Courtesy of plus.google.com |
Langkah-langkah kaki ribuan kelinci terdengar bergema diseluruh rimba hutan belantara kala rombongan-rombongan kelinci itu berdatangan satu kelompok. Mereka terdengar berkelakar dengan sahabat handai tolan dan kawan lama yang berjumpa disaat itu.
Bercanda melepas rindu, inilah suatu satu kesempatan yang jarang terjadi.
Lapangan tandus tengah rimba belantara telah padat terkumpul, dan salah satu tetua naik diatas batang kayu yang tinggi.
"Salam hormat kami kepada seluruh bangsa kelinci yang telah sudi datang pada kesempatan yang jarang ini!" sang tetua memulai pembiraannya.
"Kepada ketua kelompak yang terhomat!. Kepada ibu-bapak yang terhomat!. Kepada pemuda-pemudi yang terhomat dan anak cucu cicit yang saya cintai dan kepada seluruh hadirin yang hadir disini!"
"Rapatkan barisan, kita akan berjuang mulai saat ini, sudah waktunya sekarang kita tidak takut kepada siapa pun yang hidup rukun di hutan yang kita cintai ini!"
"Dari zaman nenek moyang kita terdahulu kita selalu di rundung ketakutan dan curiga kepada siapa saja bangsa lain yang hidup di hutan ini, kita mulai hari ini harus merdeka, jangan selalu berlari dan berlari kelubang karena ketakutan dimangsa banngsa lain, kita harus melawan!."
"Kita sudah layak hidup berdampingan dengan semua bangsa yang ada dihutan ini jangan menjadi bangsa yang lemah yang selalu ditindas, jangan menjadi bangsa yang selalu bersembunyi dilubang gelap dengan ketakutan."
"Jumlah bangsa kita telah banyak dan bangsa kita akan besar kalau bersatu, kita pasti menang!." Disambut sorak sorai riuh rendah saat itu memenuhi lapangan, mereka semua terbakar emosinya oleh sang tetua yang berpidato.
"Setuju-setuju! Siap-Siap! Merdeka kita harus merdeka-merdeka!" itulah teriakkan histeris bangsa kelinci yang mendengar pidato dari sang tetua mereka.
Namun masih ditempat sekitar lapangan, didalam gua yang menjadi tempat tinggal atau rumah sang raja hutan singa.
Semenjak dari tadi sebelum acara rapat dilapangan itu dimulai, sang singa telah mengawasi tempat itu dari lubang lorong gua tempat tinggalnya. Walaupun dari tadi perut telah memanggil-manggil melihat sarapan pagi yang banyak tersaji didepan mata. Ketika rombomgan demi rombongan berdatangan, sang raja hutan semakin penasaran ada apa gerangan yang akan dilakukan ribuan kelinci ditempat lapangan tandus kawasan kekuasaan.
Sang singa telah mendegar apa yang diucapakan tetua yang naik diatas batang kayu besar yang ada ditengah lapangan. Ditengah gemuruh sorak dari ribuan kelinci sang raja hutan mengaum, suaranya mengalahkan ribuan kelinci yang sedang bersorak.
Bagaikan guntur menggelegar suaranya membuat ribuan bangsa kelinci ciut nyalinya dan lari berhamburan kesegala arah dari tempat itu.
Mereka ada yang bertabrakkan sesama teman, ada yang berguling-guling karena terseruduk dari belakang, ada yang terinjak-injak, ada yang berlari tetapi tidak bisa cepat karena berdesak-desakkan tidak beraturan.
Rapat bubar dengan kacau balau tidak beraturan, masa menghilang dalam sekejap saja mereka mencari perlindungan diliang atau lubang-lubang untuk bersembunyi.
Bangsa kelinci tetap dilubang-lubang persembunyian tidak keluar dalam beberapa hari ini, mereka menjadi lebih berhati-hati dalam setiap langkah dan tindakkannya.
Maksud baik saja harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh atau kerja keras. Sekian.
Wasalam.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Hari Senin, Bagaimana Menghadapi Dengan Senyum?
- Ledakan di Baghdad, 70 Orang Tewas
0 comments:
Post a Comment