Courtesy of vectortoons.com - awan kecil yang berkorban untuk makhluk lain |
Bumi kala itu seperti dibakar atau dipanggang, tanah menjadi gersang karena di dera kemarau yang terus menerus tidak berkesudahan. Sang awan kecil berpikir sedih, "Jika aku mampu membantu kehidupan manusia di bawah sana, pasti aku bantu mereka semua dengan senang hati".
"Dan apabila aku mampu membuat pekerjaan bagi orang-orang miskin dibawah sana, supaya hidupnya layak dan bisa menafkahi anak istrinya, alangkah senangnya hatiku ketika aku dapat menyaksikan hidup mereka dalam keadaan yang berkecukupan."
Itulah cita-cita dalam angan-angan pikiran si awan kecil yang berhati mulia dan berbudi luhur.
Si Awan kecil yang berhati besar itu kini telah berkumpul dengan awan-awan kecil lain dan membentuk gumpalan awan hitam yang sangat besar, yang akan turun ke bumi untuk menolong atau membantu orang-orang miskin dibumi. Itulah keinginan besar dalam hati si awan kecil.
Hari demi hari bumi semakin panas saja, sang matahari tidak pandang bulu membakar apa saja yang dijumpainya. Banyak hewan-hewan mati kehausan, tumbuh-tumbuhan mati kekeringan dan bahkan manusia pun banyak yang mati kelaparan atau kehausan. Bencana yang sangat berat lagi menimpa orang-orang miskin yang harus membanting tulang dalam situasi panas yang menyengat bumi kala itu. Dalam kepedihan hidup itu sering terlontar doa-doa dari yang tertindas, sambil mendongakkan wajahnya memandang ke angkasa. "Tolanglah kami orang-orang miskin di muka bumi ini. Hai sang awan jadilah hujan yang menyirami seisi dunia ini," itulah kata-kata yang terucap dalam hati kecil orang-orang miskin yang tertindas.
Secara tidak sengaja apa yang di keluhkan orang di bawah sana itu terdengar oleh sang awan kecil yang sedang dekat melayang-layang di dekat bumi saat itu. "Tetapi aku tidak bisa terlalu dekat dengan bumi, sebab jika terlalu dekat dan lama berada dekat bumi akupun lenyap dan mati." Sambil melayang meninggalkan tempat itu menjauh dari bumi, awan kecil berjanji dalam hatinya." Pasti aku akan kembali menolong semua umat manusia yang membutuhkanku".
"Tunggu Saja waktunya aku datang bersama teman-temanku mengunyur bumi ini dan akan menjadi anugerah yang sangat besar bagi kehidupan di jagat raya," awan yang berjiwa besar itu berjanji.
Tiba-tiba angkasa raya pada saat itu diselimut awan mendung yang sangat gelap, semua makhluk di muka bumipun bersyukur.
Sang awan yang telah berkumpul itupun telah siap turun menunaikan tugasnya. Jagat raya diselimuti mendung petir menyamnbar nyambar, guntur bersautan disertai angin yang kencang pertanda hujan akan turun dengan derasnya. Sang awan kecil yang telah bersatu dengan beribu-ribu awan kecil lainnya telah siap berkorban.
"Inilah pengorbananku sang bumi, telah kupersembahkan kehidupanku untuk semua makhluk di alam bumi ini. Untuk manusia, semua binatang dan seluruh pepohonan yang hidup di muka bumi ini."
Hujan saat itu turun dengan derasnya membasahi seluruh permukaan bumi yang telah lama kering dan gersang dilanda musim kemarau yang berkepanjangan. Usailah tugas yang menjadi pengorbanan sang awan kecil saat itu.
Awan memberi hujan kepada bumi, dengan sendirinya sang awan akan mati, pengorbanan yang sangat besar.
Tetapi sang awan akan mendapat balasan yang sangat banyak dari pengorbanan ini, tanah akan subur kembali, petani akan dapat bertani kembali. Tumbuhan akan bertunas kembali dan tumbuh benih-benih baru yang akan meneruskan ke generasi lainnya.
Semua hewan binatang akan dapat makanan yang dicarinya dan hidup dalam kecukupan yang damai.
Seluruh makhluk yang hidup di bumi ini sangat-sangat berterima kasih kepada sang awan yang telah rela berkoban hidupnya untuk kelangsungan kehidupan seluruh makhluk di muka bumi ini. "Seluruh cintaku dan seluruh pengorbananku ku persembahkan untuk kebahagiaan orang lain." Itulah kata-kata terakhir yang terucap dari sang Awan kecil.
Wasalam.
oleh: mamang
edit: n3m0
0 comments:
Post a Comment