Courtesy of kisahmotivasihidup.blogspot.com |
Namun sang Raja sangatlah kebingungan dalam menentukan siapa di antara ketiga anak kembarnya yang akan menjadi putra mahkota, sebagai penerus tambuk pimpinan kerajaan negeri ini. Sang permaisuri melahirkan 3 pangeran kembar, inilah permasalahan yang sedang di hadapi sang Raja arif bijaksana ini.
Namun dalam renungan permasalahan yang sedang di hadapinya itu, sang Raja mendapat petunjuk dalam mimpinya. Sang Raja harus mencari tiga Guru yang sakti yang terpilih dari pelosok negeri untuk mengajari ketiga putra pangeran tersebut.
Guru pilihan tersebut harus mengajari dengan tekun dan rajin supaya menjadi anak-anak yang pandai dan dapat menguasai ilmu sampai tingkat tinggi.
Dan nanti pada saat umur mereka sudah dewasa atau tujuh belas tahun, sang Raja sudah siap dengan sebuah kompetisi yang akan menguji kepandaian dan kecerdikkan ketiga anak pangeran tersebut. Nanti akan kelihatan siapa diantara ketiga anaknya tersebut yang berhak menjadi penerus tahta kerajaan negeri tercinta ini.
Hari pun berganti minggu, minggu pun benganti bulan dan tahun pun telah berlalu berganti, kini sudah sampai waktu yang telah ditentukan, ketiga anaknya telah menginjak umur 17 tahun.
Sang baginda Raja memanggil sang jendral yang menjadi kepercayaannya, untuk pergi ke negeri Siam membeli tiga gulung kain sutera yang bermutu paling bagus.
Maka sang baginda pun membuatkan pigura untuk memasang kain sutera itu menjadi sebuah kanvas yang besar. Berkilaulah kanvas yang terbuat dari kain sutera dengan tenunan yang begitu memukau mata yang melihatnya.
Seluruh rakyat negeri sudah tidak sabar menanti sayembara yang akan di adakan sang Raja untuk ketiga putra pangeran.
Bertahun-tahun sudah lamanya penantian yang mereka tunggu kini akan berlangsung di depan mata mereka, siapakah yang nanti akan menjadi Raja dan apakah pangeran pertama atau pangeran kedua ataukah pangeran yang ketiga.
Masing-masing dari ketiga kanvas itu harus terisi karya seni yang paling gemilang dan mengagumkan sebagai karya seni yang sangat indah.
Dialah itu yang akan menjadi putra mahkota sebagai penerus tahta kerajaan yang berkuasa penuh dan akan di percaya memerintah kerajaan tercinta sebagi pengganti sang Raja.
Tugas ini di berikan waktu satu bulan untuk ketiga pangeran tersebut, dan hasilnya akan di nilai kemudian oleh sang Raja dan seluruh rakyat kerajaan.
Seluruh rakyat negeri angkat bicara tentang apa gerangan yang akan terjadi dengan ketiga pangeran yang sedang bertanding.
Seluruh awak media membahas apa yang akan dilakukan masing-masing putra Raja dengan keahlian yang mereka miliki.
Pangeran pertama adalah seorang yang seniman sastra, seorang penyair yang telah banyak karyanya diminati seluruh penduduk negeri. Banyak sudah karya syairnya yang terkenal dan menjadi inspirasi dari sebuah drama dalam pementasan kesenian rakyat, serta puisi-puisi roman atau percintaan, dan menjadikan sebuah karya yang cukup gemilang di bidangnya.
Pangeran kedua, dia seorang yang sangat panadai dalam melukis, lukisannya sangat indah dan mempesona siapa saja yang melihat hasil karyanya. Bahkan hasil lukisan yang di buatnya akan lebih indah dari contoh orang atau pemandangan yang dia lukis, sungguh pelukis yang sangat handal di bidangnya.
Dan terakhir tentang putra yang ketiga dia adalah seorang musisi berbakat dengan mempunyai suara begitu indah untuk di dengar siapa saja. Konon suaranya akan membuat seluruh alam berhenti diam untuk mendengarkan suara merdunya.
Begitu merdu mendengar suara indah nan menusuk kalbu.
