Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Sunday, August 2, 2015

Kisah Monyet dan Buaya - Dongeng India

courtesy of kisahanak.wordpress.com
Pada zaman dahulu kala hiduplah seekor monyet yang tinggal di pohon jamblang yang berada di tepi sungai. Walau dirinya tinggal seorang diri, ia sangat berbahagia. Dan pohon tersebut juga menghasilkan banyak buah yang memiliki rasa yang begitu manis, serta dijadikannya pohon tersebut sebagai tempat berlindung dirinya agar terhindar dari cuaca yang panas dan hujan.

Pada suatu hari, ada seekor buaya yang menepi di pinngir sungai yang hanya ingin beristirahat sejenak di bawah pohon jamblang tersebut. Melihat ada seekor buaya yang sedang beristirahat, sang monyet dengan ramah menegurnya "hallo."

Kemudian buaya tersebut menjawab teguran dari sang monyet “Halo,”. Setelah itu si buaya bertanya kepada monyet, “Apakah kamu tahu ditempat mana untuk aku bisa menemukan makanan? Sepertinya sungai ini sudah tidak ada ikan lagi.”

“Haduuh maaf pak buaya, aku tidak tahu lagi dimana ada sungai disekitar sini untuk kamu mendapatkan ikan. Tapi aku memiliki banyak buah jamblang yang sudah matang dari pohon ini. Cobalah ini kau makan!” kata monyet sambil memetik beberapa buah jamblang yang sudah matang dan diberikannya kepada buaya.

Kemudian buaya memakan satu persatu buah yang diberikan monyet sampai habis. Dengan rasa manis yang dimiliki buah jamblang tersebut, buaya sangat mennyukainya. Dengan santai buaya meminta kepada monyet untuk dipetikan lagi buah jamblang untuk dirinya.

Sejak saat itu mereka menjadi sahabat dan buaya setiap hari mendatanginya. Dengan santai mereka berbincang sambil menikmati buah-buah jamblang yang sudah matang.

Pada suatu ketika buaya menceritakan tentang isteri dan keluarganya. Monyet berkata, ”Heii buaya kenapa tidak dari dulu kau bilang kalau kau sudah meimiliki isteri? Dan sekarang kau pulang, bawakanlah jamblang ini buat isterimu.

Sesampainya dirumah, sang buaya memberikan buah jamblang kepada isterinya. Dimakanlah buah jamblang itu oleh isterinya, ternyata isteri buaya sangat menyukainya. Dirinya sama sekali belum pernah memakan sesautu yang begitu sangat manis. Dan ketika itu isteri buaya memikirkan daging dari seekor monyet yang sepanjang hidupnya memakan buah yang sangat manis, sambil menetesnya air luar dari bibirnya.

Menghampiri suaminya dan berkata kepadanya, “Suamiku, undanglah makan malam monyet itu bersama kita. Kemudian kita akan makan monyet itu.”
Mendengar apa yang dikatakan isterinya, buaya itu langsung loncat. Bagaimana untuk dapat memakan daging sahabatnya? Ia menerangkan kepada isterinya,“Monyet adalah satu-satunya temanku saat ini,“ katanya. Dengan tegas sang buaya tetap meolak untuk membawa monyet kepada isterinya. Namun si isteri tidak menyerah terus merayunya.

Hari terus berjalan sang buaya masih tegas dengan pendiriannya, kemudian sang isteri terus mencari akal agar bs merayu suaminya untuk membawa sahabatnya untuk dirinya. Suatu ketika, isteri buaya berpura-pura mengalami sakit yang keras sehingga dirinya harus memakan jantung monyet agar bisa sembuh dari penyakitnya tersebut. Dipanggillah sang buaya oleh isterinya dan berkata, "Suamiku, apakah kau mencintaiku? Kalau dirimu benar-benar mencintaiku, ku mohon bawalah sahabatmu datang kesini. Hanya sebuah jantung monyet yang dapat menyembuhkanku, percayalah setelah aku memakan jantungnya tersebut kau akan melihatku kembali sehat."

Dengan hati yang berat sang buaya pun mengikuti keinginan isterinya. Lalu dirinya pergi menghampiri sahabatnya itu. “Hai teman,” kata buaya kepada monyet.  “Dapat salam dari isteriku, ia sangat berterimakasih kepadamu karna kamu selalu mengirimkan setiap hari buah jamblang untuknya. Karna ia ingin membalas budi kepadamu, kami mengundangmu untuk makan malam bersama.” Dengan hati yang senang monyet mendapat undangan makan malam tersebut, tetapi aku tak mungkin bisa ikut bersamamu. Kamu tahu sendiri kalau aku tidak dapat berenang. “Tenang saja, kau akan ku gendong di atas punggungku,” kata buaya.

Tanpa ragu, monyet pun langsung melompat ke punggungnya buaya. Tak lama kemudian mereka berjalan.

Ketika perjalanan mereka sudah cukup jauh dari pohon jamblang, dengan pelan buaya berkata,”Aku sangat sedih melihat isteriku yang sedang sakit parah, dan hanya sebuah jantung monyetlah yang dapat menyembuhkan dirinya.”

Setelah mendengar ucapan si buaya, monyet langsung merasa takut. Dirinya langsung mencari akal agar dia bisa menyelamatkan dirinya dari sang buaya. “Kasihan isterimu. Tenang kawan, kau tidak perlu khawatir. Aku sangat senang sekali kalau bisa membantu isterimu dengan jantung yang aku punya. Tapi masalahnya sekarang tuh, jantungku tertinggal di atas dahan pohon jamblang. Bagaimana kalau sekarang kita kembali lagi untuk mengambilnya.”

Akhirnya buaya percaya monyet. Ia langsung putar balik dan berenang kembali menuju pohon jamblang. Dengan cepat monyet langsung melompat turun dari punggungnya dan segera naik ke dahan pohon.

“Dasar kau teman penghianat yang bodoh. Harusnya kau cerdas dan tahu kalau jantung kita selalu dibawa. Aku sudah tidak dapat mempercayaimu lagi. Dan sekarang lebih baik kau pergi dan jangan pernah kau datang lagi.” Monyet pun memutarkan badannya dan tak ingin melihatnya kembali.

Memang penyesalan selalu datang terakhir, sang buaya pun sangat menyesali perbuatannya. Ia pun kehilangan satu-satunya sahabat yang selalu baik kepadanya, dan ia pun tidak akan lagi memakan buah jamblang yang memiliki rasa manis.

Dengan cepat berfikir dan cerdiknya seekor monyet yang akhirnya membuat dirinya lolos dari mara bahaya. Dirinya pun menyadari bahwa monyet dan buaya tidak mungkin dapat menjadi teman. Karena seekor buaya sangat menyukai daging monyet dari pada harus berteman dengan dirinya.

Sumber: India

Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...