Courtesy of sejarahini.blogspot.com |
Siapakah dia? tidak lain dialah Alyka namanya sang anak gadis berparas menawan, namun anda jangan dulu tertipu dengan kecantikan paras wajahnya yang dia miliki.
Dia boleh saja bangga dengan paras wajah cantiknya namun hatinya tidak secantik itu, dia sangatlah jahat terhadap kedua orang tuanya terutama terhadap sang Ibunda yang mengurusnya sedari kecil.
Sayang kecantikan parasa wajahnya tidak sepadan dengan hatinya yang jahat terhadap orang tuanya sendiri, dia bisa dibilang dengan sebutan anak durhaka.
Barang-barang yang mahal tatkala diinginkan Alyka, sang Ibunda harus dapat membelikannya dan apabila tidak dituruti kemauannya, maka ia marah besar dan mengancam akan mogok makan, tentu saja sang Ibunda menuruti apa yang menjadi kemauan bocah perempuan semata wayangnya yang merupakan anak kesayangannya.
Pada suatu hari sang anak memanggilnya, "Ibu! Ibu!", panggil Alyka suaranya keras seperti berteriak. Sang Ibunda datang dengan tergesa-gesa.
"Ada apakah anakku?" katanya dengan cepat sambil mengatur nafas karena berjalan cepat tatkala anaknya memanggil dengan suara bentakkan keras.
"Lihatlah Bu, temanku Anin telah mempunyai tempat pensil yang sangat bagus sementara aku belum punya!" serunya.
"Aku malu Bu, besok aku harus punya dan cepat belikan sekarang," seru anaknya dengan nada suaranya yang sangat ketus terhadap sang Ibunda dengan mimik wajah sombong.
"Namun hari ini Ibu tidak memegang uang untuk membeli kan...," ucapan sang Ibunda belum selesai anaknya telah memotong dengan kata-kata yang lain.
"Aku tidak mau tahu pokoknya besok harus ada, aku mau membawanya ke sekolah, biar si Anin dan teman-temanku yang lain tahu, aku pun punya tempat pensil yang bagus seperti dia," bentaknya, bicaranya nyerocos terus sambil bertolak pinggang tidak ada sikap santun sama sekali terhadap sang Ibu kandungnya.
Kejadian tersebut dilihat sang Ayahnya, sang Ayah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat semua itu, tidak disangka anak perempuannya sangat tidak menghargai Ibunya.
Sang Ibunda kini berusaha untuk mendapatkan uang walaupun dengan cara meminjam sana-sini kepada para tetangganya atau memakai uang tabungan yang tidak seharusnya dipakai untuk keperluan yang kurang bermanfaat.
Dan setelah mendapatkan uang, sore harinya sang Ibunda pun lalu mengajak anak perempuannya untuk pergi ke toko perlengkapan alat tulis sekolah.
Maka sampailah mereka berdua di toko tersebut, Alyka langsung berjalan berkeliling toko mencari tempat pensil yang menjadi keinginannya, dan setelah ketemu barang tersebut, dia pun lalu memanggil sang Ibunda.
"Bu! Ibu kesini!" anaknya memanggil dengan suaranya yang sangatlah lantang sekali ketika terucap, Sang Ibunda pun menghampirinya.
"Apa sudah ketemu tempat pensilnya anakku?" bertanya sang Ibunda dengan suara yang sangat lembut penuh kasih sayang.
"Ada, nih!" katanya sambil memperlihatkan tempat pensil yang sangat bagus dan lagi nge-tren saat itu sambil tersenyum kepada sang Ibunda.
Namun tatkala melihat harga yang menempel pada tempat pensil tersebut, Sang Ibunda merasa kaget karena harganya terlalu tinggi baginya.
"Apakah tidak sebaiknya membeli yang tidak terlalu mahal seperti ini anakku," bujuk Sang Ibunda tercinta.
