Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Tuesday, January 19, 2016

Anak Itik Buruk Rupa - Dongeng Namibia

Courtesy of Courtesy of kidtozz.blogspot.com
dongeng anak dunia - Tersebutlah cerita dari sebuah peternakan pada zaman dahulu kala tentang seekor induk itik yang mempunyai 7 telur. Sang induk ini sedang mengerami telur tersebut sampai telur-telur tersebut menetas. Tibalah saatnya ketujuh telur itu menetas, satu telur telah menetas dan yang lain ikut menyusul menetas seperti telah berjanjian untuk menetas bersama-sama. Namun ada kejanggalan dari satu telur yang ukuran telurnya juga lebih besar dari keenam telur yang lainnya. Sepertinya sang telur itu masih lama untuk menetas, sebab belum ada tanda-tanda retakan dari kulit telur tersebut.

"Apakah mungkin aku akan tega meninggalakan telurku yang satu ini," dalam hatinya sang induk itik itu sudah ingin mengajak anak-anak yang sudah menetas untuk mencari makanan. Maka sang induk inipun sudah siap akan pergi mengajak anak-anak untuk pergi takkala sang telur yang lebih besar ukuran mulai retak. Dan keluarlah seekor anak itik yang besar menurut ukuran anak itik.

Ketujuh ekor anak-anak itik itupun dia giring menuju tempat untuk mencari makan. Diperhatikannya dari ketujuh anaknya yang baru lahir menetas itu hanya yang terakhir itulah yang berbeda dari yang lain. Anak itik yang lain berbulu kuning mengemaskan dan yang terakhir menetas berbulu kelabu bertubuh besar sertas mempunyai leher yang lebih panjang dari keenam ekor saudaranya. Tetapi sang induk sangat sayang kepada semua anak-anaknya, dia tidak akan pernah membeda-bedakan kasih sayangnya.

Dibawalah anak-anaknya itu keluar dari kandangnya, ketika mereka asyik mencari makanan ditengah perjalanan mereka berjumpa dengan seekor induk ayam yang sama-sama sedang mencari makan.

"Akhirnya menetas juga ketujuh telurmu, tetapi mengapa anak yang satu itu jelek sekali?" kata sang induk ayam sambil menunjukkan jarinya kepada anak itik yang warnanya kelabu.

Tetapi sang induk itik tidak mau membahas masalah itu kerena dia sangat sayang kepada ketujuh ekor anaknya, dia terus saja berlalu dari tempat itu. Hanya kata-kata basa-basi saja yang keluar dari mulutnya.

"Selamat menikmati pagi yang cerah ini, ibu ayam." Itulah sekedar kata untuk menyapa saja, serta merta diapun berlalu.

Sekumpulan merpati sedang mencari makan. Tegur sapa terjadi lagi, mereka bertanya tentang anak itik yang lahir terlambat yang berwajah lain dari keenam saudaranya.

Kembali sang induk itik ini tidak mau membahas masalah ini karena takut akan menyingung perasaan sang anak yang berbeda dari saudaranya. Itulah tanda kasih sayangnya seorang ibu terhadap semua anak-anaknya tidak perduli anaknya itu bagaimana.

Dan bukan hanya disitu saja setiap mereka berjumpa dan melalui perternakan lain serta berpapasan dengan yang lainnya, pasti sang anak yang berbulu kelabu menjadi bahan ejek-ejekkan saja. Saudaranya yang lainpun menjadi kesal dan tidak mau bermain dengan adiknya yang terlahir beda ini.

Tetapi yang lebih sedih lagi sang induk itik, ketika memikirkan tentang anaknya yang berbeda dari yang lain. Hatinya sangat sedih sekali karena dia sangat sayang kepada anak-anaknya.

Sang buruk rupapun tahu yang sedang terjadi akan nasib yang sedang dihadapinya sekarang. Sering dia menangis ketika malam hari tiba, tatkala semua saudaranya sudah tertidur pulas. Dia sendiri tahu walaupun dibenci saudaranya sang ibu sangat sayang kepadanya.

