Courtesy of dongeng-koe.blogspot.com |
Kalau terlihat dari atas, sungai itu seperti meliuk-liuk bagaikan ular besar yang sedang berjalan, betapa indahnya alam yang tercipta dikala kita dapat menikmatinya dengan penuh kagum terhadap Sang Pencipta.
Terlihat seekor Harimau besar yang sedang minum di sungai tersebut, air begitu jernih dengan santainya, namun tatkala dia sudah minum, sang harimau melihat bayangannya sendiri yang tercermin dari air sungai.
"Oh, oh, betapa ganteng dan gagahnya penampilanku kini dengan otot-otot kuat dan warna belangku yang sangat menawan," katanya berbisik namun suaranya jelas terdengar sang kancil yang kala itu sedang mengambil air minum di sungai tersebut.
Dari kesombongan yang terlihat, sang harimau suka dengan seenaknya memberikan perintah terhadap siapa pun hewan yang lebih kecil yang di anggapnya lebih lemah sehingga dapat dengan mudah dia perintah dan di suruhnya.
"Huahaha harimau sombong, yang besar kepala bisanya hanya merintah dan menyuruh saja kepada siapa pun," hati sang kancil berbisik.
"Seharusnya dia di beri sedikit pelajaran jangan sampai ke sombongannya terus berlangsung dan membuat aku semakin muak saja melihatnya," bisiknya lagi.
Sambil melangkahkan kakinya dari tempat tersebut, hatinya terus berpikir dengan cara apa dia bisa memberikan pelajaran terhadap kawan yang sombong ini sang harimau.
Saat sedang berjalan dengan lamunan yang terus menghantui, dia bertemu dengan sang sahabat yang lain, dialah sang kelinci jantan yang sedang mencari makan rumput-rumput hijau kesukaannya.
"Hai sahabat baikku! apa kabar?" sang kancil bertanya dengan ramahnya terhadap sang kelinci.
"Oh, baik kawan! mau menuju kemanakah gerangan?" tanyanya kembali.
"Tidak, aku tadi bertemu dengan sang harimau yang selalu sombong dan bertindak semena-mena terhadap kita yang lemah dan kecil ini.
Aku merasa sebaiknya kita memberikan sedikit pelajaran biar dia kapok dan tidak bertingkah terlalu sombong ," katanya bicaran yang panjang membuat sang kelinci hanya terdiam saja mendengarkan.
"Apakah kamu punya cara yang bagus untuk memberinya pelajaran?" baru kemudian sang kelinci bertanya kembali.
"Makanya aku bertanya padamu, aku sedang berpikir-pikr dari tadi tapi belum menemukan cara yang tepat," timpalnya kembali.
Kedua sahabat itu terdiam masing-masing sedang berpikir cara apa yang harus mereka lakukakan untuk memberi sedikit pelajaran terhadap kawan yang sombong ini.
Lama-lama sang kancil angkat bicara lagi sambil berkata, "Baiklah aku telah menemukan cara yang tepat dan cara ini tidak akan mencelakaiku," katanya dengan nada senang sekali.
"Cepatlah kamu pergi dari sini dan bilang kepada sang harimau sombong itu, katakan bahwa aku telah menghajarmu dan akan menghajar siapa pun termasuk harimau bila menggangguku dalam tugas penting yang sedang saya emban,"
"Katakan padanya tugas penting itu kepadanya dan saya akan menunggunya di atas sana di bawah pohon yang besar yang berada di atas bukit itu," sambil berkata begitu tangannya menunjuk pohon besar yang berada diatas bukit.
"Apakah caramu ini aman dan tidak akan mencelakaimu?" sang kelinci khawatir terhadap sahabatnya.
"Kamu juga sudah tahu siapa aku kan? Dalam mengatur siasat biasanya aku selalu cerdik dan berhasil, percayalah kawan," katanya lagi menyakinkan kembali.
"Baiklah kalau memang cara ini yang terbaik menurutmu aku akan pergi sekarang juga," sang kelinci pergi dari tempat itu walaupun sebenarnya hatinya sangat takut terhadap rencana dari sang kancil kawannya tersebut.
Sang kelinci berjalan dari tempat tersebut untuk menemui sang harimau dan dia akan menjalankan rencana yang sedang di rencanakan sang kancil yang terkenal dengan kecerdikannya.
Maka sampailah sang kelinci di tempat sang harimau, lalu berkata dengan nada di buat-buat mengadukan perbuat sang kancil yang menantang sang harimau pula.
"Begini pak harimau, ketika tadi saya sedang makan rumput tiba-tiba sang kancil datang dan menghajar saya habis-habisan dan sambil berkata, siapa pun termasuk harimau kalau mengganggu tugas pentingku akan ku hajar habis katanya sambil berteriak-teriak dan di dengar banyak hewan di dalam hutan sana," sang kelinci menjelaskan kata-kata yang harus di ucapakan menurut sang kancil.
"Berani sekali dia bilang begitu kepadaku! tunjukkan dimana dia berada sekarang? Akan aku hajar habis dia!" harimau berkata dengan marahnya dan emosi sekali, lalu dia mengaum dengan sangat keras sampai seisi hutan di buat kaget karenanya.
