalah ketika sang anak bungsu harus mengambil air bersih untuk minum yang tempatnya cukuplah jauh.
Sang anak bungsu harus berjalan jauh mengambil air bersih dengan sebuah ember besar yang harus ditentengnya tentu saja sangat menguras tenaganya.
Tatkala pada suatu hari saat sang anak bungsu sedang mengambil air, seorang nenek tua menghampirinya dan meminta air untuk minum karena rasa haus disiang hari itu .
"Hai! anak manis tolonglah nenek yang sedang kehausan ini, nenek minta setenguk air untuk aku minum," sang nenek tua meminta air minum.
"Baiklah nek! tunggu sebentar akan saya ambilkan air bersih untuk nenek minum," berkata sang anak bungsu kepada wanita tua itu dengan sangat sopan sekali, dia merasa kasihan melihatnya.
Lalu sang anak bungsu mengambilkan air dari sebuah teko yang biasa dia bawa untuk mengisi embar besar dari sumber mata air, sengaja dia memilih air yang paling jernih untuknya.
Dengan demikian sang nenek pun dapat dengan mudah minum air jernih dari teko yang menyegarkan tenggorokkannya serta menghilangkan rasa hausnya kala waktu itu.
Ternyata nenek tua itu adalah jelmaan dari seorang Peri yang baik hati, "Kesopananmu dan kepedulianmu terhadap sesama manusia membuatku ingin memberikan keajaiban, maka setiap ucapan yang engkau keluarkan akan disertai dengan keluarnya sekuntum bunga, batu permata dan mutiara dari mulutmu."
Sang anak bungsu hanya diam saja mendengarkan sang nenek-nenek tua berkata-kata dia tidak mengerti apa maksud dari ucapan sang nenek tua tersebut, dia lalu berpamitan sambil tersenyum manis kepada sang nenek.
Sang anak bungsu dengan terburu-buru pulang menuju rumahnya, dia pasti akan dimarahi sang Ibu karena membawa air terlalu lama. Benar saja, baru saja sampai diambang pintu sang Ibu telah memaki-maki dengan keras dan keluarlah kata-kata kasarnya.
"Maaf Ibu tadi saya menolong seorang nenek tua yang sedang kehausan ingin minum dan nenek tua tersebut memberiku keajaiban," dan selama sang anak bungsu menerangkan mengapa dia terlambat pulang kapada sang Ibu, dari mulutnya keluar bunga-bunga, batu permata dan mutiara yang berjatuhan.
Tentu saja sang Ibu sangat girang sekali hatinya lalu batu-bata permata dan mutiara-mutiara tersebut dipungutinya dikumpulkan untuk dijualnya nanti kepasar.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menyuruh kakakmu pergi sekarang juga kesana mengambil air," kata sang Ibu.
Lalu sang Ibu menyuruh sang anak sulungnya untuk mengambil air, lalu dia pun menasihati sang anak sulung untuk bersikap baik dan menolong seorang nenek tua bila bertemu serta meminta air untuk minum karena kehausan.
Namun sang anak sulung tidak mau pergi mengambil air karena tempatnya terlalu jauh dari rumahnya, tetapi dengan nada keras sang Ibu menyuruhnya pergi dengan nada bicara sangat tegas dari ucapannya.
"Mau tidak mau, kamu harus pergi sekarang jangan sampai Ibumu ini marah," bentaknya sambil menyelipkan tempat wadah air dari perak disela-sela ketiak sang anak sulung.
Dengan sangat terpaksa sang anak sulung berangkat juga menuju tempat mata air dan tibalah dia ditempat tersebut serta berjumpa dengan seorang nenek yang berpakaian sangat mewah serta sangat indah, bagus sekali.
Lalu nenek tua tersebut meminta air minum kepada sang anak sulung, "Oh jadi nenek ini mau minum mengapa tidak mengambil sendiri ditempatnya," si anak sulung berkata kasar dan sangat judes.
"Oh betapa engkau berkata sangat kasar kepada orang yang lebih tua darimu, maka mulai saat ini setiap engkau berucap ular-ular dan katak-katak akan berjatuhan keluar dari mulutmu," kutuk sang Peri.
Maka tibalah sang anak sulung dirumahnya lalu bercerita kepada sang Ibu tentang pengalamannya bertemu dengan nenek tua yang berpakaian sungguh mewah dan indah ditempat mata air, namun ketika bercerita beberapa ekor ular dan katak-katak berjatuhan keluar dari mulutnya.
"Ada apa ini?" sang Ibu bertanya sambil berteriak nyaring sekali. "Semua kejadian ini gara-gara adikmu, cepat cari dimana kini dia berada?" perintah sang Ibu yang harus diturutinya.
Lalu sang anak bungsu pun dicari Ibunya, tetapi karena rasa ketakutan karena tadi dia mendengar pembicaraan Ibu dan Kakaknya, sang anak bungsu berlari menuju kehutan yang tidak terlalu jauh dari desa tempat tinggalnya untuk bersembunyi.
Bersamaan dengan kejadian tersebut satu rombongan dari Kerajaan yang hendak berburu bertemu dengan seorang gadis cantik yang sedang menangis tersedu-sedu didalam hutan.
Sang pangeran pun bertanya, "Mengapa engkau ada disini dan mengapa engkau menangis?" tanyanya kepada sang anak bungsu.
Tentu saja setelah ditanya Sang Pangeran, sang anak bungsu pun bercerita tentang peristiwa yang sedang dialaminya seperti biasanya dari mulutnya keluar berjatuhan bunga-bunga, mutiara-mutiara, dan batu-batu permata.
Pangeran akhirnya jatuh hati kepada gadis putri Bungsu anak dari seorang janda yang tinggal didekat desa tersebut.
Seorang gadis baik tentu tidak akan mengecewakan Ayahandanya diistana kerajaan, sang anak bungsu pun akhirnya diboyongnya menemui sang Raja Baginda Ayahandanya.
Mereka akhirnya mendapat restu sang Raja dan menikah, hidup mereka pun bahagia sebagai pasangan suami istri yang saling mencintai sampai sang pengeran dinobatkan menjadi Raja dan sang anak bungsu menjadi seorang permaisuri.
Sekarang kita tengok kebelakang, keadaan dirumah sang janda ketika anak bungsunya yang baik hati telah pergi meninggalkan rumah, sang anak sulung menjadi semakin tidak karuan saja dalam hidupnya.
Tiada henti-hentinya dari muluit sang anak sulung mengeluarkan katak-katak dan ular yang membuat sang Ibu menjadi semakin muak saja melihatnya.
Dan karena sudah tidak tahan dengan kelakuan anak sulungnya yang terkena kutukkan dari seorang Peri, sebagi hukuman dari kelakuan kasarnya serta akhirnya sang Ibu pun mengusirnya dari rumah.
Hidupnya kini terlunta-lunta tidak ada seorang pun yang mau menampungnya dan untuk itu sang anak sulung kini memilih hutan sebagai tempat tinggalnya, dia hidup di hutan sendirian tidak ada yang menemaninya sampai akhir hidupnya.
Itulah hukuman bagi anak yang selalu malas dan tidak pernah sopan terhadap orang lain, apalagi terhadap orang yang lebih tua umurnya atau orang tua.
Jadilah anak yang selalu baik hati dan selalu sopan dalam bertindak, sebab kebaikkan yang kita berikan kepada sesama atau orang lain, Tuhan pasti akan membalaskan dengan kebahagian yang tiada taranya.
Berbuat baiklah niscaya hidupmu akan selalu senang dan tidak akan kekurangan serta kebahagiaan akan selalu bersamamu. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment