Courtesy of catatan-si-kancil.blogspot.com |
Langit cerah terlihat dari padang rumput terbuka, suatu pemandangan alam yang begitu menakjubkan dan jarang sekali sang kancil menikmatinya ditempat tinggalnya di hutan lebat yang terhalang tembusnya sinar matahari oleh lebatnya daun-daun pepohonan.
Waktu libur yang begitu menyenangkan hati sengaja dimanfaatkan sang kancil dengan berkunjung kepinggir hutan yang terdapat padang rumput yang begitu hijau menggoda selera makannya.
Sebenarnya sang kancil akan pergi kepadang rumput bersama para sahabatnya sang keledai, namun mereka berdua masih tidur tatkala dia berangkat tadi pagi, dengan terpaksa diapun berangkat sendiri memanfaatkan waktu singkat ini.
Sebab kesiangan sedikit saja, dipadang rumput terbuka udaranya sangatlah panas tidak akan tahan bagi mereka yang biasa hidup didalam hutan yang rimbun.
Waktu begitu cepat berlalu dan sekarang sudah tengah hari, udara yang sangat panas membuat keringat mengucur dari seluruh badan sang kancil, saatnya untuk pulang masuk lagi ke hutan yang sangat lebat.
"Huuh! mengapa waktu cepat sekali berlalu? Mungkin karena aku terlalu asyik dengan makanan lezat yang disajikan padang rumput ini," bisiknya lirih.
"Baiklah minggu depan aku akan datang lagi berlibur, mungkin bersama dua sahabatku," bisiknya kembali.
Sang kancil pun berlalu dari tempat tersebut untuk pulang ke Alas Purwa tempat tinggalnya yang jauh didalam hutan, perjalanan pulang pun segera dimulainya.
Sebelum sampai di Alas Purwa, sang kancil harus melewati dulu hutan lain yang dikuasai sang Raja hutan Harimau, untuk itu dia pun harus berjalan dengan hati-hati dalam hutan yang terkenal dengan pemangsanya yang ganas tersebut.
Sambil berlari kecil, mata dan telinga sang kancil dipasang untuk dapat memastikan daerah yang dilewatinya aman dari segala macam bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya.
Namun karena pikiran dan penglihatannya selalu terpusat diarahkan kekiri serta kanan jalan namun didepan jalannya malah jadi kurang perhatiannya.
Dengan kesalahan tersebut kini dia telah dekat dan berhadapan dengan sang Raja hutan Sibelang Harimau yang begitu menakutkan hatinya, "celaka!,,,," bisiknya. "Matilah aku sekarang."
Namun satu ide cerdik telah dapat dia pikirkan walaupun penuh dengan resiko dan sebagai taruhannya adalah nyawanya sendiri juga.
Dengan berpura-pura satu belah kaki belakang seolah-olah pincang tatkala dia berjalan terus mendekati sang Raja Belang Harimau.
"Hai! makluk kecil berani sekali...! Apakah engkau tidak mengenalku?" Teriak sang Raja Belang Harimau.
"Tentu saja hamba sangat mengenal siapa gerangan paduka dengan ciri khas loreng dengan tubuh yang gagah, kuku dan taring-taring yang tajam dari seorang Raja penguasa hutan rimba belantara ini," berkata sang kancil dengan terus berjalan mendekati sang Harimau dengan kaki pura-pura dibuat seolah-olah terpincang-pincang.
"Tepat sekali apa yang engkau katakan makhluk kecil! dan tentunya engkau telah siap untuk menjadi santapanku, tetapi mengapa engakau tidak lari menghindar dariku?" Bertanya sang Harimau.
"Sehebat apapun hamba berlari, tentu saja hamba tidak akan bisa menghindar dari kejaran sang Tuan Raja yang sudah terkenal dengan kegesitannya. Untuk itu buat apa hamba lari dari kejaran paduka, apa lagi sekarang hamba dalam keadaan sakit kaki belakang karena tertusuk duri," kata sang kancil.
"Tepat,,,,,! tepat sekali engkau tidak akan bisa mengalahkan aku dalam berlari." "Hahahahaha, namun rasanya aku tidak enak menyantap makananku tanpa mengejar makananku, seperti makan gratis saja," berkata Raja hutan Harimau.
"Baiklah paduka Raja hamba tidak akan menolak keinginan paduka yang berkuasa di hutan belantara ini sebagai rasa hormat hamba," kata sang kancil.
"Tetapi paduka pun tahu dengan kondisi hamba sekarang ini jangankan untuk berlari, jalan pun hamba terpincang-pincang karena duri yang bersarang dikaki hamba, sudikah kiranya paduka mencabut duri tersebut dan kalau memang nanti ketika paduka memakanku, duri tersebut tidak termakan oleh paduka.”
"Tentu saja aku akan mengabulkan permintaanmu yang hanya cuma sekedar mencabut duri tersebut," sang Raja hutan telah bersedia mencabut duri yang tertancap di kaki belakang sang Kancil.
Kemudian sang Harimau pun menundukkan kepalanya dibelakang badan sang kancil untuk mencari duri yang tertancap dikaki belakangnya dan pada saat bersamaan ketika kepala Harimau telah menunduk kesempatan itu tidak disia-siakan lagi satu tendangan dengan tenaga sepenuhnya sangat telak sekali telah melayang dan bersarang dimuka dan mulut Harimau.
Satu gigi Harimau patah dan ketika sang Harimau mengaduh kesakitan dalam posisi terejebag sang Kancil dengan cepat berlari masuk hutan dan menghilang.
Tentu saja sang Harimau sangat marah namun dia tidak bisa berbuat apa-apa kala itu, hanya bibirnya berkata dengan sumpah serapahnya.
"Mulai saat itu, aku sang Harimau telah menyatakan sakit hatinya dan dendam kesumatnya terhadap sang kancil dan akan langsung membunuhnya ketika aku berjumpa denganmu lagi Hai! sang Kancil!" teriaknya penuh kemarahan dalam hatinya.
Sementara sang Kancil dengan penuh ceria dia sudah mau sampai diambang hutan Alas Purwa tempat tinggalnya dengan senyum penuh kemenangan, satu lagi akal cerdiknya telah menyelamatkan nyawanya dari ancaman sang Raja Hutan yang terkenal dengan keganasannya.
lemari asam .adv - Pergunakanlah segala akal cerdikmu untuk membela hidupmu dan kebaikkan hidupmu, bukan untuk menipu orang lain atau dipergunakan untuk membodohi orang lain.
Sekian.
Wasalam,
oleh : mamang
edit : galih
0 comments:
Post a Comment