Dari pada menjadi beban keluarga akhirnya sang anak yang terlahir dengan wajah yang jelek ini, pergi meninggalkan rumah peternakannya. Perjalanan sang anak itik buruk rupa ini sampai pada sebuah kolam yang berair sangat jernih, dan disana sedang ada para burung yang sedang minum.

Sang anak itik buruk rupa inipun memasuki kolam itu dan ikut minum air kolam, setelah rasa dahaganya terpuaskan sang anak itik bertanya kepada bapak dan ibu bangau.

"Apa bapak dan ibu bangau pernah melihat anak itik?" Tanya sang anak itik buruk rupa.

"Iya pernahlah, mereka berwarna kuning keemasan yang indah!" hampir bersamaan bapak dan ibu bangau memberikan jawaban.

"Akupun seekor anak itik, dan saudaraku ada enam ekor, namun buluku dan bandanku berbeda dengan mereka!" sang anak itik menerangkan siapa dirinya.

"Tetapi tidak mungkinlah kamu anak itik, tidak ada dalam sejarahnya itik mempunyai anak berwarna kelabu" kata burung kecil berbulu cokelat dan berbintik-bintik warna putih, yang kebetulan ada ditempat itu ikut buka suara.

Perjalanan sang anak itik dilanjutkan kembali dan setiap berjumpa dengan siapapun diperjalanan itik ini selau bertanya. Dan selalu saja jawaban yang diberikan sama yaitu mereka belum pernah melihat ada anak itik berbulu kelabu sepertinya. Tidak terasa perjalanannya sudah terlalu jauh dari rumah perternakkan.

Sepertinya untuk kembali sang anak itik buruk rupa inipun sudah terlalu jauh dan mungkin dia akan lupa jalan pulang. Akhirnya diputuskan untuk pergi mengikuti kaki melangkah, mencari makan apa saja yang ditemukan dalam perjalanan dan mencari tempat tidur direrumputan yang terlindung dari bahaya.

Hingga suatu pagi buta ketika masih tertidur pulas, ada seorang nenek yang melihatnya serta-merta sang nenek menangkapnya. Dibawalah sang anak itik ini, selanjutnya sang nenek memasukkan sang anak itik kedalam sebuah rumah kandang ayam dan diberi makan.

"Hai kamu makanlah dengan kenyang supaya badanmu gemuk, dan bertelurlah yang banyak." berkata sang nenek. Sang nenek setiap paginya selalu mengambil telur-telur ayam disamping kandang yang ditempati sang anak itik.

Kebiasaan sang nenek yang setiap pagi mengambil telur ayam itu, memeriksa lagi keadaan sang itik. Dan berkata kembali, "ternyata kamu tidak bisa bertelur, kalau begitu makanlah yang banyak, ya!"

Sang anak itik inipun bertanya tentang dirinya yang tidak bisa bertelur kepada ayam betina yang selalu bertelur.

"Ternyata kamu seekor itik jantan, mana bisa jantan bertelur."

"Tetapi sang nenek memberimu makanan yang banyak supaya kamu cepat gemuk dan besar, sebab kamu akan dimasak sang nenek menjadi hidangan yang sangat lezat dengan dagingmu yang empuk," kata seekor ayam lainnya yang berada tidak jauh dari kandang yang bersebelahan dengan sang itik.

Sejak kejadian itu sang itik sudah tidak bergairah lagi untuk makan, tubuhnya menjadi kurus tinggal tulang saja yang tersisa. Dan pada kesempatan itu sang nenek pun lupa mengunci pintu rumah kandang ayam, sang anak itik pun tidak tinggal diam segeralah dia kabur dari kandang tersebut.

