Courtesy of chuin5.wordpress.com |
Selang beberapa waktu berlalu, suami istri ini pun meninggal dunia hampir berbarengan dalam satu tahun yang sama, sungguh Tuhan telah mengaturnya demikian.
Karena miskin, anak mereka hanya mendapatkan warisan beberapa harta benda saja seperti anaknya yang sulung mendapatkan pengilingan padi, putra yang kedua mendapatkan satu ekor keledai dan terakhir putra bungsunya hanya mendapatkan kucing serta uang koin sebanyak tiga keping.
Marquis de Carabas sang putra bungsu sangat bingung dengan modal hidup yang sangat minim tersebut, hatinya berpikir keras usaha apakah yang akan ditempuhnya untuk mempertahankan hidupnya.
Pikirannya diperas habis setiap hari mencari jalan penghidupan, namun belum juga ketemu jalan terbaik apakah yang hendak ditempuh untuk memulai bertangung jawab atas dirinya sendiri.
"Orang tuaku kini telah tiada, aku harus bisa hidup mandiri tidak tergantung kepada siapa pun", pikirannya yang selalu menghantui setiap hari.
"Tuanku! janganlah berkecil hati, belikanlah hamba baju indah serta sepasang sepatu bots," berkata sang kucing cantik miliknya ketika itu.
Marquis de Carabas melihat binatang peliharaan dengan seksama sungguh manis dan cantik, memang sungguh sangat lucu dan mempesona sang kucing yang cantik.
Maka kini sang kucing telah memakai baju indah dan juga sepasang sepatu bots telah terpasang dikakinya, dengan segera sang kucing mengambil karung yang cukup besar lalu berburu kelinci gemuk.
Kucing yang berpakaian indah bersepatu bots telah hadir dihadapan sang Raja di Istana Kerajaan, "Sudilah kiranya paduka Raja menerima persembahan yang diberikan Tuanku!" berkata dengan sejuta hormat kepada sang Baginda.
Serta hari berikutnya dan berikutnya terus berlanjut, sang Kucing datang menghadap sang Baginda tidak lupa dengan buah tangan yang selalu dibawanya, ayam hutan atau kalkun dan lain sebagainya.
"Tuanmu begitu baik hati! aku ingin berkenalan serta bertemu dengannya," berkata sang Baginda pada satu kesempatan.
Suatu hari Raja berserta rombongan dan Sang Putri Cantik anaknya lewat kampung daerah sungai tempat tinggal Sang Anak bungsu Marquis de Carabas.
Dengan cepat Sang Kucing cantik berlari menuju tempat tinggal Tuannya dan mengajaknya ke pinggir sungai lalu disuruhnya Sang Pemuda tersebut untuk membuka seluruh pakaian yang dikenakannya dan masuk kedalam sungai.
Kemudian Sang Kucing pun berteriak-teriak, "Tolong! tolonglah, Marquis de Carabas tenggelam di sungai!" teriakan tersebut didengar rombongan Raja, Lalu Sang Baginda menyuruh seluruh pengawal-pengawalnya untuk segera menolongnya.
Lalu Sang Kucing pun menjelaskan kepada Sang Baginda bahwa Tuannya telah dirampok dan seluruh pakaiannya telah dilucuti lalu sang perampok melemparnya ke dalam sungai.
"Bukan bermaksud tidak sopan menghadap Sang Baginda dan berkenalan dengan Sang Putri Cantik tanpa mengenakan pakaian yang selayaknya," sang lelaki muda ini meminta maaf atas keadaan dirinya.
"Baiklah Marquis! sekalian saja engkau ikut jalan bersama rombongan kami," berkata Sang Raja.
Sang Kucing cerdik melihat semua rencananya berjalan lancar sampai saat ini dengan cepat dia pun berlari dari tempat tersebut menemui seluruh penduduk negeri yang sedang mengolah lahan ladangnya.
"Bapak-bapak dan Ibu-Ibu yang baik hati!" serunya berteriak nyaring, "Raja dan rombongan akan melewati jalan ini".
"Dan apabila Sang Baginda bertanya milik siapakah ladang ini, semua harus menjawab sama milik Marquis de Carabas, kalau jawaban kalian tidak sama maka kalian akan aku tuntut dengan hukuman berat."
Sang Kucing cerdik terus berlari dari tempat satu ke tempat lain yang akan dilalui Sang Raja untuk memberikan perintah yang sama kepada yang lainnya dan sampailah pada sebuah bukit yang terdapat istana yang indah dan megah sekali.
Dan menurut informasi yang didengar dari dua orang petani yang tidak terlalu jauh jaraknya dari istana tersebut, ada Sang Raksasa jahat yang sangat sakti ilmunya.
"Baiklah mulai sekarang kalau ditanya siapa pun termasuk Sang Raja katakan bahwa istana tersebut milik Marquis de Carabas," katanya.
Dengan cepat sekali dia pun menaiki bukit indah yang terdapat istana megah tersebut, dan sampailah di depan pintu gerbangnya.
Di ketuklah pintu beberapa kali dan dari dalam keluarlah beberapa pelayan setia dari sang Raksasa jahat, lalu mengantarnya menemui Sang majikan.
