Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Thursday, May 26, 2016

Tisna Wati Ratu Gunung Padi - Dongeng Indonesia

Courtesy of muhamir-jozz.blogspot.com
dongeng anak dunia - Pada zaman dahulu kala tinggallah di Surganya para Dewa, Batara guru yang mempunyai Dewi Tisna Wati. Sang Dewi Kecil yang paling indah cantik nan menawan hati. Namun sang dewi tidak senang tinggal di surga para Dewa.

Dan ketika sang Dewi menatap jauh kebumi nan jauh di bawah sana,  serta melihat orang-orang yang sibuk melakukan aktifitas sehari-hari hatinya merasa iri. Ingin rasanya turun ke bumi dan menjadi manusia biasa yang bisa hidup bebas melakukan apa saja tidak seperti dirinya yang harus taat akan peraturan sebagai Dewa dewi.

Demikian pula ketika sang ayah pergi berperang menghadapi pengacau langit dan udara, dia tinggal sendirian tidak bisa ikut serta menemani sang ayah.

Dan sekembalinya dari perang menumpas sang pengacau, sang ayah akan salalu cemberut tidak akan ada keluar rasa canda tawa sebagai penghibur lara hati, nampak saja wajah yang selalu serius.

Suatu saat ketika sang ayah melihat sang putrinya selalu bermuram durja, sang ayah menjadi marah maka di panggillah sang putri.

"Kemari anakku! apa yang membuatmu selalu bermuka murung?" bertanya sang Batara Guru kepada putrinya.

"Saya ingin menjadi manusia biasa dan turun ke bumi!" seru sang putri Tisna Wati.

"Oh tidak bisa anakku, kamu telah meminum air abadi dan akan menjadi kekal hidup selamanya di surga Tujuh Dewa, saya tidak bisa mengabulkan permintaanmu anakku!" seru sang Dewa Batara Guru kepada putri dengan nada bicara yang cukup keras.

"Dan aku akan memilih seorang Dewa muda untuk pendamping hidupmu dan akan menjadi suamimu!" katanya lagi tandas sekali.

"Supaya bisa mengajarkanmu adat yang baik dan sempurna sebagai anak dari seorang Dewa Batara Guru!" lanjutnya lagi.

"Namun ayah, saya telah memilih seorang yang akan menjadi suami hamba!" sang Dewi menangis terharu, tatkala sang ayah akan memilihkan jodoh buatnya.

"Tidak! tidak bisa, siapa  pun yang akan menjadi suamimu apa lagi dia anak dari keturunan musuh-musuhku raksasa udara yang sangat mengerikkan sekali, itu tidak mungkin terjadi anakku," serunya dengan bentakkan yang nyaringnya.

"Bukan ayah, dia tidak hidup di udara tidak juga tinggal di surga tujuh melainkan dia tinggal di bawah sana." "Lihatlah ayah di kaki gunung itu seorang pemuda yang begitu tampan sedang membajak sawahnya," katanya.

"Namun dia seorang anak lelaki dari bangsa manusia!" sang ayah sangat marah sekali. "Seorang manusia tidak bisa hidup berdampingan dengan seorang putri Dewa Dewi, itu tidak mungkin terjadi dan saya tidak akan merestuinya."

"Tetapi aku akan menikah dengannya," sambil menghentak-hentakkan kakinya sang Dewi saking kesalnya berteriak.
"Dan aku tidak akan pernah mau menikah dengan siapa pun, walaupun harus pergi meninggalkan surga ini untuk selama-lamanya."

Sang ayah pun sangat marah sekali, "Aku tidak akan memberimu restu menjadi istri dari seorang manusia biasa, yang berada di kaki gunung itu sebagai petani, kecuali engkau akan aku jadikan tangkainya padi mengertilah kamu!"     serunya.

Sang Dewi Tisna Wati sangat pahit sekali menerima kenyataan ini, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia takut nasibnya akan sama seperti Dewi Sri yang tidak taat pada suaminya dan dibunuh sang ayah dan menjadikannya batang padi, serta rohnya tetap abadi menjadi Dewi yang melindungi di sawah-sawah di alam bumi.

Namun kekerasan hatinya telah mengalahkan semuanya, dia tetap saja akan nekad turun ke bumi menjumpai kekasih hatinya.

Hatinya sudah terlanjur terfana oleh ketampanan sang pemuda idamannya, dia akan menikah dan hidup bahagia bersamanya.

Sang pembajak sawah di kaki gunung nan jauh disana di alam bumi.

Pada suatu hari sang ayah mendapat panggilan perang melawan sang raksasa yang akan mengacau para Dewa langit, sang ayah pun berangkat perang untuk mengusir sang roh-roh jahat dari surga para Dewa yang telah menjadi tugasnya.