Namun sang anak manja dan pemarah tersebut terus merengek kepada Ibunya dengan marah-marah sambil menggucang-guncang tangannya, tentu saja Sang Ibunda dengan terpaksa membayarnya ke kasir toko tersebut dan langsung mengajak anaknya untuk pulang ke rumahnya.
Dengan bangga ketika masuk sekolah esok paginya Alyka pamer tempat pensil mahal yang dia miliki kepada teman sekelasnya.
"Waah,... waah keren banget! Alyka," seru Diva teman satu kelas Alyka memuji tempat pensil kepunyaannya.
"Seperti mirip dengan punya Anin anak orang kaya itu! berarti Alyka anak orang kaya juga dong!" Diva berseru kembali memuji teman yang sangat haus akan pujian dan sombong.
Tentu saja Alyka sangat bangga sekali mendapatkan pujian dari teman satu kelasnya tersebut, dia kini semakin sombong saja.
Namun bertepatan dengan saat ini, Anin bersama teman-teman gengnya yang semuanya anak orang kaya datang menghampiri ke tempat tersebut lalu ikut nimbrung berbicara.
"Padahal aku lihat kamu hanya anak orang kampung udik, namun kamu mampu juga membeli tempat pensil yang mahal seperti yang aku punya?" tanya Anin sambil mencibirkan bibirnya melihat Alyka dengan sorot mata menghina sekali.
"Tentu saja aku mampu membelinya orang tuaku kan kaya!" seru Alyka dengan ketus menjawabnya.
Anin menjadi kesal mendengar jawaban Alyka yang sombong, juga mengaku-ngaku anak orang kaya lagi, lantas saja dia merogoh tasnya diambilnya HP keluaran barunya yang baru dibelikan orang tuanya beberapa hari yang lalu.
"Nih lihat HP baruku kamu punya enggak? HP ini mahal lagi karena keluaran terbaru pasti orang tua kamu tidak akan mampu membelinya," kata Anin sambil tertawa-tawa meledek diikuti tawa teman-teman gengnya.
"Kata siapa aku tidak punya," jawabnya ketus. "Besok aku akan membawanya!" jawaban bohong keluar dari mulutnya dengan enteng sekali, seperti sudah terbiasa dengan segala kebohongan selama ini.
"Baiklah aku akan melihatnya besok pagi, awas loh kalau bohong!!" Anin dan kawan-kawannya berlalu dari tempat tersebut.
Namun Alyka hatinya menjadi gugup dengan jawaban tersebut, sebab bagaimana pun besok dia harus mempunyai HP yang mirip dengan kepunyaan Anin, otaknya terus berputar.
Jalan satu-satunya ialah hanya kepada Ibunya yang selalu menuruti apa yang menjadi keinginannya selama ini dengan jalan merengeknya atau mengancamnya dengan berbagai alasan.
Rasa iri, dengki dan berbagai perasaan berkecamuk dalam benak sang anak gadis kecil Alyka yang selalu ingin dipandang teman-temannya orang kaya, wataknya dipenuhi dengan kesombongan.
Dia selalu ingin hebat dalam setiap penampilannya mengikuti model dengan mode baru penampilan yang nge-tren dari kemajuan zaman modern yang semakin canggih saja.
Dalam kelasnya Alyka banyak melamun, dia masih memikirkan tentang HP yang dimiliki Anin temannya, dan bell berbunyi tanda pulang sekolah barulah dia sadar dari lamunannya.
Bell terakhir tanda pulang dari sekolah telah berbunyi, dia pun bergegas pulang menuju rumahnya, yang tidak terlalu jauh jaraknya dari sekolah, langkah kakinya sengaja dipercepat untuk sampai di rumah lebih awal.
Dalam benaknya, sang bocah Alyka telah merangkai kata-kata yang akan diucapkan kepada Ibunya untuk dapat merayu serta mendapatkan apa yang menjadi keinginannya, mendapatkan HP model terbaru seperti milik temannya Anin dengan apapun caranya.
Sampailah dia di depan rumahnya seraya berteriak memanggil Ibunya, "Bu! Ibu! pada kemana sih?" panggilnya dengan berteriak nyaring sekali.
