Courtesy of facesinplaces.blogspot.com |
Sebagai seorang istri yang baik tentu saja sang istri inipun bersedia pindah ke rumah barunya bersama sang suami tercinta.
Tahun-tahun pertama yang sangat bahagia mereka arungi berdua dengan penuh madu bahagia mewarnai kehidupan mereka. Tetapi alam berbicara lain, panen demi panen yang mereka hadapi selalu gagal saja diakibatkan kemarau yang begitu pajang melanda desa tempat mereka tinggal. Kehidupan rumah tangga mereka yang sejatinya bahagiapun kini diusik kemiskinan yang menderanya. Semua kebutuhan yang dibutuhkan setiap harinya susah didapatkan, hidup mereka kini sangat menderita sekali. Itulah gejala yang ditimbulkan alam untuk umat manusia didunia ini.
Setelah sekian lama sang ibu merasa kangen ingin bertemu sang anak perempuan tercintanya. Betapa kagetnya melihat hidup yang dialami anak tercinta itu, hidup penuh penderitaan dan kemiskinan. Sang ibu pun mengajak anak tercintanya untuk bercakap-cakap atau ngobrol di dalam hutan tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Setelah sampai di hutan berhentilah sang anak dan ibu itu dibawah naungan sebuah pohon yang sangat rindang, "Bicaralah apa yang membuat raut mukamu kelihatan begitu sedih sekali?" Sang ibupun bertanya dengan nada sangat khawatir sekali terhadap derita yang dialami anaknya.
Sang anak perempuan itupun bercerita tentang penderitaan yang mendera hidupnya sekarang ini, sambil menangis dan meneteskan airmata yang tiada henti-hentinya begitu sedih sekali.
"Baiklah anakku! ibumu ini sudah tua dan mungkin terlalu jauh kalau datang ke tempatmu setiap saat, maka kamu datanglah ke tempat ini, di bawah naugan pohon rindang ini. Adukanlah derita hidup mu pada pohon ini," berkata sang ibunda kepada anak kesayangannya itu.
Dan sang anak pun berjanji untuk menuruti nasehat dari sang ibu tercinta. Begitulah setiap kesusahan hidup yang melandanya, sang anak selalu pergi ke hutan yang terdapat pohon itu untuk berkeluh-kesah tentang derita hidupnya.
Dan ketika sang ibunda datang untuk yang kedua kalinya ini, terlihat wajah sang anak kandungnya ini sedikit ceria tidak seperti yang pertama ketika dia datang berkunjung.
"Akhirnya kehidupanmu kini telah lebih membaik kan? Mukamu kini tidak nampak sedang menderita," berkata sang ibunda tercinta.
"Biasa saja bu. Kehidupanku tidak ada perubahan sama sekali," menjawab sang anak perempuan itu.
"Tetapi mukamu kelihatan sumringah begitu, dan wajahmu lebih berseri?" bertanya sang ibu tercinta ini.
"Setiap hatiku dilanda penderitaan tentang kesusahan hidup ini saya selalu datang dan mengadu kepada pohon yang ada di hutan itu, bu. Dan setelah itu penderitaanku akan berkurang," berkata sang anak perempuan itu serta langsung mengajak sang ibunda tercinta kehutan tempat pohon itu berada.
Ternyata pohon yang dulunya rimbun dan daunnya lebat itu kini telah layu dan kering hampir mati, ternyata pohon itupun telah menyerap air mata penderitaan yang dikeluhkan sang anak perempuan itu.
Maka ceritakanlah semua kesedihan dan uneg-uneg yang kamu derita kepada keluarga atau teman dekatmu yang dapat kamu percaya, niscaya penderitaan yang kamu rasakan akan berkurang dan akan ada rasa lega dalam hatimu.
Salam,
oleh: mamang
edit: n3m0
0 comments:
Post a Comment