Courtesy of www.elevenia.co.id |
Sang lembu adalah pekerja yang sangat rajin, pagi-pagi sekali dia sudah terbangun dari istirahatnya siap berangkat kerja membajak ladang, begitu pun tamu yang tak diundang sang kutu telah ikut terbangun bersamanya. Sang kutu tidak beranjak dari badan sang lembu malah sekarang dia merayak hinggap bertengger diatas kepala sang lembu, dia ikut bersama sang lembu keladang bapak petani.
Dari pagi hingga siang hari sang lembu bekerja dengan giatnya membajak ladang, sang kutu dengan santai mengikuti kegiatan yang dilakukan sang lembu.
Sang kutu pun berteduh dibawah lubang hidung sang lembu tatkala sinar matahari menyengatkan sinarnya, bergoyang-goyang badannya ketika sang lembu makan rumput hijau yang telah disediakan sang bapak petani atau merumput diladang saat tiba makan siang sang lembu.
Dan ketika sang lembu mengambil air sungai untuk kepentingan menyiram tanaman sang kutu ikut bersama, berbak-bak tong air telah dibawa sang lembu dari sungai, sungguh pekerjaan yang sangat berat sekali.
Namun tidak ada sedikit pun kata mengeluh yang keluar dari mulut sang lembu, dia dengan sabar menjalani semua pekerjaannya dengan baik dan rajin sekali.
Hari pun telah menjelang sore saat pulang telah datang, sang lembu menyambut dengan gembira, "tugasku hari ini telah selesai," bisiknya gembira sekali menyambut sore yang cerah dan indah.
Sang kutu mendengar bisikkan itu, namun dia tidak berkata apa-apa untuk menanggapi bisikkan sang lembu yang menurutnya aneh.
Namun terdorong rasa penasaran sang kutu akhirnya membuka mulut bertanya pula kepada sang lembu, "bapak Lembu, bagaimana mungkin kamu bekerja begitu keras setiap hari? badanmu yang begitu besar dan kekar! namun begitu lemah untuk mengabdi jadi budak sang bapak petani!" sang lembu tidak menjawab pertanyaan sang kutu yang menurutnya tidak berguna.
"Apakah kamu tidak melihat aku yang kecil ini? celotehnya lagi. "Tetapi aku bisa membuat mereka tersiksa dengan gigitanku yang sangat gatal. Dan aku dengan sangat enaknya menyedot darah-darah mereka sepuas hatiku." sang kutu sangat bangga sekali dengan pekerjaannya.
Sang lembu akhirnya menjawab semua celoteh sang kutu dengan jawaban yang sangat sabar sekali, "Inilah yang menjadi pekerjaanku! dan sang bapak petani pun memperlakukan aku dengan sangat lembut, baik sekali beliau selalu memberiku makan yang banyak bahkan sampai aku tidak sanggup menghabiskan makanan tersebut!"
"Dan beliau selalu memeriksa keadaan seluruh badanku mengelus-elus seluruh badanku, menepuk-nepuk pundakku, elusan lembut dikepalaku yang membuatku tenang dengan kasih sayangnya selama ini." itulah ungkapan hati sang lembu dengan nada bicaranya yang penuh kesabaran hati.
"Celakalah aku," pekik sang kutu dengan rasa ketakutannya yang berlebihan.
"Hai! ada apakah denganmu sang kutu?" sang lembu sangat heran dengan pekik ketakutan sang kawan yang tiba-tiba berteriak histeris tersebut.
"Tepukkan! oh tepukkan tangan dipundakmu, itulah yang membuatku berteriak, aku sangat takut sekali mendengarnya! bagaimana kalau aku yang ditepuk sang bapak petani maka akan hancurlah seluruh badanku nantinya," menjawab sang kutu.
Sang lembu merasa lucu mendengar jawaban yang keluar dari mulut sang kutu, tertawalah sang lembu.
Sang kutu pun mengikuti tertawanya sang lembu, mereka berdua akhirnya tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata. Sang kutu dan sang lembu memiliki cara yang berbeda dalam menilai perlakuan seseorang untuk menghadapi kehidupan ini.
Sudut pandang setiap orang akan selau berbeda tergantung orang tersebut menilai sesuatu dari sudut mana dia memandangnya. Kebaikkan akan selalu berbuah baik pada akhir dan saatnya, sebaliknya kejahatan itu pun akan berbuah kecelakaan yang akan menimpa tinggal menunggu saat dan waktunya saja. Sekian.
Wasalam.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Konsultasi: Temen Kerja Minggat, Pekerjaan Meningkat!
- ISIS Menarik Diri Dari Beberapa kota di Provinsi Anbar Irak
0 comments:
Post a Comment