Dongeng dan Cerita Pendek Anak Dari Seluruh Dunia Seperti Indonesia, Rusia, Amerika, Cina, Inggris, dan lain-lain

Friday, April 15, 2016

Sang Ayah Bijaksana - Dongeng Yunani

Courtesy of www.ibanesz.com
dongeng anak dunia - Dalam hidup dan kehidpan kita sering menjumpai yang namanya ujian, halangan, dan rintangan hidup yang merupakan perjuangan yang harus kita lalui atau kita lewati. Apakah dengan kesabaran dan berjiwa besar ataukah dengan keputus-asaan itu semua kembali kepada diri kita masing-masing dengan cara mengisyapinya?.

Namun ada kalanya hidup berjalan dengan mulus tanpa ada rintangan dan halangan yang berarti, kebahagian senantiasa selalu bersama dalam kehidupannya walaupun itu semua jarang sekali terjadi, hanyalah kehendak yang Maha Kuasa saja.

Perjalanan hidup yang kita perjuangkan hanyalah liku-liku dari romantika perjalanan kehidupan yang tidak bisa ditolak atau ditawar-tawar oleh seluruh insan makhluk ciptaan Tuhan menurut suratan takdirnya.

Tersebutlah seorang Ayah yang sedang membimbing anaknya dalam suatu perjalanan yang tengah ditempuhnya anatara lain melintasi gunung, bukit terjal dan sungai berliku-liku dilaluinya bersama sang anak tercinta yang usianya masihlah sangat muda belia.

Itulah cara sang Ayah bijak ini mendidik anaknya yang masih lugu dan polos akan arti kehidupan dunia luar yang terbentang luas dihadapannya.

Banyak pengalaman yang akan dipetik dalam perjalanan kali ini sebagai bekal dalam mengarungi hidup dan kehidupan sang anak tercinta tentang betapa luasnya dunia ini penuh dengan keaneka ragaman bentuk isi kehidupan dunia yang tersimpan.

Pada intinya sang Ayah bijak ini mengajari anaknya tentang dunia dan isinya supaya sang anak tercinta mendapatkan ilmu pelajaran yang bermanfaat dan pengalaman hidup selama dalam perjalanan.

"Aduuh....," namun dengan gerakkan reflek sang Ayah bijak telah dapat meraih tangan sang anak, hampir saja terpeleset jatuh kakinya menginjak jalanan licin yang sangat terjal.

"Hati-hati nak!," seru sang Ayah dengan nada khawatir dan penuh perhatian memperingati.

"Baiklah, Ayah," menjawab sang lelaki muda tersebut, mukanya masih terlihat pucat karena kaget saat mau terjatuh tadi.

Namun suara teriak mengaduh tadi sepertinya menimbulkan sesuatu yang menjadi penasaran dibenaknya, lalu dia pun berteriak kembali apakah akan menimbulkan sesuatu suara yang seperti tadi terjadi.

"Woooow.......," bocah muda itu berteriak dengan sangat keras sekali dari atas bukit tinggi tersebut, dengan suara yang membahana terjawablah teriakan yang sama, "Woooow......," sang anak lelaki semakin penasaran mendengarnya.

"Siaaapakah engkauuuuuuuu?" teriaknya kembali dengan nada suara yang lebih keras dari suara terdahulu, "Siaaapakah engkauuuuuu?"

Sang anak menjadi semakin binggung saja mendengar suara yang meniru suaranya dari kejauhan dibawah lembah-lembah ngarai dan disela-sela bukit-bukit.

"Aku bertanya padamuuuuu jawablaah," teriaknya kembali, namun apapun yang dia teriakkan selalu suara yang sama terdengar kembali membuat semakin tidak dapat mengerti saja tentang semua yang sedang dialaminya.

"Kamu tidak dapat mendengar Ya?, Dasar tuli," teriaknya kembali. Namun seperti tadi dia pun mendapatkan jawaban yang sama terucap dari bibirnya berbalik terdengar kembali.

"Baiklah engkau memang Tuli benaran dan menghinaku, akan aku adukkan ini semua kepada Ayahku," teriakkan kesal semakin berani saja mengatakan ucapan yang tidak selayaknya kepada gema yang terpantul karena sang anak tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Sang Ayah hanya diam saja sambil tersenyum melihat sang anaknya yang sedang kebingungan tersebut, lalu sang Ayah bijak menghampiri sang anak tercinta dan berkata.

"Anakku apakah kamu bisa berteriak begini, kamu tampan, kamu baik dan kamu memang anak yang manis." Kata sang Ayah bijak memberi perintah kepada anaknya.

"Baiklah, Ayah!," katanya. "Kamu tampan, kamu baik dan kamu memang anak manis," sahutan pun terdengar dari lembah itu bergema suara memuji yang sungguh menyenangkan hati sang anak muda belia tersebut yang masih memerlukan sanjungan dan kasih sayang dari siapa pun.

Sang anak tersebut lalu bertanya kepada sang Ayah tercinta dengan rasa penasaran dalam hatinya, "siapakah yang sebenarnya mengikuti semua suara yang saya ucapakan tadi Ayah?" tanyanya.

"Itu adalah gema suaramu yang terpantul melalui tebing dan lembah-lembah bukit tinggi yang kita injak sekarang ini anakku," jawab sang Ayah bijak.

"Suara apa saja yang kamu ucapkan, sang lembah ngarai akan menggemakan suara mengulang dengan nada rambat suara yang terucap," sang ayah berkata lagi.

"Perkataan yang baik dan sopanlah yang akan terdengar merdu ditelingamu tatkala sang gema mengulang perkataanmu," berkata sang Ayah dengan tatapan matanya berharap sang anak mengerti apa arti dari kebaikkan berkata-kata yang bijak dan sopan.

"Begitu pun dalam hidup dan kehidupan anakku, bila engkau berbuat baik tentu saja kebaikkan akan menghampirimu dan sebaliknya bila engkau berbuat tidak baik maka keburukan akan datang menghampirimu juga," kata sang Ayah bijak.

"Janganlah kamu pernah takut untuk mananam kebaikkan kepada siapa pun, sebab pada akhirnya semua yang kamu tanam dalam kehidupan baikmu akan berbuah sesuatu kebaikkan yang membahagiakan hidupmu," sambil tersenyum sang Ayah berkata memberi wejangan hidup.

Sang anak muda belia ini pun mulai mengerti sedikit-sedikit apa arti hidup dan kehidupan manusia didunia ini yang semestinya.

Hidup adalah sesuatu yang mau tidak mau harus kita jalani apapun dan bagaimana pun kita menghadapinya tergantung dari apa kita mengartikan arti kehidupan alam dunia yang Fana ini. Sekian.

Wasalam,
oleh : mamang
edit  : galih
Advertising - Baca Juga :
Bagaimana Bekerja Dengan Seseorang yang Bukan Team Player?
Muma Padurii, Hantu Hutan Eropa
Share:

0 comments:

Post a Comment

Blog Archive

Followers

Statistik

 
loading...