Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Tuesday, March 29, 2016

Sang Keledai dan Sang Perampok - Dongeng Yunani

Cortesy of openclipart.org
dongeng anak dunia - Zaman dahula kala tersebutlah seorang saudagar gandum yang selalu berkeliling membeli gandum ke ladang-ladang bapak petani dan menjualnya ke pasar yang berada di kota raja.

Bapak petani sedang menunggu sang saudagar datang untuk membeli hasil panen raya gandum yang melimpah ruah, tak lama kemudian sang saudagarpun telah datang dengan membawa dua keledai dan dua kantung besar untuk wadahnya.

Dau kantong besar telah terisi bulir gandum dan sudah siap berada diatas pundak keledai, sang saudagarpun segera pergi dari tempat sang bapak petani.

Memang pagi-pagi buta sekali sang saudagar telah dia siapkan seluruh persiapan termasuk memberikan makan dulu dua keledainya sampai persiapan kantong besar yang akan memuat bulir gandum.

Kini dia bersama dua keledai telah berjalan menuju pasar yang terletak di kota besar kerajaan, sang keledai terkenal akan kekuatan tenaganya.

Waktu terus berjalan tidak terasa sang saudagar telah sampai di kota raja dan menjual dagangannya kepada pembeli di pasar besar tersebut, kini satu kantong besar bulir gandum telah berganti menjadi beberapa kantong kecil uang emas.

Dengan segera sang saudagar memasukkan kantong-kantung uang emas tersebut serta menyelipkan kedalam kantong besar yang ada dipunggung sang keledai yang kantong gandumnya telah habis terjual.

"Untuk hari ini cukup sudah aku mendapatkan hasil yang lumayan" pikirnya dalam hati segera saja sang saudagar mengajak pulang dua keledainya. "Hari ini aku berdagang cukup sudah mendapatkan hasil yang lumayan banyak."

Namun sang saudagar tidak tahu dan tidak mengetahui semenjak dia datang dan masuk kedalam pasar beberapa pasang mata penjahat sang perampok terus mengawasinya, mereka terus mengincarnya.

Dengan pongahnya sang keledai sangat bangga sekali sang tuannya telah percaya kepadanya untuk membawa kantong emas.

Ringkikkan sombong terdengar sang kawan yang masih mengakut bulir gandum yang sangat berat, namun dia diam saja tidak bersuara sedikitpun.

"Hai kawan lihatlah aku kini, kamu harus tahu siapa aku sekarang. Sang tuan telah percaya penuh terhadapku untuk membawa kantung-kantung emas ini kepadaku," berkata sambil membusungkan dadanya, sombong sekali dia kini.

Tidak seperti tadi ketika dia membawa satu kantong besar gandum dia menjadi teman perjalanan yang senasib dan sependeritaan tetapi kini, setelah diberi kepercayaan sang tuan dia menjadi keledai yang sangat angkuh sekali.
 
Kota besarpun telah mereka tinggalkan kini mereka bertiga berjalan melewati tempat yang sangat sepi dipersimpangan antara jalan yang masuk kehutan belantara dan perkampung jalan desa.

Tiba-tiba saja dari semak belukar telah keluar beberapa orang dengan menodongkan senjata tajam mengancam mereka.

Secara reflek sang saudagar mengela sang keledai yang membawa kantung-kantung emas untuk kabur meninggalkan tempat tersebut, namun komplotan perampok telah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Segera saja satu jeratan tambang yang sangat kuat telah dipersiapkan sebelumnya, sang keledai pembawa kantong emaspun terjerembab jatuh tetapi sang keledai terus meronta berusaha melepaskan diri.

Sang perampok yang bertugas melumpuhkan sang keledai pembawa kantong emas dengan sigap menghajarnya supaya dia diam dan berhenti meronta, tentu saja sang keledai kepalanya pada benjol-benjol terkena pukulan sang perampok.

Secepat kilat para perampok itupun mengambil kantung-kantung emas yang berada diselipan kantung besar tempat menyimpan gandum.

Setelah berhasil merampas kantung-kantung emas, mereka segera meninggalkan tempat tersebut, sang perampok berhasil menggondol kantung-kantung emas milik sang saudagar.

Setelah sang perampok pergi, sang saudagar segera menghampiri sang keledai yang terjatuh tergeletak dipinggir jalan tadi, dengan cepat dia membantu sang keledai berdiri.

"Betapa sakitnya pukulan-pukulan sang perampok itu, kepalaku pada bengkak-bengkak begini!" serunya menahan rasa sakit disekujur tubuhnya.

"He-he-he-heh!" sang keledai yang masih membawa gandum menjawab. "Mengapa sang perampok tidak mengambil barang bawaanku saja biar aku tidak berat-berat membawa gandum ini!" he-heh ringkiknya.

Ledekkan halus terlontar dari mulut sang keledai yang masih membawa gandum, tetapi kini sang keledai yang tadi sombong terdiam tertunduk malu oleh sang sahabatnya.

"Seluruh perampok yang ditempat sepi didaerah persimpangan hutan ini terkenal dengan kekejamannya, untunglah kita semua sekarang masih selamat! "Mengenai emas yang diambil perampok itu kita tidak usah berkecil hati memikirkannya masih ada satu kantung besar gandum! kita masih bisa menjualnya nanti," sang saudagar berkata.

Walaupu harta bendanya emas telah diambil komplotan perampok namun sang saudagar adalah orang yang selalu tabah dalam menghadapi setiap masalah, dia tidak menyesali apa yang telah menimpanya, sungguh berjiwa besar sekali.

Jabatan dan pangkat yang tinggi juga mempunyai resiko tanggung jawab yang lebih tinggi lagi dan tentu saja dengan taruhan yang lebih besar untuk mempertahankannya. Janganlah sombong dengan apa yang bukan menjadi milik kita sendiri, sebab suatu waktu semuanya akan kembali kepada pemiliknya. Sekian.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Cara Hidup Sehat, 9 Tips Melakukannya
Erdogan: 5.359 Militan Kurdi Tewas Sejak Juli
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...