Dan tak lama kemudian sang Ibunda datang menghampirinya dari dalam rumah, wajahnya kelihatan sangat sedih sekali matanya terlihat seperti habis menangis.
"Bapakmu, Anakku,..." katanya terputus terputus menahan duka yang begitu dalam.
"Memang kenapa dengan Bapak, Bu?" Alyka menjadi penasaran atas ucapan sang Ibunya yang terputus-putus.
"Bapakmu telah meninggalkan kita untuk selamanya," Jawab Ibunya sendu.
"Oh! meninggal Bu," katanya datar saja seperti tidak ada kejadian yang luar biasa mendengar jawaban dari Ibunya, raut mukanya tidak memperlihatkan duka dan rasa sedih.
Selesailah pemakaman Bapaknya, kini di rumah hanya tinggal dia berdua dengan Ibunya, hatinya menjadi sangat gembira sebab dia akan bebas meminta apa saja yang menjadi kemauannya, tentu saja barang yang mahal-mahal dan bagus-bagus.
Hampir setiap ada keinginan sang anak pasti akan marah-marah apabila tidak diturutinya, tak terbersit sedikit pun rasa berterima kasih kepada Ibunya, orang yang telah melahirkannya kedunia ini.
Dan hari itu Alyka minta dibelikan kerudung yang sedang nge-tren, namun sang Ibunda belum sempat membelikannya, dia lagi terbaring sakit di atas tempat tidur kamarnya, dan sang Anak Alyka dengan marahnya membanting pintu kamar tidur Ibunya dengan sekuat tenaganya.
Lalu dia pun berlari masuk ke kamarnya sambil menangis histeris berteriak-teriak memarahi sang Ibunya yang terbaring lemas di kamar tidurnya.
Tangisan terisak-isak dibikin sesedih mungkin dengan harapan sang Ibunya akan datang menghampirinya dan pasti dia akan membelai rambutnya dengan kasih sayang dan sudah pasti dia akan berusaha membelikan semua keinginannya.
Namun setelah sekian lama dia menangis sang Ibunda tidak datang muncul ke kamar tidurnya, dia pun menjadi lelah sendiri dengan ke pura-puraan manjanya.
Penasaran dia lalu masuk menghampiri sang Ibunda yang sedang terbaring dalam kamarnya diatas tempat tidur, sang Ibunda telah meninggal dunia terkena serangan jantung tatkala tadi pintu kamar tidurnya di banting dengan begitu keras oleh Alyka sang anak durhaka.
Kejadian yang tidak pernah disangka sang anak Alyka, kini hidupnya tinggal sebatang kara ratapan tangis tidak bisa mengembalikan sang Ibunda hidup kembali, yang selalu mengurusnya dengan segala kebaikkan hati yang begitu tulus.
Gadis manja Alyka yang selalu semena-mena terhadap orang tuanya kini hidup sendiri tanpa ada orang yang selalu menyayanginya, semua tangisan dan penyesalan kini sudah tidak berarti lagi baginya nasi telah menjadi bubur.
Terkadang dia menangis tersedu-sedu terkadang dia tertawa seorang diri bagaikan orang yang sudah hilang ingatan, itulah balasan yang harus dia terima kini, karena durhaka terhadap orang tuanya terutama terhadap sang Ibundanya.
Santun dan menurut terhadap orang tua kita adalah cerminan anak yang baik hati, janganlah berbuat kasar terhadap orang tua kita apalagi terhadap seorang Ibu yang telah melahirkan dan mengurus kita dengan ketulusan hatinya.
Jadilah anak yang berbakti terhadap kedua orang tua kita dan selalu menuruti segala nasihat-nasihat baiknya, pastilah kita akan menjadi anak yang selalu berbahagia. Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
Advertising - Baca Juga :
- Keseimbangan Hidup dan Kerja, Bagaimana Melakukannya?
- Moroi - Vampir Cantik dari Rumania
0 comments:
Post a Comment