Courtesy of sumatfeet.wordpress.com |
Sang Sultan Raja mempunyai dua anak, yang satu lelaki yang dan satu lagi perempuan, pangeran yang lelaki bernama Pangeran Muda Selat serta yang perempuan bernama Putri Cermin Cina.
Kedua anak ini putra-putri mempunyai sifat yang berbeda, sang Pangeran berwajah tampan tetapi tingkahnya selalu ceroboh dan sang Putri berwajah Cantik dan mempunyai kulit putih bagaikan kebanyakkan orang Cina.
Hari itu sang Sultan akan kedatangan tamu besar yang akan datang untuk berdagang. Persiapan untuk menyambut kedatangan sang tamupun telah di persiapkan dengan matang.
Sang tamu ini bernama Tuan Muda Senaning yang datang dari negeri jauh di seberang lautan sana, di sambut langsung sang Prabu Mambang Matahari sebagai tamu negara.
Perjamuan makan telah di persiapkan seluruh pelayan kesultanan, meja-meja makan istana telah siap dengan hidangan makanan yang tersaji menyambut kedatangan sang tamu.
Dan ketika jamuan makan itulah sang Tuan Muda Senaning yang kaya raya, ingin berjumpa dengan sang Putri Cermin Cina yang cantik jelita.
Serta pada pandangan pertama itu mereka berdua telah jatuh cinta, terlihat benih-benih cinta yang tertanam di hati mereka berdua.
Sudut pandang kedua mata insan yang saling jatuh hati ini mencerminkan ada rasa saling ketertarik antara kedua-duanya, cinta pun tidak bertepuk sebelah tangan dan dayung pun bersambut.
Maka pada suatu kesempatan ketika kedua insan ini saling bertemu berpapasan di sudut istana kerajaan sang Tuan Muda Senaning
tidak membuang kesempatan ini, dengan sangat jantan dia berbicara kepada Sang Putri.
"Maaf Tuan Putri, saya mau bicara sebentar!" sapanya dengan sangat santun sekali. Dan tidak menunggu jawaban selanjutnya dari sang Putri Cermin Cina, sang Tuan Muda langsung saja berkata kembali.
"Begini! semenjak saya bertemu dengan anda {sang Tuan Putri}, terus terang saja saya telah tertarik terhadapmu! dan saya tidak dapat menahan rasa ini lagi, saya ungkapkan perasaan ini terhadap anda, sang putri. Dan saya berharap pada suatu saat nanti andalah yang akan menjadi pendamping hidup saya untuk selama-lamanya."
Sang Tuan Muda Senaning menunggu jawaban dari sang Tuan Putri cantik jelita Cermin Cina dengan hati sangat khawatir sekali takut ucapannya menyinggung perasaan hatinya.
"Baiklah Tuan Muda Senaning kalau anda ingin tahu jawaban dari semua ini dan memang anda mencintai saya sepenuh hati, tanyakan saja kepada ayahanda saya tercinta {sang Sultan Mambang Matahari}," katanya dengan gayanya yang sangat tenang dan yakin sekali.
"Namun apakah Tuan Putri juga mencintai saya?" katanya gugup sekali hatinya.
"Saya tidak bisa menjawab langsung Tuan, tetapi Tuan sendiri mungkin sudah punya jawaban sendiri dan tanyakan saja kepada diri tuan sendiri, apakah saya mencintai diri Tuan?" kata-katanya lembut sekali namun sangat tegas dan terdengar jelas sambil tersenyum manis sekali kepada sang Tuan Muda Senaning.
Sejak saat itu sang Tuan Muda Senaning mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan melamar Putri, dan segeralah menghadap Sang Prabu Mambang Matahari.
Lamaran pun di terima sang Raja dengan Senang hati, dan sejak saat itulah Tuan Muda telah menjadi bagian dari kerajaan tersebut.