"Disana di atas bukit yang ada pohon besar itu, dia lagi disana sekarang sedang menjalankan tugas penting!" serunya sambil tangannya menunjuk tempat diatas bukit yang ada pohon besarnya.
"Namun bapak harimau jangan bilang-bilang kalau saya yang memberitahu semua ini ya, bisa-bisa saya di hajar kembali olehnya," sang kelinci berkata lagi terhadap bapak harimau yang sedang emosi berat.
"Baiklah aku tidak akan bilang apapun kepada si kancil dan kamu juga tidak perlu takut kepadanya, akan aku habisi dia sekarang!" katanya sambil berlari dari tempat itu menuju bukit yang ada pohon besarnya untuk menghajar sang kancil.
Sampailah sang harimau di tempat yang di tunjukkan sang kelinci, benar saja sang kancil sedang duduk-duduk di bawah pohon besar tersebut.
Maka berkatalah sang harimau dengan suara yang menggelegar keras sekali sambil jari telunjuk yang berkuku tajam menunjuk ke muka sang kancil.
"Hai kancil, benarkah kamu mau menghajarku?" suaranya sangat keras sekali.
"Jangan terlalu keras-keras nada bicaramu, saya sedang melaksanakan tugas penting dan harus tertib dalam pelaksanaannya." sang kancil bicara kapada sang harimau sambil jari telunjuknya di simpan dekat bibirnya tanda jangan ribut-ribut di tempat itu.
"Tugas penting apa yang sedang kamu lakukan?" Sang harimau bertanya kembali kali ini nada bicaranya pelan saja.
"Cobalah kamu lihat diatas dahan pohon itu!" tangannya menunjuk benda yang bergantung bulat dan ukurannya cukup besar.
"Nah itu adalah bende sakti yang harus aku jaga jangan sampai siapa pun memukulnya, sebab yang memukul bende sakti itu sebelum waktu yang di tentukan akan membuat yang memukulnya menjadi sakti dan suaranya sangat merdu sekali!" sang kancil berkata sambil terus saja jari tangannya menunjuk bende tersebut matanya tidak lepaskan pandangannya dari bende tergantung tersebut.
Bende adalah genta kecil.
"Bagaimana apakah aku boleh, kalau mau memukul bende tersebut barang sekali saja?" sang harimau menjadi lupa maksud semula untuk menghajar sang kancil.
"Oh tidak bisa dong nanti kalau yang lain tahu mereka bisa ikut-ikutan, saya nanti harus bilang apa," sang kancil merasa akalnya telah menjerat sang harimau sombong.
"Sekali saja dan tidak ada siapa-siapa yang tahu dan melihat hanya kita berdua saja yang tahu," sang harimau memaksa sang kancil dengan nada bicara yang di buat ramah sekali.
"Baiklah namun aku tidak bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu terhadapmu dan aku harus pergi dulu dari sini biar tidak ada orang yang tahu bahwa aku telah mengijinkan kamu memukul bende itu," sang kancil pun bergeges dari tempat tersebut pergi dengan cepat sekali.
Setelah sang kancil tidak ada di tempat, sang harimau cepat saja naik ke atas pohon tersebut dengan tidak meneliti dulu apakah yang tergantung di dahan pohon tersebut langsung saja di pukulnya.
Buk! kayu pemukul menghantam benda bulat yang dikiranya genta kecil atau bende dan yang sebenarnya adalah sarang tawon, karuan saja ribuan pasukan tawon marah saat sarangnya diusik.
Sekujur tubuh harimau di kerubuti ribuan tawon yang sedang marah, sengatannya sunguh-sunguh menyakitkan sekali bagi sang harimau.
Tak ayal lagi dia pun terjatuh dari atas dahan pohon besar tersebut dan langsung bangun kembali selanjutnya berlari sekencang-kencangnya namun ribuan pasukan tawon terus saja mengejarnya kemana pun dia berlari.
Sambil berlari otaknya di putar mencari akal, dan setelah mendapatkan akal dia pun berlari menuju sungai di depannya.
"Byuur!" suara air di timpah tubuh besar harimau terdengar, akhirnya sang harimau selamat dari kejaran pasukan tawon masuk ke dalam air sungai.
"Awas kancil kamu telah menipuku, kali ini aku tidak akan mengampunimu lagi," ancamnya sambil badannya masih berendam di air sungai yang dingin dan sejuk.
"Lumayan katanya, pening dikepalaku kini mulai berkurang," bisiknya, mungkin karena sengatan tawon atau mungkin karena air sungai yang memang sangat segar, dingin serta sejuk sekali membuat otot yang tegang kembali normal.
Sementara di tempat lain sang kancil dan sang kelinci tertawa terbahak-bahak melihat jagoan yang berbadan kekar dan berotot kuat kalah dengan makhluk kecil yang hanya sebesar tawon.
Bagaimanapun juga yang kecil pasti akan berguna, sebab tanpa ada yang kecil yang besar pun menjadi tiada artinya. Sekian.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Kesehatan Sekretaris : Olahraga Sesuai Usia
- Kota Hit Bersiap Hadapi Perang Besar ISIS Dengan Tentara Irak
0 comments:
Post a Comment