Courtesy of www.educastudio.com |
Ditengah perjalanan sore itu dia mendengar suara minta pertolongan dari samping jalan sebuah pohon besar yang akan dilewatinya, "tolong,,,,,,tolong,,,,,,tolonglah aku siapapun yang lewat jalan ini!" seru suara itu.
"Siapakah engkau dan dimana sekarang engkau berada?" bertanya sang bapak kerbau sambil matanya memandang kiri dan kanan jalan yang sedang dilaluinya.
"Aku ular, aku ada disamping pohon yang paling besar disekitar sini, tolong aku siapa pun engkau Tuan!" serunya kembali.
Dan ketika bapak kerbau sampai disumber suara, benar saja seekor ular piton yang sangat besar sedang tertindih sebuah dahan pohon yang sangat besar diatas badannya, dia terhimpit dahan pohon ketika dahan itu patah dihantam amukkan puting beliung yang baru saja terjadi dihutan tersebut.
Melihat kejadian tersebut sang kerbau tidak langsung menolongnya, dia lalu berpikir sang ular sangat membutuhkan pertolongan namun hatinya menjadi ragu sebab ular adalah binatang yang terkenal dengan kelicikkannya.
Melihat sang kerbau yang hanya diam tidak langsung menolongnya, sang ular lalu berkata kembali, "tolong dan kasihanilah aku bapak kerbau, tulang-tulangku sangatlah kesakitan seperti mau remuk saja rasanya," kata sang ular.
Sang bapak kerbau masih saja diam, dia bingung antara mau berbuat baik menolong ular dan rasa ketakutan kebaikkan yang akan dilakukannya hanya akan dibalas dengan kejahatan sang ular yang memang sudah terkenal.
Seandainya sang ular telah terlepas dari himpitan kayu yang menindihnya, pasti akulah akan menjadi mangsanya, sebab ular tidaklah mengenal yang namanya terima kasih.
"Tolonglah aku bapak kerbau, kita dari dulu sudah berteman lama, masa engkau tega membiarkan temanmu sendiri menderita," rengeknya tatkala dia meminta pertolong sang bapak kerbau.
"Baiklah akan aku tolong engkau," sang bapak kerbau akhirnya memutuskan untuk menolong temannya sang ular.
Dengan sekuat tenaganya dia pun mendorong dahan kayu yang sangat berat tersebut, sedikit demi sedikit bergeser dari badan sang ular dan akhirnya sang ular pun terlepas dari himpitan dahan kayu yang menindihnya.
Benar juga ketika badan terlepas dari himpitan kayu dengan seketika sang ular telah melilit leher kerbau dengan cepatnya.
"Hai! mengapa sekarang engkau malah melilit leherku, bukannya berterima kasih?" tanya bapak kerbau sedikit kaget dengan tingkah laku ular binatang yang telah ditolongnya.
"Tentu saja aku akan berterima kasih sekali bapak kerbau yang baik hati yang telah menolongku, namun perutku saat ini sangatlah lapar, untuk itu sekali lagi aku minta tolong kepadamu supaya rela menjadi mangsaku," kata sang ular lurus-lurus saja ucapan kata-kata yang keluar dari mulutnya seperti tidak ada beban dosa sedikitpun.
Hatinya selalu diliputi kejahatan yang selalu dia manfaatkan ketika ada satu kesempatan untuk berbuat jahat, tidak perduli terhadap orang yang telah susah payah menolongnya, itulah sifat dari sang ular yang sangat tidak terpuji sama sekali sampai saat ini.
Sang ular siap menjulurkan lidah mau mengigit bapak kerbau dengan gigi taringnya yang sangat tajam siap menghujam leher sang bapak kerbau, namun dari tempat tersebut sang kancil langsung saja berteriak tanda tidak setuju dengan sikap sang ular.
"Hai tunggu dulu ular, kamu jangan berbuat seenaknya terhadap bapak kerbau yang telah menolongmu," bentak sang kancil mendekat tempat tersebut.
Sang ular yang hendak mengigit bapak kerbau menjadi kaget setelah mendengar bentakkan sang kancil, dia tidak jadi mengigit leher kerbau untuk sementara.
"Ada apakah ini yang sedang terjadi, kalian dari tadi terdengar sangat ribut-ribut sekali?" sang kancil bertanya kepada sang ular dan bapak kerbau.
"Begini cil, tadi ketika aku lewat aku melihat sang ular yang terhimpit dahan pohon yang jatuh menghimpitnya serta aku lantas saja menolongnya namun setelah aku tolong, malah dia sekarang akan memakanku bukannya berterima kasih," ujar sang bapak kerbau menyahuti pertanyaan dari sang kancil.
"Tidak, kejadiannya bukan seperti itu kancil. Masa aku yang terkenal dengan kepintarannya bisa terhimpit dahan kayu yang sangat besar," elak sang ular kala menjawab pertanyaan dari sang kancil.
Sang kancil tahu siapa sang ular yang selalu bertindak tidak jujur dalam berkata-kata, maka dia pun langsung menyarankan kejadian yang sebenarnya dari sang bapak kerbau, asal muasal, sang ular, sampai mereka bertengkar biar semua tahu mana yang benar dan mana yang salah.
"Baiklah aku ingin tahu kejadian dari awalnya," sahut sang kancil kepada mereka berdua.
Lalu sang kerbau pun dengan cepat dan menggunakan tenaga sekuat-kuat untuk kembali mengeser dahan kayu yang tadi menindih badan sang ular kembali ditaruh diatas tubuh ular.
"Lho! mengapa badanku di himpit kembali?" tanya sang ular.
"Jangan takut ular, hanya sebentar saja biar aku tahu kejadian yang sebenarnya," sahut sang kancil.
lalu bapak kerbau berkata kepada sang kancil, "Nah ketika aku datang, badan dia seperti itu terhimpit dahan kayu yang besar terus dia sendiri meminta tolong kepadaku, lalu aku pun mau dong menolongnya tetapi setelah bebas dia sendiri mau memangsaku," jawab sang bapak kerbau.
"Benarkah apa yang dikatakan sang bapak kerbau barusan?," kata sang kancil kepada sang ular.
"Tapi tolong lepaskan dulu aku dari himpitan kayu ini nanti aku akan menjawab semua pertanyaan darimu, badanku benar-benar pada sakit," pinta sang ular dengan suara sangat menghiba, akal bulus dari seorang penjahat.
"Oh begitu baiklah bapak kerbau sekarang aku sudah tahu siapa yang harus ditolong serta tahu berterima kasih dan siapakah yang mau ditolong namun tidak tahu terima kasih malah sebaliknya dia mau membunuh yang menolongnya." kata sang kancil sangat kesal sekali kepada sang ular yang selalu jahat walaupun terhadap temannya sendiri.
"Mari kita pergi dari tempat ini dan jangan lagi menolong binatang yang berhati sangat jahat," sang kancil berkata mengajak temannya untuk pergi dari tempat tersebut.
Mereka berdua meninggalkan sang ular yang masih terhimpit dahan pohon kayu yang sangatlah besar, sang ular pun melihat dua temannya meninggalkan tempat tersebut dia kini sendirian.
Sang ular tinggal sendirian dengan kondisi badan masih terhimpit dahan kayu besar, dia hanya diam menanti siapa saja yang lewat tempat tersebut.
Akhirnya sebuah kejahatan dapat mudah ditumpas dengan akal dan kecerdikkan dari sang kancil. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment