Courtesy of devianart |
Seperti kejadian saat itu salah satu dari dua sahabat ini jatuh sakit, sahabat yang satunya lagi dengan telaten mengurus semua keperluan sahabat tercinta ini. Namun apa yang terjadi, semakin hari semakin parah penyakit yang dialami sang sahabat itu. Penyakit yang dideritanya semakin parah dan sahabat inipun meninggal dunia akibat penyakit yang mengerogotinya.
Sedih dan sangat berduka sekali hatinya ditinggal satu-satunya sahabat tercinta. Tak selang beberapa bulan diapun jatuh sakit akibat penyakit yang datang tidak mengenal ampun, diapun menyusul sahabat setianya, meninggalkan dunia ini.
Tuhan maha kuasa apapun didunia ini kalau yang diatas berkenan maka jadilah itu. Demikian pula halnya dengan dua sahabat ini yang telah meninggal dunia, mereka terlahir kembali dalam bentuk kehidupan yang berbeda. Meraka terlahir kembali dalam bentuk seekor burung Phoenix berkepala dua, kepala kanan sahabat yang meninggal pertama dan kepala kirinya sahabat yang meninggal kemudian.
Seperti cerita yang terdahulu mereka bersama-sama dalam bentuk kehidupan ini. Mencari makan bersama dan memakan makanan yang sama serta dalam jumlah yang sama pula. Dua kepala yang selalu setia dan bersama-sama dalam suka dan duka kehidupan ini. Begitulah mereka bersama kembali dalam segala hal bentuk kehidupan dunia ini dan tidak pernah saling iri serta dengki satu sama lain.
Suatu ketika pada saat sedang bersenda gurau disuatu hutan yang biasa burung Phoenix berkepala dua ini bercengkrama dengan riangnya, tidak sadar tingkah lakunya itu sedang diawasi seorang pemburu yang sudah siap dengan busurnya yang mengarah tubuhnya. Sang Phoenix berkepala dua itu terancam bahaya.
Tetapi sebuah perasaan datang tiba-tiba di hati sang pemburu yang mengurungkan niatnya untuk memanah burung berkepala dua.
"Tidak tega rasanya aku membunuh burung Phoenik berkepala dua ini, dua kepala itu sepertinya saling menyayangi, tidak tega rasanya hatiku untuk membunuh sang burung Phoenix berkepala dua ini."
Akhirnya sang pemburu pun pulang dan menceritakan pengalamannya kepada setiap orang yang bertemu dengannya. Bahwa ada seekor burung Phoenix berkepala dua yang sangat lucu di suatu hutan tidak jauh dari kerajaan tersebut. Tersebarlah cerita tentang seekor burung Phoenix berkepala dua yang hidup dihutan ke seantero kerajaan. Burung phoenix adalah burung langka, dan lebih-lebih burung tersebut berkepala dua. Cerita heboh inipun sampai ditelinga sang Raja waktu itu.
Dan sang Rajapun tertarik untuk memiliki burung Phoenix yang langka. Maka Rajapun bertitah untuk menangkap burung itu hidup-hidup dan dibawa kehadapannya.
Tertangkaplah burung Phoenix dengan dua kepala itu.
Dibuatkanlah sangkar yang sangat bagus dan besar pula. Setiap hari sang Raja melihat dan mengurus sendiri burung kesayangan ini dan terus mengagumi akan keindahan warnanya.
Setiap sang Raja memberi makan satu kepala burung itu akan membagi kepala lainnya, begitupun ketika sang Raja memberikan makan yang lainnya, dengan sebaliknya burung itu membaginya. Dan terus menerus tidak ada yang serakah dalam segala jenis makanan maupun pekerjaan, selalu membagi rata satu sama yang lain.
Dicobanya lagi Sang Raja memberikan makan kepada satu kepala, dan ketika akan membagi kepada kepala sebelahnya sang Raja menghalangi dengan tangannya.
Tetapi yang terjadi adalah kepala yang masih membawa makanan tersebut akan membuangnya. Demikian juga sebaliknya kepala satu tidak akan makan jika kepala yang lain tidak ikut makan.
Marahlah sang Raja ini kepada burung Phoenix ini. Dipanggillah seorang penasehat kerajaan untuk memisahkan dua kepala burung itu.
Sang penasehat akhirnya membawa burung itu, mau tidak mau sang penasehat itu melaksanakan tugas tersebut walaupun dia sendiri tidak tahu caranya. Dua kepala burung yang sama harus dipisahkan, dia hanya bisa mengulur-ngulur waktu saja. Dan yang lebih menantang dari tugas sang raja adalah, bilamana berhasil memisahkan dua kepala burung Phoenix tersebut, sang penasehat akan diberi setengah dari kerajaan sebagai hadiahnya.
Dari hari ke hari sang penasehat hanya mengamati tingkah laku sang burung dan tidak ada satu carapun yang bisa dia temukan untuk memisahkan kepala sang burung.
"Dengan cara apakah kedua kepala burung itu bisa dipisahkan? Ah rasanya tidak mungkin bisa itu terjadi!"
Dan sacara tidak kebetulan sang penasehat melihat gerakan, kepala sang burung yang kadang-kadang menghadap kearah yang berlainan. Dan kejadian ini selalu dilakukan sang burung beberapa kali dalam seharinya. "Inilah caraku untuk memisahkan kenyakinan mereka yang selalu setia satu sama yang lainnya."
Saatnya menjalankan misipun terjadi, ketika dua kepala itu berpaling kearah yang lain, sang penasehat berkata dengan bisikkan pelan kepada kepala kanan, "Tu...tu...tu...tu..." Lalu sang penasehat beranjak meninggalkan tempat itu dan dari kejauhan dia mengawasinya.
Sang kepala burung yang kiripun bertanya kepada kepala burung yang kanan, "apa yang diomongkan padamu tadi?"
Sang kepala burung yang sebelah kananpun menjawabnya, "Tidak berkata apa-apa."
Selang sehari berikutnya sang penasehat inipun melakukan hal yang sama lagi, "Tu...tu...tu..." kepada kepala burung yang sebelah kanan lagi. Dengan sendirinya sang kepala burung disebelah kiri inipun bertanya lagi, dan dijawab oleh kepala kanan, "Tidak, dia hanya berkata yang tidak berarti sama sekali."
Dan sang penasehat selalu melakukan hal tersebut berselang sehari, dan terus menerus. Dan sang kepala kanan selalu menjawab dengan kata-kata, "Tidak berarti apa-apa." Timbullah sikap tidak senang dalam pikiran si kepala kiri dan mulai marah.
Hingga pada suatu ketika sang kepala kiri marah sampai pada puncaknya. "Berbisik apa sih?!" Dengan ketusnya sang kepala kiri bertanya, "Biasa bukan apa-apa, tidak ada artinya sama sekali."
Sehingga ketika sang penasehat berbisik lagi, sang kepala kiri marah sekali dan berkata, "mengapa dia selalu berkata kepadamu saja, apa ada yang dirahasiakan dariku?!"
Kepala kananpun menjawabnya, "Sang penasehat hanya berkata yang tidak ada artinya sama sekali dan saya juga tidak mengerti apa yang dikatakannya."
"Mungkin saja kamu berbohong," berkata sang kepala sebelah kiri. Sahabat setia inipun menjadi marah. Itulah kali pertama dua orang sahabat ini bertengkar, setelah bertahun-tahun lamanya mereka menjalin persahabatan.
"mengapa kamu tidak percaya padaku ya?" Sang kepala kanan membentak, "Aku ini lebih dari sekedar teman?"
"Tetapi mengapa kamu tidak berkata jujur padaku?" tidak kalah nyaringnya bentakkan sang kepala kiri.