Sang Tuan Muda Senaning adalah seorang saudagar yang sangat cerdik dalam melakukan usaha perdagangannya, dan harapan telah terkabul mendapatkan calon pendamping hidup sang Putri cantik.
Untuk langkah selanjutnya dalam usaha perdagangan dia telah mengatur pola usaha yang akan di tingkatkan sebab sekarang dia akan hidup berdua dan akan mempunyai tanggung jawab yang lebih untuk perjuangan hidup selanjutnya.
Atau kata lainnya sekarang harus hidup dengan lebih teratur karena akan menjadi seorang suami dan nanti akan menjadi seorang ayah yang akan dilahirkan anak-anaknya tersebut dari Sang Putri Cermin Cina istrinya kelak.
Sesuatu pemikiran jauh kedepan demi membahagiakan keluarganya yang akan di rintisnya sebentar lagi.
Dan Sang Prabu Mambang Matahari juga adalah seorang Raja yang sangat bijak dalam berpikir ke depannya mengenai negeri yang di pimpinnya ke depan kelak harus bagaimana.
Agar negeri tetap makmur dan seluruh rakyat selalu hidup dalam kecukupan tidak kurang sandang dan pangannya, sungguh pemikiran yang sangat bijak sekali.
Sering sekali beliau pergi ke manca negera untuk kepentingan negeri yang di pimpinnya, Seperti saat itu dia telah siap untuk kunjungan kenegaraan.
Sebelum pergi dia pun berpesan dulu kepada pangeran Muda Selat supaya menjaga sang adik perempuan satu-satunya untuk selalu di perhatikan atau di awasinya serta di jaganya.
"Jagalah adikmu itu jangan sampai ada sesuatu yang tidak diinginkan, nak!" katanya kepada pangeran Muda Selat.
Setelah sang Ayahanda pergi berlayar dalam urusan negerinya ke negeri seberang lautan atau negeri tetangganya. Pangeran Muda Selat mengajak Tuan Muda Senaning bermain di depan istana kerajaan.
Dia telah menganggap sang Tuan Muda Senaning sebagai abang iparnya yang akan menjadi bagian dari keluarganya. Namun permainan yang paling di gemari sang Pangeran Selat adalah permainan gasing.
Permainan seru itu sampai membuat lupa waktu dan asyik sekali rupanya, gelak tawa pun terus terukir dari ke dua bibir pemuda tampan itu, senang sekali rupanya hati mereka berdua.
Gelak tawa mereka membuat sang Adinda tercinta yang sedang berada dalam istana menjadi penasaran di buatnya, maka dilongokkan kepalanya keluar jendela istana. Apa yang menjadi bahan tertawaan kedua orang tersebut sehingga tertawa begitu girangnya sampai terbahak-bahak pikirnya.
Dan persis di waktu yang hampir bersamaan sang Pangeran Selat pun sedang melemparkan gasingnya dengan kekuatan tenaga tangannya dan gasing itu melayang dengan cepat.M aksudnya mau menghantam gasing Tuan Muda Senaning yang telah lebih dulu di lempar dan berputar-putar di tanah halaman istana, namun arah gasing tersebut melayang ke tempat lain di mana Sang Putri mengeluarkan kepalanya di jendela istana tak bisa terhindarkan lagi, gasing itu menghantam kepalanya tepat di tengah-tengah kepalanya.
Seketika itu pula Sang Putri Cermin Cina jatuh pingsan tidak sadarkan diri dengan darah yang keluar mengucur deras dari kepalanya.
Tuan Muda Senaning dan Pangeran Muda Selat sangat kaget bukan kepalang melihat peristiwa yang terjadi begitu cepat di depan mata mereka berdua dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Dan semua pelayan istana yang berada di tempat itu pun sangat kaget dan seperti tidak percaya dengan kejadian yang sedang berlangsung.