Dalam pelarian kali ini sang anak itik ini telah sampai disebuah danau yang hampir membeku airnya, musim dingin sangat menyiksanya. Semua jenis burung yang hidup bebas dialam ini pergi terbang mencari tempat yang berudara hangat diselatan negeri itu. Itulah masalah yang harus dihadapi hewan yang hidup dialam bebas.

Danaupun membeku, tempat tinggal sudah tidak layak lagi untuk ditempati apalagi untuk mencari makanan yang begitu susah. Akhirnya tidak ada lagi yang bisa dikerjakan hanya mengigil kedinginan ditempat itu.

Tetapi pertolongan selalu tidak disangka-sangka datangnya, seorang petani datang melewati tempat sang itik yang sedang butuh pertolongan. Walaupun hatinya masih trauma atas kejadian yang kemarin tentang sang nenek yang akan menjadinya santapan. Sang anak itik hanya pasrah saja kepada sang petani yang membawanya pulang.

Sesampainya dirumah sang petani inipun memperlihatkan apa yang dibawanya kepada anak-anaknya. Dan disuruhlah sang anak-anak beliau untuk memberikan sang anak itik makan serta membawanya ketempat yang lebih hangat.

Kebetulan semua anak-anak petani itu penyayang binatang, mereka semua sangat sayang kepada sang itik ini. Dirawatlah anak itik menjadi sehat dan gemuk kembali. Dan karena selalu terbayang ucapan sang ayam kalau sudah gemuk akan dijadikan santapan. Maka dia menunggu cuaca tidak terlalu dingin sang itik buruk rupa ingin cepat-cepat kabur dari rumah petani yang menolongnya tersebut. Namun kesempatan itu belum didapatkannya, dan musim semipun telah tiba.

Prasangka buruk itu ternyata salah sekali, keluarga petani yang baik hatipun telah berniat untuk mengembalikan sang itik buruk rupa ketempat asal dia ditemukan. Sebab mereka akan merasa bersalah kalau memelihara sang itik yang bukan miliknya. Semata-mata hanya menolong saja keluarga petani itu tidak berniat memiliki yang bukan menjadi haknya.

"Didanau atau kolam besar inilah aku ketika pertama kali menemukanmu, kembali kamu kepada keluargamu yang lama telah kelihanganmu!" sang petani berkata kepada sang itik buruk rupa, yang selama ini dia merawatnya.

Sang itik buruk rupapun turun dari pangkuan sang petani, terus berjalan ketengah danau atau kolam besar itu.

"Hatinya sangat berterima kasih sekali kepada keluarga sang petani yang baik hati," namun tiba-tiba lamunannya dikejutkan oleh suara berisik yang datang dari angkasa. Sekelompok burung angsa yang mendarat diatas danau atau kolam besar itu, bulu-bulu mereka begitu putih bersih dengan leher jenjang yang begitu serasi dipandang mata.

Cepat-cepat sang itik buruk rupa ini berenang menjauh dari tempat itu, "aku pasti akan diledeknya lagi oleh kawanan ini." http://robust-chemical.com/lemari-asam-fume-hood-based-on-wooden-structure/ .adv

Namun salah satu dari kawanan itu keburu memanggilnya, "siapakah kamu ini aku tidak pernah berjumpa? Bolehkan aku tahu siapa namamu dan apakah kamu yang tinggal dikolam danau ini?"
Kawanan angsa itu terus mendekatinya, sang itik buruk rupa hanya terdiam dan menunduk malu rasanya diri ini, yang buruk rupa berhadapan sekawanan angsa yang cantik-cantik dan tampan-tampan.

Namun apa yang terlihat dari bayangan dirinya dipermukaan air danau kolam besar itu, sesosok burung putih bersih tampan dan sangat mempesona yang lainnya. Selama ini dia telah salah pandang terhadap dirinya sendiri, "ternyata aku ini bukan itik yang buruk rupa melainkan, seekor angsa yang,...............!" hatinya sangat bahagia setelah menyadari siapa dirinya kini. Sekian.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...