"Baiklah, sang penasehat hanya berkata begini kepadaku 'Tu...tu...tu...tu.'"
"Oh, kamu pikir aku akan percaya kata-katamu itu?" Tetap saja sang kepala kiri tidak percaya apa yang dikatakan sahabatnya tersebut.
"Sahabatku tercinta hanya itulah yang dikatakan, tidak kurang juga tidak lebih," sang kepala kanan menegaskan sekali lagi.
"Aku tetap tidak percaya sama sekali, kalau memang dia hanya berkata demikian mengapa dia datang hampir setiap hari?"
"Tentu saja kamu punya rahasia yang aku sendiri tidak boleh tahu." Kepala kiri burung itu tetap tidak percaya.
"Aku menjujung tinggi nilai persahabatan ini. Serta aku menghormati kamu lebih dari sekedar teman. Tetapi telah aku anggap kamu sebagai saudara sendiri." Itulah kata-kata yang keluar dari mulut sang kepala kanan dengan nada yang sangat tinggi dikarenakan marah sekali.
"Saudara sih saudara, tetapi kamu saudara yang tidak dapat dipercaya." Begitupun sang kepala kiri menimpali teriakan sang kepala kanan.
Pertengkaran pun tidak bisa dielakkan lagi, mereka saling patuk-mematuk yang sangat serunya, dan lagi mereka saling dorong mendorong satu sama lain. Perkelahian yang sangat seru sekali antara dua kepala burung Phoenix.
Sementara dari kejauhan sang penasehat Raja hanya melihat saja. Kedua kepala itu belum sadar kalau perkelahian yang meraka lakukan akan berakhir dengan kematian.
"Menjauhlah, aku tidak sudi punya sahabat seekor pembohong sepertimu." Kepala kiri masih tetap tidak percaya akan keterangan sang kepala kanan.
"Door!," ada suara letusan yang sangat keras, yang terjadi berikutnya sang badan burung Phoenix meledak dan menjadi dua bagian yang sama. Ternyata dua bagian itu membentuk dua burung yang sama, sang kepala kanan kini telah hadir dengan badannya yang utuh sebagaimana burung pada umumnya. Begitupun sang kepala kiri kini telah tampil dengan badan yang seutuhnya juga.
Sang penasehat kerajaan cepat menangkap dua ekor burung Phoenix itu dan memasukan mereka dalam dua sangkar yang berbeda.
Sang burung Phoenix itupun kini telah terpisah untuk selama-lamanya, mereka tidak lagi bersatu kemanapun mereka pergi, mereka telah menjadi korban adu domba sang penasehat kerajaan tersebut.
Akhirnya sang penasehat membawa burung Phoenix itu ke hadapan sang baginda Raja. Raja pun sangat puas dengan kerja sang penasehat yang telah melaksanakan tugas dengan baik.
Sang penasehat sangat bangga dengan pujian sang Raja, walaupun tindakan yang dilakukannya telah membuat Fitnah kepada sang burung Phoenix. Yang pada akhirnya kedua sahabat itu pecah dan saling bermusuhan.
Sebelum meninggalkan istana, sang penasehat menagih janji sang Raja, tentang hadiah setengah kerajaan yang akan diberikan kepadanya. Namun sang Raja tidak pernah ingat dengan janjinya.
Dan sang Rajapun memberikan cuti yang cukup lama kepada sang penasehat dengan beberapa hadiah tentunya. Akhirnya sang penasehatpun pulang dengan sedikit hati yang kecewa.
Dalam perjalanan pulangnya sang penasehat berpikir tentang apa yang telah dilakukannya terhadap sang burung Phoenix itu.
"Persahabat yang mereka bina dan pelihara bertahun-tahun akhirnya berantakan gara-gara fitnah yang aku terorkan"
Itulah perbuatan mengadu domba yang sangat tidak pantas dilakukan oleh siapapun.
Salam,
oleh: mamang
edit: n3m0
0 comments:
Post a Comment