Kejadian yang tidak terduga sebelumnya ini membuat mereka terkaget-kaget, serentak keduanya berlari mendekat, dan tidak lama kemudian Sang Putri Cermin Cina pun sekarat di pangkuan sang buah hati tercinta Tuan Muda Senaning dengan bersimbah darah yang keluar dari luka besar di kepalanya.
Sekujur badannya telah kaku meninggalkan dunia fana ini kehabisan darah, dalam dekapan sang kekasih tercinta yang telah berjanji akan memperistrikannya dan akan hidup bahagia mengarungi bahtera rumah tangga.
Betapa terpukulnya sang Tuan Muda Senaning dengan kejadian yang begitu cepat terjadi ini, tidak ada hujan tidak ada angin tahu-tahu semua terjadi begitu cepat.
Tubuh dalam pangkuannya yang sudah tidak bernyawa itu di peluknya sangat erat sekali, air matanya keluar begitu sedih sekali.
Sesaat matanya menatap wajah cantik Sang Putri Cermin Cina lalu di kecupnya keningnya dan dengan gerakkan yang sangat hati-hati kepala sang Putri itu di turunkan dari pelukkannya.
Lalu sang Tuan Muda Senaning berdiri, matanya melihat-lihat ke pojok sudut istana, disana terdapat banyak senjata dalam rak senjata yang menjadi alat perang zaman itu.
Di ambilnya sebuah tombak yang ujungnya sangat tajam sekali, lalu tombak itu pun di tusukkan ke dalam perutnya, sambil berkata dengan nada bicara yang begitu putus asa, "kekasihku aku tidak mungkin bisa hidup tanpa dirimu disisiku."
Tombak itu masuk ke perut sampai dalam sekali dan badan itu pun akhirnya ambruk ke lantai, tidak lama kemudian sang Tuan Muda Senaning pun meninggal dunia.
Dia tidak tahan untuk hidup menderita di dunia ini tanpa kehadiran sang kekasih hatinya, maka di putuskan untuk menyusul Sang Putri Cermin Cina, dengan cara bunuh diri mengunakan sebuah tombak.
Kenyataan yang sedang terjadi di hadapan mata Sang Pangeran Muda Selat sangat membingungkan hatinya, akhirnya dia pun berteriak-teriak keras meminta pertolongan keluarga-keluarga istana kerajaan.
Seluruh keluarga istana yang berdatangan segera mengurus kedua jenazah anak muda remaja yang sedang jatuh cinta ini dan mereka belum sempat ke pelaminan mengikat kata sepakat menjadi suami istri.
Hari berikutnya upacara pengubaran dilaksanakan dengan suasana yang begitu haru menyelimuti keraton istana kerjaan. Dan berbarengan dengan upacara pemakaman itu Sang Sultan pun datang dari perjalanannya tentu saja baginda sangat murka sekali.
"Tempat ini tatkala peristiwa sedih ini terjadi, aku namakan kampung Selat," katanya dengan suara yang begitu menggelegar keras sekali karena marah sekali.
Dan Sang Prabu pun berlalu meninggalkan tempat itu dan tidak pernah kembali ke istana, hatinya terlalu sedih kalau mengingat kejadian yang menimpah anak Gadisnya yang sebentar lagi akan menikah dan seorang calon mantunya yang baik hati.
Dan Sang Sultan Mambang Matahari membangun sebuah istana yang megah di daerah kampung yang bernama Kampung Tengah Lubuk Ruso.
Dan istana tersebut letaknya berada antara dua tempat istana yang dulu atau kampung Selat dan tempat perahu layarnya bersandar atau pantai dermaga.
Demikianlah cerita legenda ini, telah menjadi cerita rakyat jambi dan cerita singkat itu dipercaya pernah terjadi nyata pada zaman dahulu kala. Sekian.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Konsultasi: Bagaimana Caranya Menolak Instruksi Yang Tepat dan Baik
- Polisi Turki Menahan Enam Orang Yang Merencanakan Menyerang Pengungsian Suriah
0 comments:
Post a Comment