Courtesy of catsoffice.wordpress.com |
Celah lubang pohon kini telah berfungsi menjadi sebuah rumah bagi seekor burung hantu yang ramah, sang burung hantu telah lama menempati rumah tersebut.
Hari itu sang burung hantu kedatangan tetangga barunya yang datang, dan akan menempati rumah bawah, sang burung hantu pun menyambut dengan senang hati, sudah sekian lama hidup diatas pohon ini sendirian rasanya ingin sekali hidup bertetangga.
Sang tetangga barunya adalah seekor jangkrik jantan yang kelihatan gagah dengan bulunya yang hitam pekat licin mengkilat, suatu tanda penjantan yang sangat pemberani sekali bagi bangsanya.
Hari pun telah berganti malam seperti biasanya sang burung hantu akan pergi berburu mencari mangsa keladang bapak tani untuk mencari seekor maupun dua ekor tikus ladang yang menjadi makanan kesukaannya.
Dan ketika fajar menyongsong sang burung hantu akan kembali keperaduan rumahnya untuk istirahat seharian penuh. Dipagi yang buta tatkala sang burung hantu pulang kerumahnya sang tetangga masih bersenandung dengan merdunya, "maklum hari masih pagi sang jangkrik mungkin masih asyik dengan nyanyiannya!" sang burung hantu berfikir dalam hatinya.
Krik-krik! krik-krik! krik-krik! krik krik krik krik, itulah nyanyian yang berkumandang sepajang malam dari sang jangkrik.
Seekor jangkrik yang sangat aktif, dia bernyanyi begitu riang gembira sampai lupa waktu sudah siang pun masih saja bernyanyi dengan semangat sekali.
Namun disisi lain sang burung hantu yang baru datang dari pemburuannya dan mau istirahat menjadi sangat terganggu sekali, hatinya menjadi keki, sang burung hantu menjadi tidak senang lagi mempunyai tetangga baru. "Bagaimana aku akan bisa istirahat tenang dengan suara berisik sedemikian rupa!"
"Bapak jangkrik yang baik hati tolonglah berhenti bernyanyi karena hari pun telah cukup siang! tolonglah hargai saya, kita sebagai tetangga yang baik! dan kamu tahu kan! saya baru pulang bekerja mencari makan di malam hari dan harus istirahat pada siang hari."
Namun semua ucapan dari sang burung hantu tidak didengarkannya sama sekali oleh sang jangkrik, dia tetap saja bernyanyi dengan santainya, krik-krik! krik-krik! krik krik krik, tidak menghiraukan sang tetangga yang terganggu dengan sikapnya.
Kekesalan sang burung hantu sudah memuncak namun dia masih dapat menahan diri, ditumpahkan dengan tutur sapa yang sangat sopan sekali, "baiklah hari ini aku akan menikmati makanan lezat kesukaanku dengan nyanyian merdumu! dan sekira engkau sudi datang kerumahku, dengan senang hati aku akan sajikan satu mangkuk madu bunga yang harum semerbak untukmu!" serunya dengan nada suara yang sangat santun sekali.
Pujian sang burung hantu begitu menyentuh perasaan sang jangkrik dan saat itu memang merasa haus, tenggorokkan kering setelah bernyanyi sepanjang malam sampai siang hari belum berhenti, tanpa berfikir panjang dia pun melompat naik keatas rumah sang burung hantu.
Tak ayal lagi sang burung hantu pun membekap dan menutup mulut sang jangkrik yang tidak mau berhenti bernyanyi, ditangkaplah sang jangkrik dengan mengikat kakinya lalu digantung diatas pintu rumah serta tidak lupa menyumpal mulutnya dengan daun kering sampai mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara.
Sang burung hantu sangat marah sampai pada kelimaksnya sudah tidak tertahankan lagi, hilang sudah sifat kesabarannya yang selama ini dia pertahankan berganti marah yang tidak terbendung.
Sang jangkrik bukan mendapatkan semangkuk madu bunga yang harum semerbak dan nikmat, melainkan mendapatkan dampratan dan kemarahan sang burung hantu, kini dia tidak bisa berkutik dan bernyanyi lagi mulut telah disumpal dedaun kering.
"Ternyata orang sabar pun bisa mengamuk dan marah sedemikian rupa!" fikir sang jangkrik dalam hatinya.
Orang hebat yang super sabar pun akan terpancing untuk berbuat marah besar, kesabaran seseorang pasti ada batasnya. Sekian.
Wasalam.
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Konsultasi: Aku Sekantor Dengan Pacar?!
- Tiga Militan Tewas di Dekat Kota Ben Guerdane Tunisia
0 comments:
Post a Comment