Sebelum berangkat sang ayah berkata, "nanti ketika aku pulang dari medan perang akan aku bawakan seorang Dewa muda tampan yang akan menjadi suamimu."

Sang anak pura-pura taat kepada sang ayahanda, Namun ketika sang ayah berangkat sang Dewi pun dengan cepat meninggalkan tempat tersebut untuk pergi menuju kaki gunung yang terdapat seorang pemuda tampan yang akan menjadi kekasihnya. Dengan menumpang angin sang Dewi sampai di dekat lereng gunung tempat sang pemuda tampan yang sedang bekerja membajak sawahnya.

"Sekarang sudah dekat dan dapat melihat langsung sang pujaan hatinya dengan dekat sekali dan sang Dewi terus saja memperhatikan sang pemuda itu."

Dia pun duduk tidak jauh dari tempat sang pemuda itu bekerja, dan ketika sang pemuda itu melihatnya dia pun tersenyum kepadanya.

"Sedang apa wahai gadis cantik, berada di tempat seperti ini?" tanya sang pemuda dengan santun sekali.

Akhirnya mereka berdua pun berkenalan dan bercakap-cakap dengan tertawa-tawa dengan riang gembira, api cinta telah datang membakar dua hati yang saling jatuh cinta. Sang pemuda jatuh hati pada pendangan pertama kepada sang Dewi Tisna Wati yang cantik jelita.

"Saya datang kesini mencari pujaan hati yang dapat di jadikan suamiku seumur hidupku!" serunya berterus terang tentang kedatangannya ke tempat itu.

Jawaban yang keluar dari mulut sang Dewi membuat pemuda itu sangat bahagia dan mereka pun tertawa-tawa penuh rasa bahagia yang tidak terkira. Mereka duduk berdampingan saling tatap mata penuh dengan kemesraan.

Dan di atas sana, sang Dewa Batara guru yang sedang berperang melawan angkara murka mendengar suara sang putrinya dengan bersenda gurau dengan suara asing tidak pernah dia dengar sebelumnya.

Ketika sang Dewa Batara guru menenggok ke bawah nun jauh di sana di bumi, terlihat sang putri sedang duduk berdampingan dengan seorang pemuda pembajak sawah dengan suara tawa nan mesra, maka murkalah sang Dewa Batara guru.

Suara tawa mesra yang terdengar dari kedua orang yang sedang dilanda cinta tersebut, bagaikan suara menggelagar lebih dahsyat dari suara perang melawan musuh-musuhnya.

Sejenak sang Dewa Batara guru meninggalkan perang dan turun ke bumi untuk menjemput sang putri Dewi Tisna Wati.

"Cepatlah anakku, kembali ke surga bersamaku, dan tinggalkan pemuda bumi itu!" perintahnya dengan nada yang sangat garang sekali.

Tetapi sang Dewi Tisana Wati sudah mantap dengan keinginannya untuk tetap tinggal di bumi dan hidup bahagia dengan sang pemuda pilihannya.

"Maafkan hamba tidak bisa kembali lagi ke surga sesuai dengan keinginan ayah, hamba telah memilih untuk tinggal dan menetap disini dan menikah dengan pemuda pilihan hati hamba," jawabannya tegas sekali.

Sang Dewa Batara Guru pun marah sekali dan berkata, "Kamu bukanlah menjadi putri Dewa dan kamu sekarang bukanlah menjadi manusia yang hidup di bumi, tetapi kamu sekarang menjadi tangkai padi yang akan menjadi semangat padi yang tumbuh di gunung."

Dan sekita sang Dewi Tisna Wati pun kini menjelma menjadi tangkai padi yang ramping dan akan tunduk kepada sang pemuda pujaan hatinya.

Sang pemuda pembajak sawah membelai batang padi yang ramping itu, yang telah terisi beras dan membungkuk kepadanya, dengan mata seolah tidak percaya sang Dewi cantik yang barusan bercinta dengannya menjadi tangkai padi yang ramping.

Tangkai itu pun seolah-olah memberi hormat dengan tunduk kepadanya.

Sang Dewa Batara guru untuk sejenak menatap sang tangkai ramping sang Dewi anaknya yang telah menjelma menjadi tangkai padi untuk sesaat sebelum kembali ke langit meneruskan peperangannya melawan angkara murka.

Dewi Tisna Wati kini menjadi semangat padi di gunung-gunung, tidak ubahnya seperti Dewi Sri yang menjadi semangat padi di sawah-sawah.

Namun semangat sang pemuda tampan tidak dapat dicari lagi dia telah hilang tidak tahu kemana.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...