Seorang Raksasa yang sangat tinggi besar dan sangat gemuk telah berada dihadapannya, wajah seramnya kini terlihat jelas sangat menakutkan Sang kucing bersepatu bots.
"Betapa hamba merasa sangat terhormat telah bertemu langsung dengan yang mulia, yang sangat terkenal akan kesaktiannya," berkata sambil tersenyum dengan hormat menutupi rasa takutnya.
Sang Raksasa sebentar terdiam, dia sangat senang dengan kata-kata pujian yang keluar dari mulut Sang Kucing cantik bersepatu bots.
"Banyak sekali orang berbicara," berkata Sang Kucing, "bahwa yang mulia ahli sihir yang sangat sakti."
"Oh tentu saja aku bisa menjadi apa saja yang ingin aku lakukan menurut kehendak hatiku" katanya sambil matanya melotot melihat Sang Kucing bersepatu bots.
Lalu kemudian dia pun merubah dirinya menjadi singa sang raja hutan yang sangat besar dengan raungan kerasnya membuat dinding-dinding ruangan istana bergetar-getar hebat.
"Wah,...wah,...sungguh hebat, hamba sangat kagum sekali dengan kesaktian yang mulia," berkata sang kucing cerdik namun hatinya sangat takut sekali melihat kehebatan Sang Raksasa, namun perasaan itu masih dapat ditekannya.
"Berarti mereka semua berkata benar tentang kesaktian yang mulia, namun apakah benar yang mulia bisa menjadi binatang yang lebih kecil seperti tikus atau apa saja yang lebih kecil, tetapi sepertinya yang mulia tidak mungkin mampu," berkata lagi Sang Kucing cerdik bertanya dengan pertanyaan menjebaknya, yang sungguh halus sekali.
"Jangan pernah engkau meremehkan kemampuanku," katanya membentak keras sekali, Sang Raksasa marah.
"Perhatikanlah dengan seksama ketika aku berubah menjadi tikus," katanya masih membentak marah.
Sejenak kemudian Sang Raksasa telah berubah menjadi seekor tikus kecil yang menjadi makanan kegemaran Sang Kucing cerdik, dengan satu kali loncatan Sang Kucing menerkam tikus lalu menelan tikus tersebut dan masuk kedalam tenggorokkannya, lalu masuk kedalam perutnya yang memang sedang lapar sekali kala itu.
Rombongan Raja kini telah berada di bawah bukit yang terdapat istana megah tersebut, rombongan berhenti sejenak, lalu Sang Raja memerintahkan beberapa orang untuk menyelidiki siapa pemilik istana megah tersebut.
Serta-merta penyelidik turun dari kudanya dan bertanya kepada dua orang petani yang sedang bekarja tidak jauh dari tempat tersebut.
"Marquis de Carabaslah yang menghuni istana indah nan megah tersebut," jawabnya singkat.
Sang Baginda sangat kagum terhadap Marquis pemuda tampan yang sangat sopan kala bertutur kata, "ingin rasanya aku berkunjung ke istananya", pikirnya dalam hati.
"Marquis! aku ingin sekali berkujung ke istanamu yang megah dan indah tersebut!" rombongan pun akhirnya menuju istana di atas bukit yang sangat indah.
Sang Kucing cerdik telah menyongsong kedatangan Tuannya dengan berbisik pelan dia berkata, "Tuanku sebaiknya Tuan menyelinap masuk ke kamar utama untuk berganti pakaian yang layak, hamba telah persiapkan seperangkat."
Sang pemuda Marquis de Carabas kini tampil tampan dengan pakaian yang layak, tangannya menggandeng Sang Putri Raja menuju aula istana, di meja-meja makan telah tersaji makanan lezat yang dipersiapkan pelayan istana.
Sang Raja sangat bahagia melihat pasangan serasi Sang Putri tercinta, maka terucaplah kata dari Sang Baginda, "Aku merestui kalian berdua untuk menjadi pasangan suami istri."
Maka besok harinya persiapan untuk pernikahan pun telah digelar di istana Kerajaan Marquis de Carabas yang akan menikah dengan anak Raja Putri nan cantik jelita.
Sang Kucing cerdik lalu mendekat dan berbsisik kepada Tuannya, "Tuan kini telah mendapatkan pasangan hidup dan akan hidup bahagia bersama Putri nan cantik jelita, maka sekarang carikanlah hamba kucing betina yang cantik pula dan berbulu sama seperti hamba." katanya meong-meong dengan manjanya.
Sang Marquis de Carabas kini telah resmi menjadi satu-satunya menantu Raja yang bijak dan kelak akan menjadi Raja pula.
Bisa saja kebahagian itu didapatkan dengan akal cerdik bukan dengan kerja keras namun semua itu harus seimbang dengan kebenaran, sebab tanpa kebenaran semuanya akan sia-sia.
Pergunakanlah akal cerdikmu dijalan yang benar atau baik, bukan untuk merugikan orang lain dan menipunya. Sekian.
Wasalam
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Perceraian Terjadi, Bagaimana Cara Membantu Anak?
- Penyihir Seperti Kuda di Pemakaman Evergreen
0 comments:
Post a Comment