Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Monday, February 29, 2016

Sang Pemburu dan Penunggang Kuda - Dongeng Yunani

Courtesy of id.aliexpress.com
dongeng anak dunia - Disebuah padang rumput yang sangat luas sekali terlihat seorang pemburu yang sedang memeriksa perangkap yang dipasangnya tadi pagi. Waktu itu matahari telah menunjukkan sinarnya merahnya diufuk barat hari telah menjelang sore yang menandakan siang akan berganti kepada malam hari.

Senyuman bahagia terukir dari bibir sang pemburu, "anak-anak dan istriku dirumah pasti akan senang dengan hasil buruan yang kudapat!" serunya dalam hati.

Seekor kelinci yang sangat gemuk sudah terjebak alat perangkap yang dia pasangnya tadi pagi, sang kelinci yang berusaha lepas merontak-rontak kesana-kemari.

Dengan cekatan sang pemburu mengikat kedua kaki kelinci dengan tali yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan sang pemburu pun beranjak dari tempat itu untuk pulang kerumahnya.

Sudah terbayang dalam hati sang pemburu, sang istrinya dirumah akan masak sup kelinci atau panggang kelinci yang sungguh lezat, dimakan ramai-ramai bersama sekeluarga tercinta.

Langkah kakinya terus berjalan dijalan setapak menuju rumahnya, didalam kampung dekat pinggir padang rumput yang kini tandus tempat sang pemburu mencari buruannya.

Namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti tatkala seorang penunggang kuda yang berlari cepat dan mendadak berhenti didepan sang pemburu yang sedang aysik dengan lamunannay.

Sang penunggang pun menyapanya, "sore yang indah bapak pemburu, apa kabar?, apakah hasil tangkapanmu itu akan dijual kepadaku? Sudah lama sekali aku tidak makan daging kelinci!"

Sang bapak pemburu menjawab pertanyaan sang penunggang kuda, "kabar baik tuan, namun sangat menyesal sekali aku tidak bisa menjual kelinci ini! anak dan istriku dirumah sedang menungguku mencari makanan! dan memang dirumahku malam ini tidak tersedia apa-apa, kelinci ini tentunya akan dijadikan makan malam keluargaku."

"Jangan khawatir bapak pemburu aku akan kasih harga kelinci itu dengan uang yang cukup banyak!" sahutnya lagi.

"Kelincimu itu akan aku bayar dengan harga lima ekor ayam yang besar-besar, cukup untuk makan keluargamu satu minggu!"

Sang pemburu memikirkan tawaran sang tuan penunggang kuda, dan setelah beberapa saat berfikir sang bapak pemburu pun setuju atas tawaran yang diberikan.

"Baiklah!" kelinci hasil buruan itu pun diberikan kepada sang tuan penunggang kuda. Sang tuan penunggang kuda mengambil kelinci dan mengikat disamping pelana kudanya.

Sang pemburu mengulurkan tangannya meminta bayaran uang yang telah dijanjikan sang tuan penunggang, sang tuan penunggang kuda menyusukkan tangannya dibalik baju meraih sesuatu dari baliknya.

Ternyata hanyalah debu putih yang dilempar tepat diatas muka sang pemburu. Sang tuan penunggang kuda menyentak tali kekang kudanya dan kuda pun berlari dari tempat itu.

Dengan mata yang perih penuh debu putih yang halus, sang pemburu mengejar sang tuan penunggang kuda yang telah menipu hasil buruannya.

Cepat juga sang pemburu larinya mengejar sang penipu, namun tatkala mau sampai, sang tuan penunggang kuda menyentak tali kekangnya dan kuda pun berlari lagi dengan cepat.

Terus saja sang pemburu berusaha mengejar sang tuan penipu dengan gigihnya, kejadian tadi pun terulang beberapa kali, kembali sang pemburu hampir meraih sang penunggang kuda namun seperti tadi sang penipu menyentak tali kekang kuda.

Ternyata sang tuan penunggang kuda bukan saja menipu, dia pun mempermainkan sang pemburu yang bodoh dan dapat ditipunya.

Setelah merasa dipermainkan dan sang pemburu pun tahu tidak mungkin dirinya mengejar kuda yang berlari dengan cepat dia pun menyerah.

"Oh ternyata kamu bukan saja menipuku tetapi kamu juga mempermainkan aku!" teriakntya. "Baik-baiklah, kamu ambil saja kelinci itu sebagai oleh-oleh dari keluargaku!" teriaknya kepada sang penunggang kuda yang sudah pergi jauh dari tempat itu.

Sang pemburu pun membalikkan badannya kembali menuju tempat tinggalnya. Kelinci hasil buruan kini telah berpindah tangan kepada Sang tuan penunggang kuda penipu yang telah tega mengambil makan malam keluarganya. Hatinya sudah rela dengan kelinci yang memang bukan milik rejeki keluarganya.

Musibah, bencana, nasib sial, apes, naas, sebaiknya kita menerimanya dengan ikhlas dan berbuatlah yang baik, sebab nasib buruk yang menimpa kita jangan dibalas perbutan buruk karena itu bukan jalan keluar atau solusi yang baik.

Semuanya harus dijadikan pacuan untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi kehidupan dunia yang sangat kejam ini. Sekian.

Wasalam.
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Tips Awet Muda, Ini Triknya Biar Terlihat Muda
Saudi: Rusia dan Rezim Assad Langgar Gencatan Senjata
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...