Sungguh mengagumkan tiga putra pangeran anak Raja, mereka dengan keahlian yang sangat berbeda dalam dunia seni ini.
Sastarwan akan membuat puisi-puisi indah dan cerita-cerita menarik yang akan menghiasi seluruh kanvas indah itu. Dan tentu saja sang pelukis akan menghiasi kanvas itu dengan sebuah lukisan yang paling indah yang akan di persembahkan buat sang ayahanda. Kemudian sang musisi ini akan mengisi kanvas tersebut dengan sebuah lagu yang bertuliskan syair sangat bagus sekali yang akan tertulis dalam kanvas, untuk di persembahkan dalam perlombaan sanyembara tersebut.
Begitulah guncingan yang beredar luas ditengah penduduk negeri ini hampir semua menilai dari segi keahlian masing-masing anak Rajanya.
Benar saja sang sastrawan mengisi kanvas besar itu dengan puisi-puisi indah dan cerita-cerita yang membuat orang yang membaca tulisan dari puisi dan cerita itu begitu terhanyut ke dalam cerita tersebut sampai ada yang menangis menitikkan air mata tatkala cerita sedih yang mereka baca, dan tertawa tatkala membaca cerita lucu. Semua kagum akan kata bahasa yang diterapkan sang pangeran.
Sang pelukis dengan bangga mempersembahkan sebuah lukisan sang ayahanda Raja yang sedang menunggangi seekor macan besar. Sang Raja terlihat sangat hidup dalam lukisan, seperti sebuah gambar yang sangat nyata sekali membuat sang Raja dan seluruh rakyat kagum terhadap lukisan tersebut.
Namun apa yang terjadi dengan sang putra pangeran yang ketiga, dengan hati-hati sekali dia mencopot kain sutera dari pigura yang membentangnya.
Kain tersebut kemudian dilipatnya dengan sangat rapih sekali dan membiarkan sang pigura bolong melongpong.
Apakah gerangan yang akan di perbuat sang pangeran satu ini?
Sang Raja sangat Heran dengan apa yang di lakukan sang anak tercinta. "Anakku ada apa dengan engkau ini? Mengapa kamu tidak menuruti perintahku nak? Dan mengapa engkau keluar dari sanyembara ini?" tanya sang Raja.
"Ampun paduka ayahandaku yang sangat saya hormati, saya merasa kain sutera itu sudah sangat indah dan mempesona, sepertinya tangan saya tidak patut untuk mencoretkan tinta syair lagu yang saya karang," jawabnya.
Dan sang sang Raja terdiam mendengar alasan jawaban tersebut, beliau bertanya kembali. "Apakah dengan demikian ananda akan berhenti dari sanyembara ini?"
"Ampun paduka Raja ayahanda yang terhormat, pigura hamba boleh kosong tanpa kanvas yang membentang dan lebar, namun bukan tidak ada yang terukir indah nantinya."
Lalu sang pangeran pun berjalan mengambil kain sutera yang terlipat rapih sekali dan diserahkan kepada sang ayahanda, kemudian dia berdiri ditengah kerangka pigura kosong itu. Terus dari balik jubah bajunya sang pangeran pun mengeluarkan sebuah seruling dan meniupnya, menyanyikan sebuah lagu yang sangat merdu sekali.
Sebuah karya lagu yang tercipta begitu indah untuk di dengarkan sampai jauh keluar istana kerajaan, nyanyian merdu merayu yang begitu mempesona pendengar saat itu.
Alam raya seakan terpukau olah alunan merdu seruling yang di tiup sang pangeran.
"Maafkanlah ayahanda tercinta, hasil karya yang ananda buat tidak bisa di lihat oleh mata dan tidak bisa pula di pegang dengan tangan," sambil berkata demikian sang pengeran menghaturkan sembah sungkem kapada sang Raja tercinta.
"Walaupun hasil karyamu tidak dapat di lihat dan tidak dapat di pegang, namun hantamannya sangat menghujam hati semua yang mendengar syair lagumu, anakku!" tutur sang ayahanda Raja tercinta. Sekian.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Perceraian, Bagaimana Menghindarinya?
- Menteri Israel Bantah Pembicaraan Rahasia Dengan Palestina
0 comments:
Post a Comment